Liburan ke Pantai Klayar

Imelda Sutarno A working mom with two gorgeous krucils. Suddenly love the outdoor recreations as an impact of married with her scuba diver husband, Bambang. Take the kids from beach to the hill, from forest to the waterfall, will always give her (and her husband) joy and enthusiastic. Cooking isn’t her middle name but always trying to give her family the best food that she can. Now she lives in Jakarta.

Pacitan terkenal karena kota di Jawa Timur ini adalah kampung halaman Pak SBY. Selain karena hal itu, Pacitan juga menyimpan sejuta pesona tempat wisata terutama gua dan pantai. Pacitan memiliki julukan Kota 1001 Gua karena banyaknya wisata gua di sini. Untuk berwisata ke gua sendiri, saya pribadi belum memiliki cukup keberanian. Selalu ada rasa khawatir gempa dan akhirnya jalan keluar dari gua tertutup bebatuan, persis seperti di film-film. Wah efek kebanyakan nonton film jadi begini ya?

Nah, maka kami sekeluarga lebih memilih berlibur ke pantai. Dari 8 pantai indah di Pacitan, kami mampir ke salah satu yang paling terkenal, yaitu Pantai Klayar.


Kawasan wisata ini tepatnya berada di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan. Jaraknya kurang lebih 40 km ke arah barat dari pusat kota Pacitan. Untuk masuk ke sini, kita akan dikenakan biaya Rp10.000,- per orang.

Sebagai kawasan wisata, Pantai Klayar memiliki banyak sekali homestay di sekitarnya, bahkan sampai area 1 kilometer menjauh dari pantai, di kampung-kampung terdekat pun banyak homestay didirikan oleh penduduk setempat. Berdasarkan keterangan warga, jika peak season liburan, homestay ini sampai terpaksa menolak pengunjung yang terus berdatangan, lantaran mereka selalu fully booked. Wah, luar biasa magnet pantai Klayar ini ya. Harga per malamnya berkisar antara Rp200.000,- sampai Rp.400.000,- tergantung pada fasilitas kamarnya. Alhamdulilah ketika kami menginap di sini, kami mendapat sebuah homestay yang pemandangannya langsung ke arah pantai.

Untuk menuju ke sini, kita melewati kawasan perkampungan, dengan struktur jalanan beraspal yang sudah bisa dilalui mobil sekalipun jalanannya agak sempit. Jalanannya naik turun. Bahkan untuk menuju bibir pantai Klayar, jalanannya turun cukup curam dan saat mau naik lagi dari situ, lumayan bikin ngos-ngosan. Itulah sebabnya di dekat bibir pantai, banyak sekali tukang ojek yang diorganisasi pemda setempat, khusus untuk menawarkan jasa mengantar pengunjung naik ke atas lagi setelah mengunjungi pantai. Ongkosnya cukup murah, sekali jalan ke atas hanya Rp5.000,-. Selain itu, di sepanjang bibir pantai berseliweran ATV yang disewakan, agar para wisatawan yang merasa capek harus berjalan dari ujung ke ujung bisa menumpang ATV ini untuk kembali ke parkiran mobil mereka. Harga sewanya Rp20.000,- untuk satu kali jalan.

Sebagai pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, ombak di sini tinggi dan besar. Pantai ini sama sekali bukan pantai untuk bermain air apalagi berenang. Ombak bisa mencapai 2-4 meter. Di mana-mana terpasang garis peringatan dan plang untuk tidak berenang. Menara SAR di pantai ini memutar rekaman setiap 10 menit sekali yang intinya mengingatkan pengunjung untuk tidak berenang, bermain air, dan selalu mengawasi putra putrinya (jika membawa). Urban mama harus ekstra hati-hati juga ya kalau membawa anak-anak bermain di sini. Namun kami melihat masih ada beberapa pengunjung yang nekat selfie di spot-spot yang sebenarnya sering didatangi ombak besar tak terduga. Wah jangan ditiru ya perilaku ini, berbahaya sekali.

Yang membuat pantai ini selalu diminati wisatawan adalah struktur batu karangnya yang sekilas menyerupai patung Spinx di Mesir. Spot ini memang bagus untuk foto-foto.


Di samping itu ada pula Seruling Samudera. Jadi Seruling Samudera ini sebenarnya adalah celah sempit di antara dua batu karang yang setiap kali ada ombak datang maka air laut mancur melalui celah tersebut, setinggi kurang lebih 10 meter. Kemudian menimbulkan bunyi sekilas seperti bunyi seruling. Foto di bawah ini adalah penampakan air mancur Seruling Samudera itu. Sayang waktu kami ke sini, kawasan Seruling Samudera ditutup tidak boleh didekati karena ombak terlalu besar sudah beberapa pekan belakangan. Padahal kalau ombak dalam kondisi normal, kita bisa benar-benar mendekatinya dan tentunya selfie di situ ya.

Untuk melihat Seruling Samudera dari jauh, kita bisa naik sedikit ke atas bukit, yaitu Bukit Indah Lestari. Biaya masuk di bukit ini hanya Rp2.000,- per orang. Selain melihat Seruling Samudera, dari atas bukit kita bisa melihat pantai lain yang berbatasan dengan Klayar ini. Kami tidak tahu nama pantainya apa, namun yang pasti pantai ini sama sekali tidak terbuka untuk umum dan tidak ada akses jalan menuju ke sana. Jadi hanya bisa dilihat dari atas bukit seperti ini.

Tidak seperti kebanyakan pantai wisata yang buka dan ramai sampai malam, Klayar hanya bisa dinikmati hingga sore. Warung-warung yang berjejer di bibir pantai akan beres-beres ketika senja menjelang.

Dari penjual kelapa muda  kami mendapat keterangan bahwa tidak disediakan listrik oleh pemda, sehingga semua warung di pinggir pantai tutup ketika maghrib menjelang. Alhasil, malam hari pantai benar-benar gelap gulita. Menurutnya lagi, nantinya bibir pantai akan ditertibkan dari pedagang dan akan dibuat lebih bersih dan disediakan jalan. Itu sebabnya sengaja tidak disediakan listrik dulu.

Kemudian, di sini kita juga tidak bisa makan seafood sepuasnya layaknya makanan a la pantai. Jangan harap bisa makan kepiting, cumi-cumi ataupun kerang di sini. Kebanyakan warung makan hanya menjual mie instan dan masakan seperti ayam bakar atau ayam penyet, dan kalaupun ada yang menjual seafood, itu adalah ikan  tongkol goreng biasa yang dipenyet dengan sambel.

Itulah pengalaman kami sekeluarga berlibur ke Pantai Klayar. Lain kali ingin rasanya mencoba berkunjung ke pantai lainnya di Pacitan.

6 Comments

  1. avatar
    Imelda Sutarno September 14, 2016 5:47 pm

    @eka: iya ka, keren karena susunan batu-batu karangnya itu :) Sama-sama ya ka,.....mudah-mudahan menginspirasi para urban mama untuk liburan ke pantai :)

    @mbak aini: wah iya ya mbak? Aku malah ga tau kalo film-film inggris mirip Klayar ini pantainya. Pas kesini malah keingetan Tanah Lot di Bali. Pantai ini jadi terkenal karena medsos juga mbak, dan suamiku pun taunya dari medsos makanya ngajak liburan ke sini. Dan sebenarnya pantai ini super ramai kalo pas peak season libur panjang....kebetulan aja kemarin kita main ke Klayar memanfaatkan cuti khusus alias bukan pas liburan umum. Wah jadi panjang komennya nih hehe.....

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Retno Aini September 14, 2016 5:31 pm

    Pantainya...persis kyk setting di film2 Inggris xD Ketemu aja deh mba Imelda, tempat2 tetirah yang bagus buat sekeluarga. Enak ya kalau pantainya masih belum ramai, indahnya masih 'asli' :D

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Eka Gobel September 14, 2016 4:57 pm

    Keren banget pantainyaa... iya sih biasanya kalo pantai dalam yang ombaknya besar itu cuma bisa dinikmati pemandangannya aja ya. Makasih imel foto2nya bagys banget serasa ikutan jalan2

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Imelda Sutarno September 13, 2016 1:19 pm

    @Mbak Zata: iya jauh namun keren mbak hehe. Kalau mau ke sana emang mesti liburan panjang banget apalagi kalo lewat jalan darat ya, dari Jakarta kan lumayan banget jaraknya :)

    @Mbak Cindy: Ayoklah mbak. Jogja-Pacitan enggak seberapa jauh kok, lewat Wonosari. Apalagi si kecil udah ngajakin tuh. Yuk cuss ke sana :)

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Cindy Vania September 13, 2016 8:23 am

    Wuiiihh keren banget pantainya. Kayak beda ya sama yg di yogya sini.
    Jadi pengen mantai nih, kemarin anak wedok udah ngajakin soalnya..

    1. avatar

      As .