image credit: gettyimages.com

Suatu kali saat saya sedang memberi pure kabocha untuk Kalam yang saat itu 7 bulan, Bibi yang bekerja di rumah bertanya, “Bu, itu Kalam makannya kok kayaknya enak sekali ya. Itu labunya diberi penyedap ya?”

Bibi kebetulan mempunyai cucu yang hanya berbeda 1 bulan usianya dari Kalam. Dan dia banyak bertanya setiap melihat saya mengolah makanan untuk Kalam. Dan dia terheran-heran saya tidak pernah menambahkan garam, gula, ataupun bumbu penyedap, tetapi Kalam tetap makan dengan lahapnya. Dan setiap saya menjelaskan bayi tidak perlu itu semua di makanannya, raut mukanya terlihat mengatakan “Ah…. masa sih?”

Dulu saat mengolah makanan untuk Hafidz, kakaknya Kalam, ternyata pengasuhnya selalu menambahkan garam pada bubur buatannya. Alasannya: supaya gurih, kalau gurih makannya pasti lebih lahap.

Apakah itu benar? Kalau kita mengacu pada lidah kita yang sudah terpapar begitu banyak rasa dan bumbu, kurang gurih atau kurang manis atau kurang pedas pasti makanan akan terasa tidak enak. Nah untuk bayi, dari berbagai buku merawat bayi dan balita pasti juga dijelaskan bahwa bayi tidak butuh garam, gula ataupun penyedap. Tapi banyak juga loh Mama, pengasuh, atau nenek yang tidak percaya. Alasannya... ya karena mereka membandingkannya dengan lidah mereka sendiri. Padahal lidah bayi selama ini hanya mengenal ASI ataupun susu formula, jadi menurut logika saya, rasa apa pun pada makanan pendampingnya adalah hal baru. Mereka bisa saja merasa aneh alih-alih kita mengatakan enak. Dan, setiap makanan itu mempunyai rasa asli. Lidah kitanya saja yang sudah kurang peka merasakan rasa asli dari suatu bahan makanan.

Saya disadarkan akan rasa asli ini oleh ayah saya. Beliau selalu mengambil sedikit nasi sebelum menambahkan lauk apa pun di piringnya. Saat mencoba, ternyata nasi memiliki rasa manis. Apalagi saat masih hangat. Selama ini saya tidak pernah menyadari nasi ada rasanya sendiri. Dari situ saya jadi lebih merasa percaya diri saat mengolah makanan pendamping untuk Kalam.

Memberikan rasa asli pada makanan bukan berarti juga tidak menambahkan bumbu apa-apa. Bagaimana bayi akan mengenal beragam rasa kalau misal hanya makan pure wortel saja, pure kentang saja, dll. Soal bumbu saya disadarkan oleh acara memasak anak-anak Australia yang kala itu mengajarkan membuat kaldu ayam. Setelah saya coba hmmm… hanya menambahkan wortel, bawang bombay, bawang putih, bunga lawang, dan bay leave, saja rasa kaldu menjadi jauh lebih enak (ini menurut lidah saya). Saya suka tertawa sendiri aja mengingat zaman Hafidz dulu; saya tidak pernah menambahkan bumbu apa pun karena ingin memberikan rasa asli. Hasilnya Hafidz sekarang tidak mau makan makanan berbumbu aneh-aneh kecuali gula, garam, dan merica.

Sekarang, Kalam sudah hampir 1 tahun. Hasil eksplorasi saya terhadap bumbu dan rasa asli pun sudah lumayan menggembirakan. Kalam tidak banyak protes akan bumbu-bumbu yang saya tambah di makanannya. Pencernaannya juga baik-baik saja. Terakhir saya membuatkan opor ayam dia lahap memakannya, padahal santannya sedikit sekali. Untuk buah, dia senang jeruk baby yang di lidah kita rasanya hambar sampai buah stroberi yang kita memakannya saja sampai mengerenyit asam. Lama-kelamaan, saya juga jadi lebih senang terhadap rasa asli suatu makanan. Saya tidak menaburkan lagi gula saat merebus wortel dan labu siam (untuk lalapan), tidak menambahkan susu kental manis coklat di jus avokad, tidak menambahkan gula saat membuat jus stoberi.

Jadi Mama, jangan takut mengenalkan rasa asli pada bayi-bayi kita. Jangan membandingkannya dengan lidah kita. Rasakan makanan mereka dan turunkan toleransi rasa kita terhadap apa yang selama ini kita bilang “enak”.

18 Comments

  1. avatar
    NiaQuazi January 28, 2016 7:53 am

    Setuju mom,,, kami juga ga ngasih gulgar di mpasi baby kami walau kadang2 masih bingung mo ngasi menu apa :)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Tin Sutartini May 31, 2014 4:57 pm

    Betulll moms!
    Aduh seneng deh sama moms-mos yang smart!
    Kalo anak dibiasakan mengonsumsi makanan dengan rasa tidak alami, nanti pas dewasa akan jadi foodpicker. Selain itu makanan tanpa gula itu rendah kalori, meminimalkan risiko diabetes, dll dll segudang manfaat lainnya.

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Puji Wijayanti January 15, 2014 10:10 am

    all, susah juga kalo menjelaskan ke orang2 jaman ortu2 kita kalo makanan bayi tanpa gulgar itu bagus buat bayi agar kerja ginjal tidak berat dan mengenal rasa asli makanan itu sedniri. makanya makanan anak saya kinan yg berusia 10bln saya yg buat sendiri tanpa garam. jika mereka tanya koq ga ada rasa, saya bilang dikasih garam tapi sedikit sekali padahal sebenarnya tanpa garam sama sekali, bohong sih memang tapi mau bagaimana lagi.untungnya suami mengerti... dulu saat mbanya buat nasi tim untuk anak saya menggunakan garam, sekarang saya usahakan selalu bangun pagi untuk memasak sendiri makanan untuk anak saya, no gulgar...

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    gracelly December 5, 2013 1:23 pm

    jadi kita udah bisa tambah sedikit bawang putih / merah juga ya ?
    celia sudah saya kasih seperti daun bawang, seledri dan dia sangat suka sekali ^^
    saat dicoba bener lho enak wangi sledri

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Nova mahadewi November 4, 2013 12:12 pm

    my baby juga dari mulai mpasi saat umur 6 bulan blm dicobain gulgar. Namun dia suka aja tuh...rasa makanan yg mommy nya buatin. Walau mommy nya kerja, saban pagi tetep buatin makanan khusus buat Aurora, krn untungnya dari awal mulai makan udah ogah makan instan. Skrg umurnya mau masuk 11 bulan....Aurora uda ga mau makanan hambar lagi, jadi mulai dikenalkan ama rasa mentega dan keju sedikit. Gulgar tetap blm dikasi.

    1. avatar

      As .