Agar Anak Nyaman Menginap di Rumah Kerabat

Imelda Sutarno A working mom with two gorgeous krucils. Suddenly love the outdoor recreations as an impact of married with her scuba diver husband, Bambang. Take the kids from beach to the hill, from forest to the waterfall, will always give her (and her husband) joy and enthusiastic. Cooking isn’t her middle name but always trying to give her family the best food that she can. Now she lives in Jakarta.

Libur kenaikan kelas selalu panjang. Bagi anak-anak yang kedua orangtuanya bekerja, mereka akan bosan di rumah karena tidak ada kegiatan seperti pada hari sekolah. Anak-anak baru bisa berjalan-jalan kalau orangtuanya libur.

Salah satu alternatif agar anak tidak bosan adalah membiarkan mereka menginap di rumah saudara sepupu yang sebaya atau di rumah kakek nenek. Suasana yang berbeda membuat anak-anak tidak bosan saat liburan. 


image credit: pexels.com

Biasanya kalau anak menginap di rumah saudara, mereka akan diperlakukan seperti tamu. Dijamu, walaupun tidak seformal tamu yang bukan keluarga. Namun lebih baik agar jangan sampai merepotkan pihak yang diinapi. Ada hal-hal yang sebaiknya dilakukan orangtua agar aktivitas menginap ini akhirnya menjadi menyenangkan bagi semua pihak. Berikut beberapa yang saya rangkum dari pengalaman pribadi:

  1. Nasihati anak agar tidak sewenang-wenang saat menginap. Tetap harus menurut, sopan, dan mandiri. Jika Nenek hanya masak orek tempe, sebaiknya dimakan dan jangan minta ayam goreng. Sebaiknya menurut saat Nenek menyuruh mandi sore. Bereskan mainan dan jangan menyusahkan pihak keluarga yang ditempati. 
  2. Nasihati agar tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan minuman serba manis, serta dan makanan dengan banyak bumbu penyedap selama menginap. Biasanya hal yang satu ini agak lepas kendali karena situasi di tempat menginap. Apalagi kalau pihak kerabat senang membelikan berbagai macam camilan yang disukai anak. Bicarakan juga berapa batas camilan yang boleh dikonsumsi sehari. Pasti kita tidak mau jika sepulang menginap si kecil malah sakit. 
  3. Walau menginap di rumah saudara sendiri, lengkapi anak dengan peralatan miliknya sendiri. Mulai dari baju ganti, alat mandi, alas kaki sampai peralatan spesial, misalnya popok sekali pakai (jika anaknya masih kecil/bayi). Jangan mentang-mentang menginap di rumah kerabat, semua peralatan memakai yang ada di sana. Dengan melengkapi semua peralatan sendiri, secara tidak langsung anak diajarkan bahwa aktivitas menginap ini membutuhkan persiapan yang matang.
  4. Tinggalkan uang secukupnya sebagai bekal anak, kepada nenek/kakek dan om/tante. Mungkin mereka terlihat tersinggung, tepi percayalah jika anak kecil menginap itu cenderung boros. Kegembiraan bisa berkumpul dan bermain dengan sepupu-sepupunya biasanya dirayakan dengan banyak jajan. Masalah uang ini biasanya sensitif. Nenek/kakek atau om/tante sudah pasti merasa sangat mampu kalo cuma membiayai jajan anak-anak, apalagi ini darah dagingnya sendiri. Apalagi kalau menginapnya seminggu atau 10 hari. Menurut saya akan jauh lebih baik lagi jika kita tidak mengabaikan bekal uang ini. Jika nenek/kakek menolak, coba bicarakan pelan-pelan tanpa menyinggung perasaan mereka.
  5. Tinggalkan pesan pada keluarga yang diinapi tentang kebiasaan khusus dan pantangan anak kita. Hal ini penting agar mereka tidak kaget dan bisa menyesuaikan. Contoh: ada anak yang masih mengompol saat tidur malam, tetapi hanya terjadi jika ia terlalu capek bermain seharian. Atau misalnya anak kita alergi seafood. Atau anak kita tidak bisa terlalu banyak mengonsumsi air es karena tenggorokannya sensitif. Nah dari awal hal-hal ini sudah harus menginfokan ke keluarga yang diinapi.

Menginap di rumah saudara memang menyenangkan. Walau demikian jangan lupa bahwa sekalipun hanya anak kecil yang menginap, tetap ada aturannya. Jangan sampai sesudah menginap malah ada konflik-konflik kecil tak sedap antara keluarga hanya gara-gara kita mengabaikan hal-hal di atas.

Jadi, sudah siap untuk menginap?

 

6 Comments

  1. avatar
    Intan Rastini March 14, 2018 12:53 pm

    Anak saya lebih cenderung nurut kalau dipegang oleh oma, opanya atau tantenya karena mereka kan juga jaim sama orang yang bukan orang tuanya sendiri. Kalau sama ortu baru deh manja dan ngerengeknya keluar. Padahal semua yang pernah diinepin atau dititipin anak saya bilang mereka nggak rewel dan nurut selama bersama mereka. Duh, kenapa kok pas udah sama ornag tuanya ngga dilanjutin sih nak "behave"-nya?

    1. avatar
      Imelda Sutarno March 14, 2018 1:50 pm

      hahahahah begitulah anak2 ya Ntan. Anakku pun di rumah neneknya nurut dan alim banget, begitu di rumah sendiri bikin emak bapaknya emosi jiwa :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  2. avatar
    ninit yunita July 11, 2017 7:19 am

    iya ya... pasti akan ada waktunya anak menginap di rumah kerabat. so far anak-anak jarang sih menginap di tempat lain kecuali di rumah nenek. thanks yah mel untuk artikelnya... pengingat kalau nanti anak menginap di tempat kerabat.

    1. avatar
      Imelda Sutarno July 12, 2017 5:28 pm

      sama-sama ya mbak :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  3. avatar
    dieta hadi July 10, 2017 12:47 pm

    anak anak sering nginep dirumah sepupunya, dan iya kalo mau nginep sudah buat perjanjian dulu harus ikuti aturan yang ada dan tidak boleh merepoti tuan rumah walaupun saudara sendiri.

    1. avatar
      Imelda Sutarno July 12, 2017 5:28 pm

      betul mbak dieta. Penting banget ya segala sesuatu diomongin di awal, biar gak terjadi konflik kecil antar keluarga ketika anak menginap

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .