Kemijem, Seorang Buruh Pabrik Berjuang Memberikan ASI

Fatimah Berliana Monika Konselor Laktasi & La Leche League (LLL) Leader of Rochester South NY, US. Lulusan S1 Fakultas Teknik Sipil&Perencanaan ITB & S2 Magister Manajemen Universitas Indonesia.

Mama menyusui yang bekerja dan tetap memberikan ASI kepada sang buah hati memerlukan tekad, kerja keras, perjuangan, ilmu yang memadai dan dukungan dari berbagai pihak. Perjuangan menjadi lebih berat bila kondisi ibu, keluarga dalam keterbatasan. Kali ini saya akan mengangkat kisah inspiratif mengenai Kemijem, seorang buruh pabrik yang berjuang memberikan ASI dengan segala keterbatasan yang ada, berhasil memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga anaknya berusia 25 bulan.

Tujuh tahun lalu, Kemijem, seorang buruh pabrik tekstil di daerah Rancaekek Bandung, Jawa Barat sedang mengandung anak kedua. Anak pertamanya tidak mendapatkan ASI secara eksklusif karena kurangnya ilmu dan dukungan. Di kehamilan keduanya ini, Kemijem dan suaminya bertekad untuk memberikan ASI. Hal ini bukan perkara mudah karena keluarga dan lingkungan tempat Kemijem tinggal tidak mendukung pemberian ASI. Perjuangan menjadi lebih berat karena padatnya jadwal kerja di pabrik di mana Kemijem setiap hari menghadapi mesin pemintal, tidak adanya ruang khusus untuk memerah di pabrik, dan masalah utama adalah Kemijem tidak memiliki kulkas/lemari pendingin di tempat tinggalnya. Tempat tinggal Kemijem dengan kapasitas daya listrik hanya 225 Watt tidak mencukupi untuk lebih dari 2 peralatan elektronik.

Salah seorang rekan saya (kami adalah volunteer KLASI, Klub Peduli ASI, Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) Bandung) bernama Ira Noor bekerja di bagian staf tempat Kemijem bekerja. Ira kemudian mendata karyawan pabrik wanita mulai dari umur, status perkawinan, sedang hamil/menyusui. Selanjutnya dilakukan pendekatan ke jajaran manajemen dan supervisor pabrik agar karyawati pabrik tersebut diperbolehkan untuk berkumpul mendapatkan pengarahan mengenai ilmu laktasi, diperbolehkan memerah (sekitar 15 menit) selama waktu istirahat, diperbolehkan memerah di suatu ruang kecil yang tidak terpakai di area pabrik.

Secara rutin setiap waktu istirahat hari Jumat yang lebih panjang dibanding hari-hari biasanya, para karyawati pabrik dikumpulkan di musala pabrik dan diberi pembekalan berbagai macam ilmu laktasi, terutama mengenai memerah dan penyimpanan ASI perah. Para karyawati diajarkan bagaimana memerah dengan tangan, sehingga mereka tidak perlu membeli dan tergantung dengan alat pompa ASI. Hal penting kedua adalah mengenai penyimpanan ASI perah.

Panduan penyimpanan ASI perah menurut ABM (Academy of Breastfeeding Medicine) dan Kelly Bonyata, IBCLC secara umum tidak berbeda, seperti tabel di bawah ini:

Kemijem seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya tidak memiliki kulkas. Sehingga fokus mempersiapkan perlengkapan seadanya yaitu termos kecil untuk membawa ASI perah dari pabrik, beberapa botol kaca, dan termos besar untuk penyimpanan ASI perah di rumah. Suami Kemijem yang sangat mendukung pemberian ASI turut semangat membaca materi-materi ASI yang diterima Kemijem setiap Jum'at.


Termos mini untuk menyimpan ASI yang diperah di pabrik.

Kemijem melahirkan secara SC (Sectio Caesarea) dan sayangnya RS tempat Kemijem melahirkan tidak mendukung 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui) sehingga Kemijem tidak diperbolehkan melakukan rawat gabung dan menyusui bayinya. Tim KLASI Bandung melakukan pendekatan kepada manajemen RS dan mengutarakan keinginan Kemijem memberikan ASI eksklusif. Karena pendekatan dilakukan dengan intensif, pihak RS mengijinkan Kemijem menggunakan kursi roda menyusui bayinya di ruang bayi.

Setelah cuti melahirkan selesai, Kemijem mulai bekerja kembali di pabrik. Mulailah Kemijem dan suaminya berbagi tugas. Pukul 5 pagi suami Kemijem berburu es balok ke tempat yang cukup jauh dan sekali-kali memesan es batu dari penjual es batu di sekitar Kemijem tinggal. Es balok lebih dipilih karena dapat lebih bertahan beku dibandingkan es batu.

Apabila mendapat jadwal kerja Non shift, Kemijem dapat memerah sebanyak 3 kali di pabrik, yaitu sekitar pukul 9.30 pagi, saat ishoma (istirahat – sholat dhuhur – makan) pukul 12 siang dan terakhir pukul 3 sore. Sementara bila mendapat jadwal kerja shift maka hanya dapat memerah 2 kali saja. Bila suami Kemijem sedang tidak bekerja, suami Kemijem mengambil ASI perah dari pabrik tempat Kemijem bekerja dan dibawa ke rumah. Tidak lupa Kemijem memberikan nomor di setiap botol ASI perah tersebut. Dalam sehari, Kemijem dapat memerah sebanyak 400ml ASI perah (4 botol kaca).


Kemijem dengan hasil ASI perahnya

Sesuai panduan penyimpanan ASI perah, termos berisi es termasuk dalam kategori cooler bag/box yang tahan sekitar 24 jam. Oleh karena itu stok ASI perah Kemijem termasuk “kejar tayang”, jadi ASI perah hari itu diberikan untuk hari yang sama hingga keesokan harinya. Secara rutin suami Kemijem memeriksa kondisi termos es di rumah apakah kondisi es balok masih padat/sudah mencair. Bila sudah mencair maka es balok segera diganti. Perjuangan Kemijem dan suaminya sangat gigih sehingga Kemijem berhasil memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan Kemijem tetap melanjutkan menyusui dan memberikan ASI hingga anaknya, Rizky berusia 25 bulan.


Kemijem & Rizky yang tumbuh sehat dan cerdas.

Kemijem dan suaminya merasakan manfaat pemberian ASI, Rizky anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Rizky selama mendapatkan ASI sangat jarang sakit. Saat ini Rizky berusia 6 tahun dan sering mendapatkan penghargaan di sekolahnya karena prestasi di kelasnya.

Semoga perjuangan Kemijem dan suaminya dapat menginspirasi para Mama, bahwa dengan keterbatasan yang dihadapi, para Mama tetap dapat memberikan ASI kepada buah hati, tentu dengan ilmu yang memadai dan dukungan dari berbagai pihak.

Happy breastfeeding!

Related Tags : ,,

37 Comments

  1. avatar
    Resti Handini January 28, 2016 10:50 am

    ya Allah terharu, jadi inget jatuh bangun kemarin waktu ngasih ASI sambil kerja.... semangat yaaa ibu2..

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Mia Ummi Kaltsum September 29, 2015 3:24 am

    Terharu baca kisah ini. Memanng yg utama adalah niat utk bisa memberikan asi. Buat saya pribadi, memberikan asi adalah hak anak yg wajib saya penuhi. Apalagi sbg ibu yg bekerja di kantor, niat dan komitmen utk menyediakan asip buat baby itu sungguh amat berat. Kalau ngga benar2 diniatkan sudah capek, sakit dan bosan memerah asi.

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Offira Tampubolo August 4, 2015 11:08 pm

    Super duper awesome..

    Selagi ada kemauan pasti ada jalan.. Salut buat ibu kemijem dan suami, saling mendukung untuk memberikan asi..

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Efi Nur Handari August 4, 2015 12:48 pm

    perjuangan bu kemijem luar biasa, dulu waktu masih merah di kantor suka ngeluh aja bawaanya, padahal sudah ada kulkas di kantor.

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    kici April 2, 2015 3:58 pm

    keren bgt bu kemijem .. super sekali .. sangat menginspirasi bgt .. jadi semangat asi 2 thn .. walau lagi bunting gini ..

    1. avatar

      As .