Jurus Layang-Layang

Veronica Sri Utami Always love the journey of being mother, she is a fulltime mother – for Lintang and Sekar - and parttimer of everything, from "tukang ojeg"-nya Lintang, writer to lecturer. Already have two books being published until now, “We are Good Mothers”, (Galang Press, 2010) and “Recharge Your Life”, (Grasindo 2016), and (hope) still more to come

Kok seperti menaikkan layang-layang?

 

Harus ada angin

 

Jujur saja, ini sedikit menohok saya. Bagaimana tidak, saya sebagai orangtua ya inginnya anak tidak perlu merasakan sakit, luka, diabaikan teman atau masalah-masalah apapun. Intinya, kalau bisa ya mereka happy terus sepanjang hari. Tentu saja, hal tersebut tidak mungkin terjadi. Mengapa? Tidak mungkin juga kan, orangtua terus berada disamping anak, 24 jam setiap hari untuk menyingkirkan semua permasalahan yang anak hadapi? Jelas tidak mungkin.

 

Meski begitu, Rm. Andang mengingatkan bahwa di zaman sekarang ini angin yang dihadapi anak-anak kita bukanlah lagi angin sepoi-sepoi. Tentunya tanggung jawab orangtua untuk 'menerbangkan' anaknya jadi lebih besar. “Teknologi, yang berkembang pesat sekarang ini, layaknya angin ribut untuk layang-layang kita,” ungkap Rm. Andang.

 

Selain perlu angin, dalam proses bermain layang-layang, tentu membutuhkan benang. Seutas benang kecil, panjang, yang menghubungkan kita dengan layang-layang yang terbang tinggi itu. Sama halnya dalam proses membesarkan anak. Benang kecil itu serupa dengan tugas orangtua yang harus menuntun langkah anak-anak di dunia ini, tetapi tidak dengan memaksa.

 

Menohok juga ya?

 

Layang-layang tak akan terbang dengan ‘mulus’ kalau kita melepas begitu saja benang di tangan kita. Harus dipegang benar. Begitu pula sebaliknya, ia tak akan terbang dengan benar kalau kita, sebagai “pemain layang-layang’, tidak mau mengulur benang itu panjang-panjang.

 

Urban mama pernah mengalami saat dimana kita -ibunya- tidak memperbolehkan anak melakukan sesuatu dan kemudian sang bapak datang dan malah mengizinkan? Seperti yang dijelaskan Rm. Andang, ini seharusnya tidak terjadi.

 

Begitu juga kalau ingin menyarankan sesuatu ke anak, saat saya belum yakin dengan jawabannya maka kami akan 'rembugan' dulu, baiknya akan dinasehati atau disarankan bagaimana.

 

Jadi, siapkah kita menerbangkan 'layang-layang' berharga kita?


(gambar: www.freedigitalphotos.net)

Related Tags : ,

9 Comments

  1. avatar
    bunda_rizma May 19, 2015 10:34 am

    makasih ulasannya mama lintang, bener bgt ya. skrg jamannya angin ribut. bener bgt itu poin yg agar anak tidak terus lari ke salah satu orangtua saat dilarang oleh ibu atau bapaknya. perlu ada family meeting ^^

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Cindy Vania May 8, 2015 7:21 pm

    artikelnya bagus banget mama Veronica.
    Semoga kita mampu menarik ulur layang-layang dengan tepat sehingga layang-layangnya bisa terbang dengan gagah ;)

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Gabriella F May 5, 2015 12:29 pm

    TFS ya Ver... semoga anak2 kita akan jadi layang2 yang tangguh terbang di segala cuaca.

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Eka Gobel May 1, 2015 7:42 pm

    bagus banget artikelnya! terima kasih ya, sudah diingatkan. semoga Kita semua sukses menerbangkan layang-layangnya :)

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Dewi Ratih Purnama April 29, 2015 9:29 pm

    Bagus bgt artikelnya mama Vero, suka :) tfs.. dag dig dug..semoga bisa siap menarik ulur dg tepat ketika anak menghadapi angin2nya

    1. avatar

      As .