Mari Kita Lawan Inflasi Pendidikan (2)!

Melanjutkan tulisan saya mengenai bahaya dari inflasi pendidikan, berikut adalah jawaban saya kepada komentar dan reaksi dari para orang tua.

Ibu A:
"Hah? Sekolah di Indonesia itu mahal sekali ya? Ehm... kalau gitu, mending sekolahin ke luar negeri aja deh!"

Saya: Iya Bu, kalau melihat data inflasi pendidikan di Indonsia pasti langsung panik. Reaksi yang wajar untuk semua Ibu. Sehingga langsung terbentuk persepsi bahwa semua sekolah di negara kita sangat mahal. Namun apabila kita cek dan survey, jenis dan ragam sekolah di Indonesia sangat lah banyak. Ada sekolah negeri, swasta, national plus, dan international. Tentunya kita yang harus menyesuaikan diri dengan jenis tersebut. Kalau dompetnya dompet swasta, ya agak memaksakan kalau ingin sekolah international. Jadi intinya selama kita bisa adaptasi, persiapan uang, mental, dan mimpi. Anak kita bisa tetap sekolah kok. Kalau lebih memilih sekolah di luar negeri, bisa saja, tapi itu pun paling cepat dilakukan di jenjang SMP/SMA. Dari playgroup s.d SD tetap harus terjadi di Indonesia, kan? Kecuali orang tua nya mau pindah negara ikut menemani sang buah hati sekolah di luar negeri, yang mana hal ini akan mengakibatkan biaya tambahan (living cost) lebih mahal. Jadi mari berpikir jernih dan berhitung untuk dapat memberikan yang terbaik bagi anak kita.

Bapak B:
"Waduh untung sejak anak saya baru lahir, langsung saya siapkan asuransi pendidikan untuk biaya sekolahnya."

Saya: Selamat ya Pak, pasti karena Bapak sudah membeli asuransi pendidikan sejak anak berusia 0 tahun, membuat Bapak merasa aman dan tenang. Karena sudah mempersiapkan sejak dini. Tapi sebagai seorang independent financial planner, tugas saya adalah melakukan pengecekan ulang terhadap semua produk yang Bapak miliki. Bagaimana kalau kita cek bersama polis asuransi, premi, dan manfaat yang diterima. Berikut adalah ringkasan dari polis asuransi yang dimiliki nya (ini adalah contoh 1 dari 16 polis asuransi yg Bapak B miliki):

 

      Bapak B membeli polis asuransi pendidikan sejak anak nya berusia 0 tahun.
      Tanggal penerbitan polis: 4 Sep 2009
      Nama pemegang polis: Bapak B
      Nama tertanggung: sang anak (usia 0 tahun)
      Premi sekaligus (di bayar di muka): Rp 129.816.300
      Premi tahunan (dibayar selama 23 thn mendatang): Rp 4.316.300

 

      Manfaat dari polis:
      1. Uang pertanggungan (asuransi jiwa) untuk anak : Rp 500.000.000
      Anak usia 0thn tidak memerlukan asuransi jiwa, karena prinsip dasar nya kita mengasuransikan penghasilan yang hilang bukan mengasuransikan jiwa. Masa iya, kalau anak meninggal, kita bahagia mendapatkan Rp 500jt? Yang perlu asuransi jiwa adalah Bapak B (sebagai pencari nafkah utama di keluarga).
      2. Asuransi kecelakaan, apabila anak meninggal karena kecelakaan mendapat Rp 500.000.000.
      Anak usia 0thn tidak memerlukan asuransi kecelakaan. Kemungkinan meninggal karena kecelakaan, misal naik motor sangatlah kecil. Karena pergi kemana pun, anak ini pergi bersama Bapak Ibu menggunakan mobil.
      3. Pembebasan premi karena ketidakmampuan/pembayar premi meninggal dunia.
      Manfaat ini yang sering dirasa penting, tapi kalau kita ganti polis asuransi nya untuk Bapak B. Kita akan mendapatkan uang pertanggungan (UP) milyaran. Dengan UP milyaran ini, kita tidak membutuhkan perusahaan asuransi untuk melanjutkan pembayaran premi tahunan. Uang milyaran dapat langsung di investasikan dan mendapatkan bunga yang besar.
      4. Asuransi kesehatan, rawat inap di RS kelas kamar Rp 1,5jt per hari.
      Manfaat ini sangat penting. Namun apabila kita membeli asuransi kesehatan murni, premi-nya tidak perlu sebesar ini. Untuk anak usia 0thn, perkiraan premi hanya Rp 3jt/thn.
      5. Asuransi penyakit kritis untuk 8 penyakit sebesar Rp 125.000.000
      Perhatikan dengan teliti, apa saja syarat klaim dan kategori penyakit kritis. Kalau pun mau membeli asuransi seperti ini yg jenisnya hangus/ tradisional, perkiraan premi nya hanya Rp 800rb/th.
      6. Manfaat nilai tunai yang dapat diterima untuk dana pendidikan anak adalah sbb
      Anak usia 2thn (playgroup) : Rp 82.000.000
      Anak usia 6thn (SD) : Rp 111.500.000
      Anak usia 17thn (kuliah) : Rp 158.500.000
      Anak usia 55thn : Rp 185.000.000
              Anak usia 80thn : Rp 1.000.000.000

Melihat manfaat dana pendidikan yang dijanjikan di atas, bagi sebagian orang mungkin merasa angka nya sangat besar dan cukup. Namun mimpi setiap orang tua berbeda. Bapak B anaknya ingin sekolah di international school sejak dari jenjang playgroup. Untuk playgroup uang nya cukup. Untuk SD, uang dari asuransi masih cukup (terpenuhi 75% nya). Untuk jenjang SMP-SMA-S1, nilai tunai yang dijanjikan sudah sangat jauh dari kebutuhan dan keinginannya. Sementara untuk jenjang kuliah, nilai Rp 158,5jt (17thn lagi) hanya setara dengan Rp 14,7jt (tahun ini). Nah, baru Bapak B mulai panik. Karena mimpinya Bapak B ingin anak nya masuk kuliah di USA. Yang kebutuhannya saat ini saja sekitar Rp 2M. Berarti secara perhitungan dengan asumsi inflasi 15% per tahun, nilai 2M sekarang akan setara dengan 16 M. Apakah uang tunai senilai 14jt dapat membantu?

Tentu tidak.

Jadi kesimpulan Bapak B telah membeli produk yang tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Apabila kita lakukan investasi sendiri dari uang premi yg dibayarkan senilai Rp 129jt
Dalam jangka waktu 17thn, asumsi disimpan di produk investasi dengan return 20% per tahun. Maka perkiraan akan menghasilkan uang Rp 2,8M bukan Rp 158jt.
Asuransi tetap kita beli, dengan manfaat yang sama, premi per tahun lebih kecil sedikit.
Dari semua 16 polis asuransi yang dimiliki Bapak B, total premi per tahun adalah Rp 265jt. Dengan melakukan pengecekan dan manfaat yg diperlukan, perombakan dan penggantian jenis asuransi, Bapak B dapat melakukan penghematan biaya premi per tahun sebesar 50%. Bapak B happy, saya juga happy.

Mama C:
"Tenang saja, saya sudah punya tabungan pendidikan 10 buah, untuk persiapan masing-masing jenjang pendidikan anak saya."

Saya: Karena Mama merasa tenang sudah punya tabungan pendidikan, jadi cicilan tas, berlian, TV tetep jalan ya? Dan ternyata kalau dihitung jumlah setoran bulanan untuk tabungan pendidikan jauh lebih kecil dari cicilan tas dan berliannya. Terkadang kita sering tidak sadar, tapi saya harus menghitung dan menjelaskan semua dalam bentuk angka. Angka tidak akan berbohong! Boleh saja punya tabungan pendidikan, tapi sudah kah dihitung jumlah setoran dengan uang sekolah yang nanti kita inginkan untuk anak kita? Inflasi pendidikan rata-rata adalah 15-20% per tahun. Bunga dari produk tabungan pendidikan antara 2% - 4% per tahun. Untuk kebutuhan jangka pendek (kurang dari 5tahun) tabungan pendidikan masih bisa dipakai, namun untuk kebutuhan jangka panjang (misal untuk anak kuliah 17thn lagi) produk ini tidak bisa dipakai, mohon maaf. Karena bunga yang diberikan tidak bisa melawan inflasi uang sekolahnya.

Bunda D:
"Paling aman ya simpan uang sekolah dalam bentuk emas, dong! Udah paling top deh. Kan harga emas ga pernah turun."

Saya: Bunda, memang akhir-akhir ini emas menjadi primadona. Semua orang membeli emas, harga emas terus naik. Plus kilau nya emas sangat menggoda. Berdasarkan data bahwa harga emas di jaman Nabi Muhammad saw (1 dinar = 1 kambing), hebatnya emas yang selalu bisa menyamai inflasi sampai dengan hari ini pun 1 dinar = 1 kambing. Boleh saja menyimpan dalam emas, tapi mohon tetap lakukan diversifikasi produk. Untuk menjaga dan meminimalisir risiko. Dan kita pun harus juga mengecek dan membandingkan emas dengan produk investasi lainnya.

Sebagai pembanding dan informasi saja (saya peroleh ini dari hasil presentasi sebuah manajer investasi terkenal di kantor). Berikut adalah total return beberapa produk investasi selama 10thn terakhir:
Emas = 422%
Properti = 625%
RD Saham = 1981%
Saham = 770%
Saham blue chip = 3429%
Obligasi = 426%

Ibu E:
"Eits, saya sudah belajar banyak, saya sudah memiliki program unitlink yang bisa memberikan 1M saat anak saya kuliah nanti."

Saya: selama Ibu memang sudah mengerti dengan details perhitungan unitlink, biaya yang terjadi, return nya dibandingkan produk lain (apabila kita membeli terpisah antara asuransi + investasi) silakan dilanjutkan. Dan yang terpenting hitung angka 1M nanti 17thn lagi dengan kebutuhan biaya pendidikan anak kita.

Apabila rencana sekolahnya di Australia, angka 1M nanti tidak akan cukup. Karena persiapan biaya kuliah di Aus tahun ini saja sudah mencapai angka sekitar 1-2M (total uang pangkal, semesteran, living cost sampai dengan lulus kuliah).

Papa F:
"Tiap bulan sudah selalu menyisihkan di tabungan, asuransi, dan reksa dana kok. Sudah benar kan?"

Saya: alhamdulilah, sudah benar Pak. Prinsip dasar investasi sudah dijalankan, Bapak sudah memiliki berbagai jenis produk. Namun selain diversifikasi produk, yang utama adalah perhitungan berapa yang harus disisihkan untuk masing-masing produk tersebut. Dan untuk tujuan apa. Karena tanpa perhitungan details + tujuan jelas, apa yang sudah Bapak lakukan bisa sia-sia.

Ayah G:
"Ahhh .. rezeki anak itu sudah ada yang mengatur. Ga usah pusing-pusing dan sibuk-sibuk siapin. Pada saatnya tiba, pasti ada."

Saya: Betul sekali Ayah, saya juga percaya bahwa rezeki itu sudah di atur oleh Tuhan. Namun kita tidak pernah tahu, mungkin kita sudah diberi rezeki nya sekarang, saat anak-anak masih kecil, yang seharusnya itu adalah rezeki mereka untuk kuliah, tapi kita habiskan seketika untuk saat ini. Selama kita tidak melakukan pengaturan rezeki dengan baik, maka sama saja artinya kita tidak mensyukuri karunia dan nikmatya.

Mama I:
"Ih, mama papa nya kan pintar. Dulu selalu masuk sekolah negeri dan dapat beasiswa. Pasti anak saya akan seperti mama-papa nya. Jadi tidak usah khawatir dengan biaya mahal. Anak pintar, masuk sekolah negeri, pasti murah."

Saya: Waduh, percaya sih Ma, keturunan kita tidak akan jauh dari orang tua-nya. Tapi ingat, persaingan saat ini sangat ketat. Dan jumlah kursi yang diperebutkan semakin sedikit, karena ada perubahan sistem pendidikan di negara kita. Kursi sekolah negeri sekarang sudah sangat menciut dibandingkan dulu, karena kursi tersebut dijual dengan harga berbeda demi untuk kepentingan sekolah nya yang tidak lagi mendapatkan subsidi dan bantuan dana dari pemerintah. Nah, karenanya kita sebagai orangtua mempersiapkan kondisi terburuk, bila anak harus masuk sekolah swasta, siapkan biaya termahal. Apabila nanti anak kita pintar dan beruntung, bisa masuk sekolah jalur negeri dan murah, ya dana cadangan untuk liburan orang tua bertambah. :)

Ibu J:
"Alhamdulilah, kakek dan neneknya berjanji akan siapkan uang sekolah untuk cucu nya. Jadi tidak usah panik. Kakek nya punya simpanan banyak sekali, kok."

Saya: Asiknya, sudah tidak perlu pusing lagi dong! Tapi sudah tahu kah secara detail berapa uang yg disiapkan oleh kakek nenek nya? Yakin cukup? Mereka menyimpan dana untuk cucu nya ini dimana? Di tabungan saja? Ingat pula, bahwa orang tua kita semakin lama semakin tua, kalau kondisi nya sehat, alhamdulilah. Tapi kalau kondisinya sakit, membutuhkan dana perawatan besar, bagaimana? Sebaiknya kita bersifat independen dan bertanggung jawab. Ini adalah anak kita sendiri, sudah menjadi tanggung jawab kita untuk dapat menyekolahkan nya, bukan tanggungan orang tua kita lagi.

Demikian beberapa jawaban dan penjelasan saya atas komentar para orangtua. Mudah-mudahan ada hikmah dan manfaat yang bisa dipetik. Sebagai orangtua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa ini. Mari kita cintai negeri kita salah satunya dengan mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak kita tercinta. Agar masa depannya lebih baik dan bisa membangun negeri ini dengan lebih baik lagi.

 

13 Comments

  1. avatar
    Aliya Suprapto November 7, 2018 2:59 pm

    ih asli langsung bengong baca artikel ini. terima kasih artikelnya ya mbak fitri. sangat membuka mata.

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    nadmom November 28, 2011 2:42 pm

    Thank U Mbak, really2 helpful. Mau aku print n show my hubby coz' dia tipe yg bilang : Insya Allah rezeki ada aja ;)

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Mira Marselina September 7, 2011 3:38 pm

    Thanks for sharing mom, ijin share di web saya www.ralitadinar.com yach.
    Alhamdulillah, saya memilih menyiapkan dana untuk persiapan pendidikan anak dalam bentuk dinar emas, sesuai dengan rekomendasi Pak Endy dalam buku Think Dinar dan orang tua saya yang sudah dari dulu menabung dalam bentuk emas.

    Menurut saya dinar emas tidak perlu bingung simpannya bagaimana sekarang khan sudah ada tabungan m-dinar, kalau ada dana lebih pelan-pelan konversiin rupiah ke dinar. Kalau udah terkumpul banyak mau diambil silahkan, kalau nggak ya disimpan aja.

    Atau disimpan di pegadaian, dana gadai yang diterima di beli dinar emas lagi, sistem berkebun emas.

    Insya Allah, artikel ini bermanfaat bagi yang membacanya, pilih investasi yang aman dari inflasi apapun bentuknya itu.

    Selamat berinvestasi parents

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    agata pritasari August 23, 2011 10:45 am

    makasih banyak ya infonya, jadi lebih mikir2 lagi klo mau ngluarin duit buat kebutuhan yang sebenernya gak penting juga.

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    mamababy-rayden August 19, 2011 8:37 pm

    makanya kenapa mulai banyak orang tua yg meng'home schooling'kan anaknya, mahal bo!!... hhmm.....tp save dana pendidikan anak itu emang penting banget. karena pengalaman ku sendiri :) tks ya mba fitri buat artikelnya :)

    1. avatar

      As .