Belajar tentang Uang

1. Kapan sih anak boleh mendapat uang saku?


2. Apakah anak boleh bekerja?


3. Boleh tidak memberi upah kepada anak?


Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat saya bingung beberapa bulan belakangan ini. Anak sulung saya sudah duduk di kelas 3 SD, usianya 9 tahun, minta diberikan uang saku. Sebenarnya si sulung ini selalu membawa bekal ke sekolah dengam jumlah yang cukup. Namun ada kalanya ia bosan dan ingin jajan di kantin seperti teman-temannya. Alih-alih langsung mengabulkan keinginannya, saya meminta si sulung mengajukan proposal permohonan uang saku. Proposal ini dituangkan dalam bentuk tulisan (si sulung memilih media power point) dan dipresentasikan di hadapan orang tuanya. Sebenarnya sih ini untuk mengulur waktu sambil saya menanyakan pendapat dari beberapa teman termasuk TUM saat itu.


Proposal yang dibuat si sulung cukup mengejutkan. Saat dipresentasikan, isinya ada daftar harga makanan dan minuman di kantin, perbandingan uang saku teman-temannya, lalu ia menyebutkan pula jumlah uang saku yang diminta. Setelah ada tanya jawab, saya meminta si sulung untuk menyusun rencana mingguan dan membuat laporan pengeluaran uang saku mingguan. Saya juga meminta ada porsi yang disisihkan dari uang sakunya untuk ditabung dan didonasikan. Akhirnya kami bersepakat untuk jumlah uang saku, kondisi serta konsekuensinya.


Selanjutnya anak saya yang bungsu, masih duduk di bangku Pra TK. Usianya 4 tahun, tetapi selalu ingin menjadi seperti si kakak, ingin punya apa pun seperti yang kakak punya termasuk ingin punya uang. Saya tanyakan, tujuannya punya uang untuk apa. Ternyata kecil-kecil sudah punya tujuan. Kata si bungsu, yang pertama uangnya mau beli cross bow, kostum power ranger, topeng Thor, lego Star Wars; lalu yang kedua mau liburan ke Paris. OK deh, punya tujuan itu boleh-boleh saja kan?


Akhirnya saya buatkan dua tabungan dari kaleng bekas, untuk tabungan mainan dan tabungan liburan. Mengisi tabungannya bagaimana, kan belum punya uang saku? Si bungsu saya minta 'kerja' dan diberi 'gaji'.



Kerjanya yang kecil-kecil saja dan masih enak, seperti membantu saya menyusun daftar belanja (mulai dari pasta gigi sampai detergen, ikan dori sampai makaroni), ikut membantu saat berbelanja, membacakan harga, dan membandingkan bahan-bahan di kemasan makanan. Si bungsu belum bisa membaca, baru tahu angka dan alfabet. Selain itu si bungsu ikut membantu meletakkan dan mengeluarkan barang di trolley. Gajinya lumayan, Rp5.000,-. Dari 'gaji' yang diberikan ini, kemudian si bungsu akan memilih mau ditabung di kaleng yang mana. Sejauh ini menabungnya hanya di kaleng mainan. Selain dari hasil kerja, si bungsu sering mendapat uang hadiah dari nenek dan tantenya, sehingga dua minggu lalu sudah bisa belanja cross bow idamannya.



Tepatkah untuk belajar tentang uang seperti ini? Saya sempat ragu juga, takut anak jadi perhitungan dan jadi pelit. Sampai beberapa waktu lalu saat saya mengajak si bungsu ke toko mainan untuk memilih hadiah ulang tahunnya. Saya bilang, boleh pilih apa saja dengan budget yang sudah ditentukan. Si bungsu pun serius memilih mainan yang ia suka, maunya beli banyak kado (dalam kuantitas). Selagi memilih, ia selalu tanya harganya berapa, ada diskon atau tidak, mainannya bisa apa saja, nanti mau main sama siapa, main di mana, simpan di mana. Saya jadi kaget juga. Lalu si bungsu pilih mainan-mainan off season yang diskon 50% dan 30%, hanya satu mainan yang tidak diskon, jadi total si bungsu mendapatkan empat macam mainan. Katanya sih sengaja pilih empat agar sama dengan ulang tahunnya yang ke-4.

Bonus lainnya, terutama untuk si bungsu, ia jadi tidak pernah merengek minta dibelikan ini-itu lagi. Apabila ingin sesuatu, ia akan mengatakan sendiri "nabung dulu". Senangnya...

Sampai saat ini anak-anak belajar tentang uangnya masih jalan terus. Pelan-pelan kami mau ajarkan untuk selalu ingat bersedekah, belajar merencanakan yang lebih panjang, belajar instrumen investasi, dan lain sebagainya. It's never too early to learn about financial, karena ini untuk memupuk kebiasaan mereka nanti saat dewasa mengelola uang. Urban mama apakah ada yang mengajarkan hal serupa untuk si kecil? Atau urban mama punya tips dan trik lain?

8 Comments

  1. avatar
    Cindy Vania March 10, 2015 12:55 pm

    TFS mba Ingaa.. canggih banget sih kakak Raka pake bikin presentasi segala :D

    Kalau anak-anak nabungnya kalau pas dapat angpao aja nih,belum pake sistem gaji,kayaknya masih harus rajin ngajarin tentang uang :D

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    musdalifa anas March 10, 2015 9:23 am

    mama inga tfs, langsung dishare ke suami dan mau dipraktekkan di rumah. Thanks

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Siska Knoch March 9, 2015 7:08 pm

    Waaa… Raka cerdas! hampir mirip ama Eka gue juga selama ini lewat tabungan ngajarin uangnya blm yg lain2. tfs BuNgaa boleh nih ngikutin tipsnya :)

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Retno Aini March 9, 2015 5:52 pm

    Tapi canggih juga ya Raka, sampai buat proposalnya dia bandingin dg uang jajan temannya & survei harga jajanan di sekolah. Gw juga mulai betranya2 nih gimana caranya ngenalin uang saku ke anak. Sepertinya boleh juga ya ngikutin cara yg buat Attar. Tfs yaa mba Inga :D

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    thelilsoldier March 8, 2015 5:16 pm

    Bunda wiwit: presentasi sih biar agak susah aja. Emaknya iseng.

    1. avatar

      As .