Main Sore

Demi membebaskan anak-anak dari gadget dan TV selama 2 jam per hari, setiap sore saya dan tetangga mengumpulkan anak-anak di sekitar rumah kami untuk bermain bersama. Supaya anak-anak ini bisa menikmati permainan seperti zaman kita kecil dulu.

Ide awal dari program #mainsore ini dicetuskan Fayra (anak kedua saya, usia 9 tahun) dan tetangga sebelah rumah. Kebetulan mama Dita ini punya 2 anak lelaki yang masih berusia di bawah 7 tahun, sementara Fayra mencari teman main yang bisa mengimbanginya. Kakak Fayra, mas Rafa, sudah masuk usia remaja (14 tahun) tidak mau lagi diajak ikut permainan untuk anak-anak.

Ternyata Fayra dan Mama Dita sudah membuat daftar permainan untuk 7-20 hari berikutnya supaya tidak bosan. Saya mendukung penuh kegiatan ini dan mengumpulkan beberapa material permainan mulai dari congklak, karet gelang untuk membuat lompat tali, bola kasti, karambol, dan lain sebagainya.

Saya minta izin Mama Dita untuk mengumumkannya saat arisan RT. Sebenarnya Fayra dan anak-anak mama Dita ini sudah bermain 2-3 minggu sebelum saya umumkan, tapi ya hanya 3-5 orang aja. Nah kalau diumumkan, semakin banyak yang ikut main, pasti makin seru bukan?

Setiap hari anak-anak berkumpul, belajar, dan bermain bersama mulai pukul 15.30 sampai 17.30. Saya juga mengumumkan jenis permainannya setiap hari ke WA grup RT dan selalu update foto-foto anak mereka saat bermain.

Kegiatan anak-anak ini di antaranya sebagai berikut:


  • Aktivitas DIY (do it yourself) atau membuat kerajinan tangan.

  • Permainan fisik / tradisional seperti galasin, gobak sodor, karambol, congklak, ularnaga, bekel, tak benteng, dan lainnya.


Hari pertama setelah diumumkan ada 5-7 anak lain yang datang. Mereka main LOMPAT KARET dan diajak berkebun. Anak-anak semangat sekali walau awalnya terlihat malu karena belum kenal satu sama lain.

Hari berikutnya yang datang jauh lebih banyak. Bahkan anak-anak dari blok lain yang tadinya hanya sekedar lewat karena mereka bersepeda keliling komplek, jadi parkir di depan rumah dan langsung ikutan main. Alhamdulillah ada sumbangan berupa es buah, cokelat batang, dan bolu pandan dari beberapa orangtua.

Hari berikutnya kami mengajak anak-anak untuk membuat piza sendiri. Karena sebelumnya saya umumkan di WA grup, ibu-ibu lain memberikan sumbangan berupa roti tawar, sosis, saos tomat, keju, dan lainnya. Tetangga depan rumah mengizinkan garasinya dipakai menjadi tempat pembuatan piza, lengkap dengan kompor dan oven. Sambil menunggu piza matang, anak-anak bermain PETAK PATUNG dan main GOBAK SODOR. Seru sekali!

Ketika anak-anak yang datang lebih dari 20 orang dengan rentang umur yang beragam, saya dan mama Dita mulai kewalahan. Sepertinya kami mulai butuh toa dan peluit untuk bisa mengatur mereka.

Kami juga dituntut untuk makin kreatif mempersiapkan permainan yang lebih beragam untuk anak-anak. Tidak bisa semua anak diajak dalam 1 permainan yang sama. Kasihan anak-anak usia TK yang pastinya akan kalah bersaing dengan anak-anak SD.

Alhamdulillah ada tetangga lain yang memberikan sumbangan berupa potongan-potongan kertas yang bisa dikolase oleh anak-anak TK. Yang memberikan makanan dan minuman juga makin banyak. Kami mengajari anak-anak untuk berbaris antre setiap istirahat untuk menerima makanan dan minuman ini, supaya mereka tidak rebutan.

Setiap mau main basah-basahan atau kotor-kotoran, kami juga minta ijin melalui WA grup supaya orangtua anak-anak ini tidak kaget saat anak-anaknya pulang. Seperti waktu kami membuat permainan PERANG BALON AIR dan BOX SLIDING.

Kebetulan tidak jauh dari rumah ada gundukan tanah yang berbatasan dengan kampung belakang. Bermodalkan dus bekas, anak-anak diajak main perosotan. Sensasinya beda lah sama main perosotan di playground sekolah. Yang ini lebih asyik dan menantang.

Anak-anak senang, ibu-ibu meriang! Meriang karena terbayang harus mencuci pakaian kotor mereka yang bercampur tanah.

Untuk edisi liburan sekolah, Mama Dita dan saya mengajak anak-anak ke Scientia Park. Sekali-kali diajak yang agak jauh dari rumah, agar mereka tidak bosan juga. Kegiatan spesial liburan ini tentunya juga sudah mendapat izin dari orangtua mereka.

Setelah saya upload ke media sosial (IG + FB), banyak yang memberikan komentar:

"Wah coba rumah kita dekat mba, anak-anakku pasti senang ikutan main juga"

"Kompleks rumahnya enak, jalanan luas. Kalau di rumahku, jalanan sempit dan banyak dipakai untuk parkir kendaraan"

Saya cuma tersenyum dan membalas:

"Ayo bikin juga di sekitar rumah kalian. Tempat bukan alasan, selama kita bisa kreatif menciptakan suasana bermain untuk anak-anak"

Cobalah berdiskusi dengan tetangga yang seumur dengan kita atau paling tidak yang memiliki anak sepantar dengan usia anak kita. Pasti sebenarnya mereka mau kok. Cuma memang harus ada yang berani memulai.

Sesuaikan permainan dengan tempat bermain. Sekedar main BOLA BEKEL, KARAMBOL, CONGKLAK, MONOPOLI, di teras atau ruang TV saja bisa mengasyikan untuk anak-anak. Kuncinya adalah beri anak-anak kesibukan sehingga mereka bisa melupakan gadget dan TV selama 1-2 jam.

Walaupun akhir-akhir ini saya sibuk dan tidak bisa ikut mengawasi anak-anak main sore, alhamdulillah Mama Dita masih terus menjalankan program ini dibantu oleh ibu-ibu lain secara bergantian. Kami bersyukur banyak sekali dukungan untuk program ini. Respons dari orangtua juga lumayan positif karena setiap pulang ke rumah, anak-anak selalu lapor kalo permainannya menyenangkan.

Kami berharap untuk berikutnya, tanpa kami awasi pun anak-anak bisa bermain sendiri karena mereka sudah saling mengenal satu sama lain dan sudah tahu jenis-jenis permainan yang bisa dilakukan.

Kata seorang psikolog, masalah kenakalan dan penyimpangan anak-anak itu berawal dari BLAST (bored, lonely, angry, stress, tired). Jadi mari kita tumbuhkan anak-anak yang BEST (behave, emphatic, smart, tough).

Urban mama-papa, ada ide permainan apa lagi yang seru untuk anak-anak?

18 Comments

  1. avatar
    ezra regina March 26, 2016 8:34 pm

    Makasi mba De, inspiring banget, semoga nanti ibu di kompleks ku juga mau ikut serta kalo anaknya main hehehehee

    Keren banget idenya

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    De March 2, 2016 12:39 pm

    Makasih mama-mama semua

    @nurati: alhamdulillah belum ada kejadian tak terduga sih. Kalo cuma brantem kecil di antara anak2 pasti ada. Kita cuma pantau dan biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Kecuali kalo dianggap sudah membahayakan, baru dibantu untuk pencegahannya

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    AYUMI TANGGO February 25, 2016 11:48 pm

    Mbaaak idenya super keren deeh!! Semoga mba De dan mama-mama sekomplek kompak selalu yaaa..

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    sadiyah khotimatus February 18, 2016 9:17 am

    wah keren mbak, kalo di komplekku selama ini yang ngajak main anak2 adalah mbak2nya, jadi terinspirasi untuk bikin kegiatan yang sama :)

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Retno Aini February 17, 2016 4:16 pm

    Ini KEREN BANGET, mba'De! Sesuai kebutuhan anak bgt, 2 jam bermain outdoor aktivitas fisik, dan tentunya diawasi para mama juga. Salut deh buat Fayra & para mama yg jadi inisiatornya. Semoga programnya jalan terus ya mba...sedikit2 yang penting awet manfaatnya, bisa weaning anak2 dari gadget. Kalau di sini, akhirnya aku & Alma berdua aja main snowcart di luar. Di sekolahnya, anak2 diharuskan beraktivtas fisik outdoor minimal 2 jam. Biasanya baru pas summer rame deh, anak2 main sepeda keliling rumah & ortunya jagain sambil saling ngobrol & kenalan.

    1. avatar

      As .