Empat Generasi

Rasa syukur tidak terhingga terucap dari mulut saya melihat nenek saya masih sehat dan bisa menimang cicitnya yang ke empat ini. Sebelumnya saya tidak pernah menyangka, kalau nenek yang tahun ini berusia 81 tahun, masih diberikan umur yang panjang untuk bisa melihat cicit-cicitnya.

Sebelah kiri saya adalah Ibu tersayang, yang rambutnya pendek dan gendong bayi itu saya, dibawah ibu saya adalah sang nenek yang masih sehat, dan tentunya si bayi perempuan adalah anak saya yang sekarang usianya 3 bulan. Nenek saya ini adalah istri tentara yang biasa ditinggal dinas dan juga biasa untuk tinggal secara nomaden. Untuk ukuran seorang wanita yang lahir ditahun 30-an ini terbilang memiliki pemikiran modern dan juga rasa tenggang rasa yang tinggi. Beliau tidak pernah 'mencampuri' urusan mengurus dan soal pola asuh, namun sebagai orang tua, beliau pastinya memberikan masukan. Masukan itu diberikan sebagai second opinion saja, bukan dipaksakan untuk diikuti.

Rasa hormat saya juga begitu tinggi, karena apapun yang ingin beliau lakukan, pasti beliau akan memohon ijin. Misalnya ingin menggendong, beliau akan bilang,

    "Ki, boleh ta' gendong?" atau misalnya beliau ingin mengubah dari posisi Menik dari telentang ke telungkup, pasti bilang "Boleh ta' telungkupkan? Biasanya dulu saya selalu taruh bayi dalam posisi telungkup, supaya cepet kuat".

Lain lagi halnya ketika saya cerita kalau Menik ternyata masuk kategori bayi Tounge-Tie. Ibu saya bilang "Aduuh, harus di frenotomi ya? Gak tega dengernya.. tapi ya terserah kamu sih, kan kamu ibunya" Kalau nenek saya bilang "Ooo, ilmu pengetahuan memang berkembang. Dulu sih banyak tuh ibu-ibu yang putingnya lecet, berdarah dan hampir mau lepas. Berarti kalau sekarang nyusuin udah gak bikin sakit ibunya ya.."

Lain lagi dengan ibu saya yang merupakan full time mother untuk kedua anaknya. Beliau benar-benar membesarkan kedua anaknya sendirian, literally, karena rumah tinggal orang tua saya jauh dari rumah nenek. Ibu rajin memperkaya diri dengan membaca, mulai dari majalah sampai buku soal tumbuh kembang. Kata ibu, dulu nenek saya juga mengajarkan beberapa hal penting dalam merawat bayi, tapi kemudian 'melepas' ibu saya untuk merawat anaknya. Sehingga itupun yang beliau lakukan ketika saya melahirkan, membiarkan saya mengasuh Menik dan menghormati keputusan yang saya dan suami ambil untuk Menik.

Nenek saya lahir tahun 1931, punya anak 8 orang, semuanya dilahirkan dengan proses persalinan normal. Ibu saya lahir tahun 1962, punya 2 anak, yang pertama dilahirkan normal, yang kedua melalui cesar karena plasenta previa total. Mereka berdua punya pola asuh yang berbeda-beda. Dan jelas berbeda dengan saya yang melahirkan tahun 2011. Sekarang saya bisa mencari segudang informasi soal bayi dengan mengetik keyword di kolom search milik google, bergabung di milis-milis yang berhubungan dengan hal-hal keibuan, serta memperkaya diri dengan membaca majalah, buku, dan website seputar ibu dan anak.

Mereka selalu mendengar kemudian baru membandingkan dengan apa yang mereka lalui dan lakukan dulu, namun tidak pernah menganggap saya ini anak ingusan yang tidak tau apapun soal anak. Mereka memberikan kepercayaan anak yang saya lahirkan ya kepada saya sendiri. Mereka percaya, setiap perempuan yang melahirkan akan punya naluri dan harusnya mau memperkaya diri demi tumbuh kembang si anak. Dan mereka juga percaya, pola asuh itu tidak bisa dipaksakan harus seperti jaman dulu. Semuanya harus disesuaikan dengan keadaan, alam, dan sekitar. Ambil yang masih bisa dipakai (misalnya membalur perut bayi dengan minyak dan bawang jika masuk angin, seka dengan air hangat kalau panas, dan lainnya) dan tinggalkan yang sudah tidak sesuai dan tidak bisa diaplikasikan lagi karena keadaan jaman yang berubah.

Saya sungguh beruntung bisa mengasuh Galuh Nabhita Sasikirana Mardani yang punya panggilan sayang Menik ini dengan cara saya sendiri. Saya selalu mengucap syukur, karena dipercaya bisa membesarkan anak yang saya lahirkan ini. Karena sesungguhnya, jika di -under estimate soal mengasuh anak itu, pedih rasanya. :)

22 Comments

  1. avatar
    Lusiane SN October 5, 2013 9:15 am

    Hemm, baca postingannya mom Sazkia, sy jd kangeeennn berat sama mama sy, jd pingin pulkam, sdh setaun lebih ga pulkam,hikss... :( Maklum, sy skrg tinggal d ujung timur Indonesia, sedangkan mama sy d Jawa, yg tdk memungkinkan sy utk sering pulkam, krn biaya&waktu perjalanan yg cukup menguras kantong n tenaga hehehehe. Seperti mamanya mom Sazkia, mama sy jg sangat demokratis, selalu membebaskan anak2nya utk memilih apapun yg disukai selama masih dlm batas2 wajar, tp tetap mama sy selalu memberikan saran2nya yg tdk dipaksakan utk dituruti. Itu juga berlaku sampai skrg ketika sy sdh berkeluarga. Mama sy tdk pernah mencampuri urusan rumah tangga sy, jg utk masalah pola asuh anak. Mama sy membebaskan sy utk mengurus keluarga sy sendiri. Justru orang2 d sekitar sy yg suka mencampuri urusan, terutama masalah pola asuh ke anak sy, kdg suka meng-underestimate sy juga, hikss... Awalnya ya nyesek, suka sedih klo disepelekan, tp lama2 sy sadar, lebih baik sy 'menebalkan' telinga sy sj dgn omongan2 yg meng-underestimate. Toh yg penting, i always give my best for my little family with my own way ;))
    TFS mom ;)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Sazkia Rosseina Gaziscania April 5, 2012 3:16 pm

    :) iyaaa seneng, as I wrote above: klo di under estimate tuh pediiihh... heheee Happy to share..

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Honey Josep April 5, 2012 10:49 am

    Wow, senang sekali ya dapat support luar biasa dari orang- orang terdekat :)

    tfs mama-nya Menik :)

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    citraputri March 21, 2012 1:55 pm

    iihh,, tiba2 nemu tulisannya kikiii...
    dan mendadak bahagia baca tulisannya :)

    1. avatar
      Sazkia Rosseina Gaziscania March 21, 2012 6:55 pm

      Huahahahaa citraaaa :D

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    Ika Sari March 21, 2012 11:21 am

    Thank you, mba Sazkia, emang kudu kuatkan hati, apalagi kalo uda di jelasin trus di tolak mentah-mentah, biasanya juga di senyumin doank.

    1. avatar

      As .