Backpacking Fun

      Sebagai seorang single-parent dengan seorang anak perempuan, Syaza Calibria Galang (10 tahun), awalnya saya tidak berpikir untuk membawa anak saya berlibur dengan gaya seorang petualang. Jangankan untuk berpetualang, untuk liburan bersama si anak saat awal-awal perceraian terasa sulit. Apalagi jika liburan itu dilakukan di saat musim-musim liburan. Bagaimana jika putri saya melihat keluarga utuh lain, dengan ayah yang menggendong mesra anaknya, misalnya?


      Namun, jiwa petualang saya sendiri tumbuh kembali. Saya memang dari kecil selalu ikut pramuka, pencinta alam, hingga saat remaja sering naik gunung bersama teman-teman. Selain merasakan senang, badan dan pikiran menjadi ringan, serta pengalamannya itu lho yang tidak ternilai. Semua terjadi begitu saja tiga tahun yang lalu. Saat itu saya sebagai seorang penulis diundang ke Cirebon. Acara jumpa pembaca yang harusnya dilakukan di pagi hari batal, alhasil saya yang mengajak anak saya jadi bengong di hotel. Daripada menganggur, saya lalu nekat mengajak saya untuk berkeliling kota Cirebon. Ternyata mencari taksi di pagi hari saat itu tidak mudah. Akhirnya, saya nekat mengajak anak naik angkot, dan bahkan hingga ojek untuk keliling kota melihat gedung-gedung, ke makam Sunan Gunung Jati, hingga menikmati nasi Jamblang. Anak saya senang bukan kepalang. Selain ia punya cerita liburan paling seru saat membuat laporan liburannya di kelas, hubungannya dengan saya sebagai orangtua pun juga semakin akrab dan erat. Selanjutnya, dengan memberanikan diri, di hari-hari libur setelahnya saya dan anak saya pun sering berwisata keliling Indonesia dengan cara backpacking!


      Anda ingin mencoba gaya wisata murah meriah tapi amat sangat mengesankan ini bersama anak-anak Anda? Saya dengan senang hati akan membagikan tip berikut.


Persiapan


      Untuk ide backpacking ini, pastikan persiapan datang dari diri Anda sendiri dan anak Anda secara lahir dan batin. Saya menyarankan usia anak yang bisa diajak gaya “koboi” (demikian anak saya menyebutnya) ini adalah usia 7 tahun ke atas atau usia Sekolah Dasar. Dan sepertinya tidak lebih dari dua anak ya, karena saya terpikir nantinya bukan enjoy malah repot bukan kepalang. Tapi, hey, siapa tahu ramai-ramai seru?

      Jika Anda seperti saya, single-parent dan hendak bepergian hanya berdua, sebaiknya ajak satu lagi anggota keluarga dewasa, kerabat, atau sahabat. Saya pernah bepergian bertiga dengan adik laki-laki saya di lain waktu, tapi seringnya pergi dengan sahabat wanita saya yang masih single. Ini demi keamanan jiwa Anda, si anak, dan barang-barang bawaan Anda.

      Tentunya yang terpenting adalah fisik Anda harus sehat, demikian juga si anak. Walaupun biaya yang diperlukan tidak setinggi jika pergi dengan biro jasa layanan perjalanan, namun Anda tetap butuh biaya tak terduga. Misalnya, jika si anak ternyata alergi dan batuk-batuk terus saat menginap di motel, ada baiknya Anda segera hengkang untuk pindah ke tempat lain demi kesehatannya.

      Sediakan sebuah buku kecil khusus, semacam jurnal, untuk menulis persiapan, hingga pengalaman.


      Ini checklist sebelum berangkat yang bisa Anda tambahkan sendiri:




  •     Tempat tujuan, Untuk pemula, saya sarankan tempat yang anak suka dan inginkan. Rundingkan dengan anak Anda. Saya sarankan pilih tujuan wisata yang populer dan jelas sarananya, seperti Bromo, Jogja, Bali jika di dalam negeri.



  •     Tiket, visa (jika ke luar negeri), dan detail lainnya.



  •     Tempat menginap. Cari tahu di internet atau informasi lainnya dan reservasi di muka. Jangan sampai Anda terlalu nekat pergi ke suatu tempat yang ternyata semua penginapan terdekat sudah fully-booked. Ingat, Anda bepergian dengan anak Anda yang membutuhkan istirahat yang cukup di masa pertumbuhannya. Dan kemping amat sangat tidak saya sarankan jika Anda bepergian keliling beberapa kota di waktu yang lama. Kemping hanya untuk satu atau dua hari sebagai sebuah pengalaman saja. Jika pilih kemping pun, pastikan berada di area kemping yang aman. Hal terakhir yang Anda inginkan adalah tersesat atau berjumpa binatang buas, bukan?



  •     Tujuan wisata: apakah melihat-lihat dan mengeksplor keindahan alam, misalnya dengan hiking, ataukah wisata budaya seperti ke beberapa museum, candi, reruntuhan budaya, dan ziarah makam. Tentukan tujuan wisata dengan jelas supaya fokus dan bawaan disesuaikan dengan tujuan itu. Jika hiking, tentunya Anda perlu ekstra obat-obatan dan perlengkapan mendaki. Sementara jika ke museum-museum, tentunya Anda bisa mengajak Anda untuk mencari tahu latar belakang budaya suatu tempat dengan membaca buku tentang itu sebelum berangkat.



  •     Uang. Pastinya jika Anda ke daerah-daerah terpencil ATM tidak akan ditemukan dan kartu kredit tidak tersedia. Di sini memang tantangannya, backpacking membutuhkan uang cash lebih banyak daripada jika Anda bepergian gaya “normal”. Tantangannya adalah menyimpan uang itu agar tidak menyolok, apalagi jika Anda selalu naik bus dan kendaraan umum. Saya biasa membawa kantong tipis berisi uang-uang receh untuk membayar bus. Kantong lainnya berisi beberapa lembar lima puluh ribuan saya letakkan di kantong celana lainnya. Sedangkan uang “besar” saya pisah-pisah di tas saya dan sahabat saya. Jangan letakkan di koper atau tas jinjing yang Anda tinggal di hotel.



  •     Packing. Pergilah dengan bawaan yang ringan. Misalnya untuk dua orang dewasa dan satu anak diperlukan tiga tas jinjing atau backpack (dengan gembok) yang melekat setiap saat di tubuh, dan tiga tas baju. Saya tidak menyarankan koper, apalagi kemungkinan Anda harus mengangkat barang-barang Anda sendiri plus bawaan anak Anda. Anda tidak mungkin tega jika ia mengeluh kelelahan membawa bawaannya bukan? Oya, jangan lupa bawa sarung atau kain seprei untuk menutupi tempat tidur atau kasur jika dirasa tempat yang Anda inapi kurang higenis.



  •     Pilihan transportasi yang akan ditempuh, mulai dari berangkat ke stasiun atau airport, hingga di tempat tujuan.



  •     Tentukan secara detail dan rinci jadwal setiap hari beserta aktivitasnya. Misal, hari pertama berangkat dari rumah pukul 6 pagi, kereta berangkat pukul 8, sampai di tujuan pukul 12 siang. Dari stasiun kereta naik taksi ke motel, misalnya. Di motel istirahat dua jam, lalu pergi ke museum A terdekat naik delman. Disusul ke museum B selanjutnya naik becak. Makan malam pukul 7 lalu segera kembali ke motel naik taksi tidak lebih dari jam 8.30 malam. Cobalah disiplin dengan jadwal yang Anda atur agar memudahkan perjalanan Anda sendiri. Juga lengkap dengan kota-kotanya. Misalnya dalam 4 hari 3 malam ke mana saja, misal: hari pertama dan kedua Bromo, hari ketiga dan keempat Trowulan. Susun jadwal dan tujuan yang realistis, karena itu pelajari peta Anda dan lakukan riset sebelum berangkat!



  •     Obat-obatan dan vitamin. Bawa obat-obatan yang diperlukan untuk kondisi darurat, seperti obat diare, antiseptik, obat panas, obat alergi, dan lain-lain. Bahkan di tempat wisata populer seperti Bromo pun, obat-obatan ini sulit didapatkan!




Plan B


      Siapkan diri Anda secara mental dan fisik untuk kejadian tidak terduga. Bisa saja apa yang Anda persiapkan ternyata tidak teraplikasikan atau berbeda dengan kenyataannya. Misalnya, saat saya keliling daerah Jawa bagian timur dan sampai ke daerah Trowulan, Mojokerto. Di sana ternyata motel yang kami pilih terletak jauh dari situs peninggalan Majapahit yang ingin kami kunjungi. Untuk kepraktisan, akhirnya saya nekat mengetuk pintu rumah penduduk untuk menginap. Ya, ini bisa terjadi. Jelaskan siapa diri Anda sejujurnya dan maksud Anda. Tawarkan uang sewa kamar seperti layaknya Anda menginap di motel. Tunjukkan KTP Anda, lebih bagus jika Anda selalu membawa beberapa foto kopinya dan menyerahkan satu kopinya ke pemilik rumah. Saat itu tentu saja saya berpikir jernih, saya memilih rumah penduduk yang terlihat paling bersih dan terawat di banding lainnya demi kenyamanan anak saya. Ingat, berpetualang sendiri itu beda dengan berpetualang bersama anak. Kenekatan diri Anda yang terlalu jauh sama saja konyol, dan bisa mengakibatkan si anak takut atau trauma untuk berlibur bersama Anda. Saat itu saya sungguh beruntung si pemilik baik hati, dan bahkan kami ditawari untuk sekalian makan bersama mereka. Jika saat itu pemilik ragu-ragu, jangan memaksa. Carilah tempat lain.

      Jika pun ternyata si motel yang menjanjikan kamar reservasi ternyata mengingkari janji, jangan putus asa. Saat berada di Gunung Pring, Magelang, saya mencoba opsi lain. Akhirnya kami menempati kamar “darurat”, yaitu kamar sopir atau penjaga (percaya tidak, hanya 5000 rupiah saja semalam!). Ini saatnya seprei bersih yang Anda bawa dari rumah beraksi menutupi ketidakhigenisan kasur.

      Cerita lainnya adalah saat transportasi tidak selengkap dugaan Anda. Saya pernah tidak menemukan transportasi umum apapun. Hingga akhirnya saya nekat hitchiking atau menyetop mobil yang lewat untuk menumpang (dengan imbalan pantas tentu saja). Atau saya juga pernah nekat membujuk penduduk setempat meminjamkan sepeda motornya untuk disewa per hari dengan jaminan KTP saya. Jangan sekali-kali mengecewakan penduduk setempat untuk menjaga kepercayaan mereka pada Anda. Selalu bersikap ramah, rendah hati, dan terbuka.


Prepare For The Worst


      Semua orang tidak mau terjadi sesuatu, tapi yang namanya musibah tentu tidak diduga. Ajari anak Anda untuk berani menyebut nama lengkapnya, nama Anda, dan nomer telepon Anda serta nomer telepon penting. Setiap kali menginap, ajak anak Anda menghapal tempat menginap, lengkap dengan alamat dan telepon. Selalu luangkan waktu menulis detail tentang Anda, si anak, dan juga tempat menginap di secarik kertas untuk dikantongi si anak. Saya pernah terpisah dengan anak saya yang telepon genggamnya pun baterainya habis. Untung anak saya dengan berani mendekati seorang ibu untuk menelepon saya. Ajari anak untuk menilai dan memilih seseorang yang diajaknya bicara.

      Saya pernah juga kehilangan dompet. Ini gunanya selalu memisahkan uang ke beberapa kantong dan dompet. Seluruh identitas penting harus selalu melekat di tubuh. Karena itu penting sekali mengenakan celana dan jaket penuh kantong.

      Pernah dalam perjalanan anak saya jatuh sakit serius, sehingga plan B harus dijalankan, yaitu pulang secepatnya. Kesehatan dan keselamatan anak yang terpenting!


Kombinasi


      Biar bagaimanapun kondisi fisik dan ketahanan anak-anak jauh di bawah Anda. Karena itu, saya sarankan untuk memberi “kemewahan” di antara perjalanan backpacking Anda. Entah setiap sampai di tempat tujuan ada satu jadwal makan di restoran ternama, ataukah di hari terakhir rangkaian perjalanan ditutup dengan menginap di hotel berbintang. Jangan sampai setelah asyik berpetualang, pulangnya Anda dan anak kelelahan hingga jatuh sakit.


Menyusun Jurnal


      Simpanlah segala kenangan, entah itu tiket perjalanan, tiket ke tempat wisata, hingga segenggam pasir. Saya menyisakan satu hari setelah pulang untuk bersama anak saya menyusun semua itu dalam sebuah jurnal. Kami bahkan menyimpan batu-batuan, kerang-kerangan, atau pasir di toples tasparan dan memberinya label, misalnya: pasir dari Bromo.

      Buatlah semenarik mungkin untuk kenangan tak terlupakan bagi si anak! Yang paling menyenangkan dari semua ini adalah melihat mata anak Anda berbinar-binar penuh suka cita.

 

Related Tags : ,

13 Comments

  1. avatar
    Fiet January 18, 2010 12:01 pm

    waa....ketemu juga artikel ini....sangat berguna...
    makasih ya mbak fira buat sharingnya...

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    lie.antonia January 4, 2010 8:23 pm

    dear mba fira..

    ceritanya bikin pengen ajak baby ku backpacking...nta tunggu gedean kali yaaa..

    btw..beda banget yaa mba fira yang stylish di kantor ama di luar--- kaya barbie..ada barbie model, barbie adventure :p

    happy new year yaa mbak..

    antonia

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Vanda Hamim January 1, 2010 12:32 pm

    Mbak Fira, thanks for sharing ya..

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    thalia kamarga December 30, 2009 3:28 pm

    Mbak Fira, seru banget baca cerita pengalaman2 waktu backpacking... amazing banget, ga kebayang betapa precious memories-nya... pasti berharga banget buat Syaza dan Mba.

    aku pernah backpacking/island-hopping bawa anakku, tapi dia waktu itu umurnya cuma 1 taun 1 bulan. sekarang ga inget apa2... sayang banget. ntar deh, ikutan Mbak Fira, ditunggu pas umurnya udah bisa sama2 seru dan inget.

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Astrid Reza December 30, 2009 1:44 pm

    Wah,thx bgt mbak fira.memotivasi single parent utk tetep bs travelling 'ngoboi',walau okay another 5 years from now.bookmark this definitely.

    1. avatar

      As .