Jadi Pedagang Cilik di Market Day

Imelda Sutarno A working mom with two gorgeous krucils. Suddenly love the outdoor recreations as an impact of married with her scuba diver husband, Bambang. Take the kids from beach to the hill, from forest to the waterfall, will always give her (and her husband) joy and enthusiastic. Cooking isn’t her middle name but always trying to give her family the best food that she can. Now she lives in Jakarta.

Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam September kemarin, sekolah anak saya menyelenggarakan Market Day. Kegiatan Market Day ini sudah jamak berlangsung di berbagai sekolah. Di hari tersebut anak diminta untuk belajar menjadi pedagang tanpa bantuan orangtua. Orangtua biasanya hanya membantu menyiapkan di rumah, barang yang akan dijual. Sementara praktik jual belinya hanya anak yang boleh melakukan, tentunya ditemani oleh bapak dan ibu guru yang akan membantu untuk mengatur uang kembalian dan menata barang dagangan di meja.

Saat diberitahu bahwa Alun diwajibkan berdagang di market day, saya dan suami awalnya bingung. Duh mau jualan apa ya? Saya paling-paling bisa membuat puding, padahal yang berjualan puding sudah pasti banyak. Wali kelas sempat menyarankan berjualan jus saja, karena dari pengalaman market day tahun lalu, jus paling laku apalagi kalau cuaca sedang panas. Kendalanya kalau mau jualan jus, kami tidak punya cooler box.

Lalu, jualan apa dong? Bapak Alun punya ide, bagaimana kalau coba jualan popcorn saja? Makanan ringan ini sudah tentu disukai anak-anak sehingga kans untuk larisnya lebih besar. Yang kami (orangtua Alun) lakukan untuk mempersiapkan dagangan ini adalah:

1. Tes pasar
Sekitar H-5 market day, saya buatkan popcorn dan meminta Alun membawa ke sekolah kira-kira satu toples ukuran sedang. Sengaja kami minta Alun tawarkan ke teman sekelasnya. Untuk popcornnya sendiri, kami hanya beli jagung mentah popcorn yang dijual di supermarket, lalu memasaknya sendiri dengan mentega/minyak sayur. Respons teman sekelas sangat baik. Semua rebutan dan popcorn ludes dalam sekejap. Oke, artinya kans di market day semakin baik

2. Menyiapkan branding untuk popcornnya
Tidak ada permintaan dari pihak sekolah bahwa barang dagangan harus ada mereknya. Karena tujuan utamanya adalah agar anak belajar dan memiliki pengalaman dalam kegiatan jual beli. Tapi bapak Alun bilang, untuk seru-seruan tidak apa-apa jika pakai merek. Kebetulan ia adalah seorang graphic designer dan di kantornya ada mesin digital printing, yang bisa digunakan untuk mencetak stiker untuk brand popcorn. Sebelum membuat desain, suami mensurvei Alun, apa saja tanggapan teman-teman ketika Alun bawa popcorn ke sekolah. Dan dari kumpulan tanggapan teman-teman, tagline “Lagi Dong” terpilih untuk menjadi tagline utama.

3. Menyiapkan packaging
Yang paling membuat pusing tentu adalah kemasan popcorn itu sendiri. Kenapa? Karena kemasan itu customized dan tidak dijual di pasaran. Sempat kami usaha keliling toko yang menjual aneka plastik dan packaging di pasar, tapi sudah tentu hasilnya nihil. Masa iya mau membuat 25 kemasan popcorn secara manual pakai kertas karton? Sempat terpikir popcorn ditempatkan di gelas plastik bertutup saja, karena jenis gelas ini dengan mudah bisa ditemukan di aneka toko plastk. Tapi suami belum menyerah. Untungnya ia punya teman yang bekerja di percetakan dan ketika dikontak, sang teman ini sudah pernah menerima pesanan packaging popcorn dari salah satu kliennya. Nah master cetakannya masih ada dan bisa dimanfaatkan. Alhamdulilah. Sisanya tinggal membeli plastik bening untuk bungkus luar dan pita kawat. Kemudian agar display bisa membuat kemasan popcorn menonjol ke atas, kami memanfaatkan gabus yang dimodifikasi bapak Alun menjadi semacam dudukan, yang dimasukkan ke dalam box container kecil.

4. Memasak popcorn
Ini perjuangan tersendiri. Saya hanya punya panci kecil. Dan pengetahuan memasak popcorn saya masih sangat minim. Yang saya tahu memasak popcorn tidak bisa sekaligus banyak karena bagian bawah akan gosong duluan sementara jagung yang di bagian atas baru mulai meletup jadi popcorn. Akhirnya saya menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam hanya untuk memasak 25 packaging popcorn. Satu kali memasak hanya bisa mengisi satu packaging saja. Duh kebayang pegalnya kaki ini berdiri berjam-jam di dapur.

Setelah semua siap, keesokan harinya Alun mulai berjualan. Per pack nya hanya dijual Rp5.000,00 saja.



Memang semua orang tua murid tidak bertujuan mencari untung dari acara ini. Yang penting anak-anak senang dan punya pengalaman berdagang. Alhamdulilah laris manis. Di grup kelas bahkan ada ibu teman Alun yang mengaku keburu kehabisan popcorn Alun, padahal anaknya sudah sangat ingin beli. Sebagian juga memuji persiapan Alun yang tampil menonjol sendiri karena dagangannya diberi merek.



Nah dua bulan sesudah market day Tahun Baru Islam, sekolah kembali mengadakan acara serupa. Namun kali ini khusus untuk kelas dua saja, dalam rangka pembelajaran mengenal pecahan uang, seusai materi yang ada dalam buku pelajaran Tematik. Karena tidak semeriah market day pertama, dan kebetulan acaranya benar-benar hanya memanfaatkan dua jam pelajaran saja, maka persiapannya pun tidak seheboh yang pertama. Kalau dulu Alun berjualan popcorn, kali ini ia menjual  sereal kiloan. Saya beli di pasar sebanyak satu kilogram dan dibagi dalam 17 plastik bening biasa yang diikat tali kawat.



Persiapan pun lebih dipusatkan pada kemampuan anak menghitung harga barang dagangan dan menghitung kembalian. Kami melakukan simulasi dagang di rumah dengan aneka pecahan uang. Sereal dijual Rp2.000,00 per plastik. Misalnya ada yang membeli dua plastik dan menyerahkan uang Rp5.000,00 berapa yang Alun harus kembalikan ke pembeli? Lalu bagaimana jika uang pembeli Rp10.000,00 atau Rp20.000,00? Apakah memberi kembalian Rp1.000,00 harus satu lembar ribuan atau samakah jika kita memberikan Rp500,00 dua keping ke sebagai kembalian? Dan seterusnya.



Alhamdulilah kali ini pun sereal laris manis habis terjual, dan sepulang dari kegiatan ini Alun saya perhatikan sedikit demi sedikit lebih paham tentang aneka pecahan uang.

Semoga pengalaman market day ini bisa menginspirasi para Urban Mama ya. Siapa tahu anak-anak kita di masa depannya benar-benar bisa menjadi enterpreuneur yang sukses.

4 Comments

  1. avatar
    Honey Josep November 13, 2017 12:36 pm

    Market day memang aktivitas paling seru buat anak SD (dan mamanya) :D

    1. avatar
      Imelda Sutarno November 13, 2017 5:24 pm

      iya mbak. Seru, gempor, capek, semua jadi satu. Kalo ludes, emaknya ikutan puas hehe

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  2. avatar
    Cindy Vania November 13, 2017 7:53 am

    Alun laris manis yaa jualannya :)
    Paling enak belajar tentang uang pakai jualan gini sih, jelasinnya enak :D

    1. avatar
      Imelda Sutarno November 13, 2017 5:24 pm

      betul mbak cindy, karena barangnya nyata jadi lebih mudah ngejelasin soal pecahan uang :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .