Vaksin Kanker Serviks, Menjaga Sumber Kebahagiaan Perempuan Segala Usia

Febi Purnamasari A new mother of two who loves sharing whatever she has learned from seminars and books especially related to parenting issues. She’s now developing her career path as journalist for a national television. Belly-dancing is her hidden obsession.

"Kanker leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh penyakit kanker di Indonesia. Sebanyak 60-70 persen sudah stadium lanjut (di atas IIB) dengan tingkat kesembuhan rendah."

Inilah data mencengangkan yang terungkap saat saya mengikuti mengikuti #TUMMeTime Pink Class: All About Kesehatan Kewanitaan Januari lalu. Di sesi sharing dengan pembicara dr. Riyana Kadarsari, SpOG tersebut saya menjadi sadar pentingnya vaksin kanker serviks. Terlebih saya kerap mendengar betapa penyakit ganas ini bisa menyerang siapa saja. Salah satunya figur publik Julia Perez yang wafat setelah menempuh perjuangan luar biasa melawan kanker serviks stadium IV.


image credit: pixabay.com

Saya pun terdorong untuk menyegerakan vaksin antikanker serviks. Harganya memang cukup mahal, namun saya pikir ini untuk investasi kesehatan jangka panjang dan mengupayakan keutuhan keluarga. Sebagaimana pernyataan dr. Riyana dalam presentasinya, "dalam kehidupan seorang perempuan, organ reproduksi menjadi sumber kebahagiaan, berkaitan dengan peran prokreasi."

Sebelum memperoleh vaksin, saya terlebih dulu menjalani papsmear untuk membuktikan ada tidaknya sel kanker pada rahim. Caranya, dokter spesialis kandungan mengambil sedikit sel pada rahim menggunakan spatula plastik dan sikat kecil. Rasanya ngilu sedikit, tapi berlangsung sekejap. Sel tersebut kemudian diuji di laboratorium dan hasilnya dapat diambil seminggu kemudian. Alhamdulillah, hasilnya negatif infeksi human papilloma virus alias HPV yang menjadi penyebab kanker serviks. 

Berdasarkan penelitian, lebih dari 90% peyebab utama kanker serviks adalah HPV. Human papilloma virus ada 100 jenis dan sebagian di antaranya tidak berbahaya dan dapat hilang sendiri tanpa penanganan medis. Namun, HPV terganas adalah tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab utama kanker serviks.

Papsmear wajib dilakukan bagi perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual. Ini karena virus HPV umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Jika sudah terbukti steril dari HPV, Mama bisa mulai divaksin. Ada dua jenis vaksin kanker serviks yang bisa dipilih, Gardasil dan Cervarix. Vaksin Cervarix mengandung dua strain virus HPV, yaitu strain 16 dan 18 yang bertanggung jawab terhadap 70% kejadian kanker serviks di dunia. Sementara vaksin Gardasil berisi empat strain virus HPV, antara lain 6, 11, 16, dan 18. Strain 6 dan 11 merupakan virus penyebab penyakit kutil kelamin. Di pasaran, biayanya Rp900 ribu untuk Gardasil dan Rp700 ribu untuk Cervarix. 

Saya pun memilih Gardasil karena mencakup lebih banyak strain virus. Efek sampingnya pun tak seberapa. Hanya ngilu di lokasi bekas suntikan selama beberapa hari. Saya dijadwalkan kembali untuk vaksinasi kanker serviks tiga bulan kemudian karena perempuan dewasa membutuhkan tiga kali dosis agar vaksin dapat bekerja optimal.

Sementara untuk meningkatkan perlindungan dari HPV, Mama bisa lakukan hal-hal sebagai berikut berdasarkan rekomendasi dr. Riyana.

  1. Rutin skrining Pap dan USG ginekologi minimal setahun sekali.
  2. Jaga kesehatan reproduksi dengan pola makan sehat dan jaga kebersihan daerah vagina.
  3. Tidak merokok dan minum alkohol.
  4. Setia pada satu mitra seksual saja.
  5. Menggunakan kontrasepsi IUD.

Sementara kanker serviks rentan bagi golongan sebagai berikut sehingga vaksinasi sebaiknya disegerakan:

  1. Perempuan dengan rentang usia 35 sampai 49 tahun.
  2. Menikah di bawah 20 tahun karena aktivitas seksual terlalu dini meningkatkan kemungkinan infeksi HPV.
  3. Memiliki banyak mitra seksual.
  4. Terpapar infeksi menular seksual.
  5. Banyak melahirkan, ini karena perubahan hormon yang terjadi saat hamil membuat kondisi leher rahim lebih rentan terkena virus HPV.
  6. Merokok karena kandungan kimia dan tembakau dapat mempengaruhi sel-sel pada rahim.
  7. Defisiensi vitamin A, C, atau E

Usia SD, Usia Terbaik Vaksinasi Kanker Serviks

Nah, bagi perempuan yang belum aktif secara seksual dapat memperoleh vaksinasi kanker serviks tanpa papsmear, tak terkecuali anak-anak praremaja. 

Menurut Direktur Pengawasan dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Supardi, usia paling optimal untuk melakukan imunisasi kanker serviks, yakni antara 9 hingga 13 tahun. Karena itulah, pemerintah Indonesia mewajibkan imunisasi tersebut diberikan kepada murid kelas 5 dan 6 SD. (sumber: BBC Indonesia).

"Imunisasi HPV mampu mencegah kanker serviks 100%. Syaratnya dilakukan dua kali kepada perempuan yang belum berhubungan seks," kata dr. Elizabeth Jane Supardi.

Pemberian HPV di usia praremaja bahkan dianggap bisa memberikan perlindungan hingga 15 tahun karena antibodi anak dianggap prima. Sementara jika vaksin baru diberikan saat usia SMP atau SMA, maka harus diberikan tiga kali dosis.

DKI Jakarta dan DI Yogyakarta merupakan dua provinsi pertama yang menjalankan program Kementerian Kesehatan untuk memberi vaksin HPV kepada anak-anak secara gratis. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menargetkan 150.000 siswi kelas 5 dan 6 SD divaksin HPV pada 2017. Program ini dilaksanakan bersamaan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto, Indonesia tergolong terlambat melaksanakan vaksin HPV. Padahal 64 negara lain di dunia sudah memberikan vaksin HPV gratis kepada anak-anak. Selain itu, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, dan Srilanka menjadikan vaksinasi kanker serviks ini sebagai program imunisasi nasional.

Isu Menopause Dini

November lalu, ramai di media sosial soal tulisan yang mengklaim HPV dapat menyebabkan menopause dini. Namun, hal ini ternyata berita bohong belaka. "Menopause dini adalah apabila (kasus terjadi pada wanita) di bawah 40 tahun. Data di dunia tidak ada buktinya bahwa ada yang mengalami menopause dini karena imuniasasi HPV."

"Yang ada, di negara-negara yang sudah menggunakan selama 14 tahun dengan data yang dikumpulkan selama 14 tahun tidak ada (menopause dini) karena HPV", jelas dr. Jane.

Nah, begitu besar manfaat dari vaksin HPV ini. Semoga Urban Mama makin mantap untuk menyegerakan vaksin HPV untuk diri sendiri maupun buah hati yang telah berusia praremaja.

 

Sumber:

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/11/28/17335121/dki.jakarta.jadi.pilot.project.vaksinasi.kanker.serviks.gratis 

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38131404

2 Comments

  1. avatar
    ninit yunita July 6, 2017 7:38 pm

    Feeeb! tosss!
    Aku pun langsung menyegerakan! tinggal satu suntikan lagi nih... emang yah harganya mahal, tapiii memang perlu sih.

    1. avatar
      Febi August 9, 2017 1:23 pm

      toss teh Ninit! Aku juga masih butuh booster nih biar lengkap sekalian. Betul teh, investasi jangka panjang, dibela2in deh meski mahal hehe

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .