Menyusui: Painkiller untuk Bayi Sakit

Fatimah Berliana Monika Konselor Laktasi & La Leche League (LLL) Leader of Rochester South NY, US. Lulusan S1 Fakultas Teknik Sipil&Perencanaan ITB & S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia.

Berbagai manfaat ASI dan menyusui bagi bayi dan Mama sudah kita ketahui. Kali ini akan dibahas lebih mendalam mengenai manfaat menyusui sebagai painkiller alias pengurang rasa sakit untuk bayi yang sedang sakit dan atau sedang menjalani tindakan medis yang invasif/menyakitkan.

Apakah ada yang pernah mendengar berita seorang bayi di Cina yang disusui saat sedang dioperasi?

[caption id="attachment_111414" align="alignnone" width="375" caption="Bayi Wei Wei disusui saat sedang menjalani operasi (sumber: dailymail.co.uk)"][/caption]

Bayi Wei Wei menderita anal abscess (penumpukan nanah akibat infeksi bakteri di anus) dan harus menjalani operasi. Karena usia dan berat badan bayi yang masih kecil, tidak memungkinkan untuk menerima bius total/umum (general anesthesia) dan hanya menerima bius lokal saja. Ketika operasi sedang berlangsung tanggal 29 September 2015, bayi Wei Wei menangis tidak berhenti. Seorang perawat yang juga masih menyusui bayinya berinisiatif menyusui bayi Wei Wei yang akhirnya dapat ditenangkan sehingga operasi dapat berjalan sukses.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kandungan dalam ASI serta menyusui, skin to skin contact (kontak kulit dengan kulit) antara Mama dan bayi dapat mengurangi rasa sakit (analgesik/painkiller) sehingga menenangkan bayi. ASI ternyata mengandung beta endorfin, hormon yang dapat menekan rasa sakit, berfungsi sebagai analgesia alamiah dan mengurangi stres bayi.

Menyusui dan terjadinya skin to skin contact dapat mengurangi rasa sakit dan menenangkan bayi karena rasa sakit bayi teralihkan ketika menyusu, sementara skin to skin contact menimbulkan rasa nyaman, rileks, dan aman.

[caption id="attachment_111415" align="alignnone" width="381" caption="Skin to skin contact terbukti mengurangi rasa sakit bayi (sumber: JAMA Pediatrics)"][/caption]

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan hal ini. Codipietro et al. (tahun 2007) melaporkan bahwa menyusui lebih efektif mengurangi rasa sakit pada bayi yang sedang diambil sampel darahnya dibandingkan dengan pemberian cairan gula. Hal ini juga konsisten dengan penelitian pada bayi yang sedang diimunisasi. Sehingga di dalam sebuah penelitian direkomendasikan agar bayi disusui saat sedang diimunisasi hingga beberapa menit setelah suntikan imunisasi selesai.

Bagaimana dengan pemberian empeng/pacifier untuk menenangkan bayi?

Penelitian yang dipublikasikan tahun 2005 di AS menemukan bahwa menyusui memiliki efek analgesik/pengurang sakit yang lebih besar dibandingkan dengan pemberian empeng. Selain itu hasil yang menarik adalah apabila bayi dipeluk/digendong oleh Mama kandungnya sendiri walaupun tidak disusui maka efek analgesiknya lebih besar dibandingkan bayi yang diberi empeng tetapi tidak dipeluk/digendong oleh Mama kandungnya. Hal ini membuktikan bahwa bonding/ikatan kuat antara Mama dan bayi dapat mengurangi rasa sakit bayi apalagi bila dilakukan skin to skin contact hingga menyusui. Tentu saja Mama tetap perlu menjaga agar kondisi hati Mama tetap tenang saat menggendong/memeluk bayinya yang sedang sakit.

Bila Mama/pengasuh bayi berniat memberikan empeng/pacifier untuk menenangkan bayi, sangat diharapkan agar Mama dan Papa mengetahui dulu berbagai hal yang berkaitan dengan empeng. Cara bayi mengisap empeng berbeda dengan mengisap puting-payudara Mama. Oleh karena itu, risiko terbesar memberikan empeng pada bayi dan juga dot botol terutama saat bayi masih belajar menyusu adalah risiko terjadinya bingung puting. Empeng memiliki dasar yang lebih sempit sehingga bayi tidak perlu membuka mulut/bibir lebar, berbanding terbalik dengan pelekatan menyusui di mana salah satu komponen utama adalah mulut bayi terbuka lebar dan bibir bagian bawah terputar keluar.

Selain bingung puting, risiko yang berhubungan dengan pemberian empeng adalah teknik pelekatan/latch on yang buruk, puting yang nyeri , dan sulit untuk belajar menyusu selanjutnya. Dr Sears memberi saran daripada memberikan empeng masih lebih baik memberikan jari Mama untuk dihisap yang tentu saja sama saja repotnya karena Mama perlu memastikan kebersihan serta kondisi kuku Mama (tidak panjang dan memakai cat kuku/nail polish). Harap diingat bahwa empeng adalah artificial comforter. Yang sebenarnya bayi perlukan adalah respon Mama, belaian Mama, digendong Mama, skin to skin contact dengan Mama. Mama pun mendapatkan manfaat karena hormon oksitosin mengalir dengan lancar. Apabila Mama/pengasuh selalu mengandalkan empeng untuk menyamankan bayi maka dapat menghambat terbangunnya relasi dan kepercayaan antara bayi dan Mama.

Jadi, menyusui dan skin to skin contact bukan sekadar memberi nutrisi terbaik bagi bayi, tetapi juga dapat menjadi terapi pengurang sakit yang murah, mudah, efisien dan tanpa efek samping.

Happy Breastfeeding, urban mama!

16 Comments

  1. avatar
    Eka Gobel November 5, 2015 11:07 am

    Setuju deh teh monik. Dulu juga kalo anak2 lagi vaksin biasanya sambil menyusui jadi ngga terlalu drama nangisnya :)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    musdalifa anas November 2, 2015 7:34 am

    terima kasih mbak monik artikelnya.
    Setiap kali mau imunisasi Yoona, dia selalu menangis, teriak gak mau. Jadinya setiap mau disuntik, saya susuin, jadi dia disuntik sambil menyusu, gak pakai drama, anteng :)

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    amel1 October 29, 2015 9:53 am

    Ga sia-sia ambil cuti di kala si bayi sakit supaya bisa lebih intens menyusui. Makasi ya Mbak Monik.

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Iva Nia October 28, 2015 11:26 pm

    tfs mba monik, jadi kangen nyusuin, pdhl baru nyapih 2bulanan yg lalu

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Honey Josep October 28, 2015 10:53 am

    mbak Monik..... terima kasih informasinya.... Aku jadi makin sering skin to skin nih sama si kecil :)

    1. avatar

      As .