Bayi Hebat

Selasa tanggal 13 November 2012 saya harus menerima kenyataan pahit bahwa janin saya harus lahir prematur karena ketuban saya rembes duluan. Waktu itu umur kehamilan saya baru 33 minggu (HPL saya 27 Desember). Malam hari saya USG, Obgyn bilang bahwa bayi saya sungsang (karena memang belum masuk panggul), berarti saya harus menjalani operasi sesar. Sepanjang malam itu saya menangis.

Selalu ada hal baik dari setiap hal buruk, untunglah kandungan saya berhasil dipertahankan 1 minggu. Selasa (20/11) saya menjalani operasi sesar pada umur kehamilan 34 minggu. Dan bayi saya laki-laki, serasa mimpi rasanya, jujur saya ingin anak laki-laki (sebelumnya USG berulang-ulang Obgyn bilang  janin saya perempuan). Sayangnya saya tidak bisa langsung melihat bayi saya karena mungkin kondisi bayi saya yang tidak memungkinkan.

Alhamdulillah bayi saya lahir dengan dengan panjang 44 cm dan berat 2,25 kg. Walaupun kecil, Hideo tak perlu masuk inkubator (karena lebih dari 2 kg). Tetapi Hideo harus pakai oksigen, sonde, dan infus. Ia juga sempat disinar biru karena bilirubinnya agak tinggi, rata-rata bayi prematur memang pernah kuning. Saya baru bisa melihatnya setelah 3 hari, dan saya baru bisa menyentuhnya 7 hari kemudian. Saat itu saya diberitahu bahwa saya boleh belajar menyusui bayi saya di kamar NICU (sebelumnya hanya mengirim ASI saja).... Senang sekali rasanya, berdebar-debar karena akan bertemu bayi kami langsung, tanpa kaca.

Saya selalu membayangkan dan yakin kalau menyusui itu mudah. Kenyataannya saya salah besar. Hideo belum bisa mengisap dan puting saya tenggelam. Perawat NICU memberi tahu saya "Harus sabar ibu, karena bayi prematur memang seperti ini, mereka belum punya naluri untuk menyusu." Ya saya harus sabar... Sabar sekali....

Hari berikutnya berjalan seperti ini, semua serasa berjalan lambat. Perawat NICU lain memarahi saya karena tidak menarik puting saat masih hamil. Saya bilang tidak (teman-teman saya di kantor yang sebagian besar bidan, melarang saya untuk menarik-narik puting karena bisa menyebabkan kontraksi, saya pernah mengalami abortus dengan pendarahan sebelumnya, jadi saya sangat berhati-hati untuk kehamilan setelahnya). Seiring waktu berjalan, saat waktunya menyusui (peraturan rumah sakit mengatakan jam menyusui 05.30, 08.30, 11.30, 14.30, 17.30, 20.30 dan 23.30 sebagai jam terakhir menyusui). Seminggu belajar menyusui rasanya membingungkan. Bagaimana tidak, di antara jam-jam menyusui saya harus memerah ASI. Begitu terus sepanjang waktu. Jika waktu setengah jam menyusui bayi tidak efektif, maka ia harus disuapi dengan asi yang diperah sebelumnya menggunakan sendok. Benar-benar membuat saya sangat stres sehingga kadang ingin menyerah. Tapi saya tetap bertahan karena ingat Hideo. Bayi hebat kami.

Bagaimana dia tidak hebat? Saya sempat mengalami flek saat hamil tujuh minggu. Kemudian saat hamil 13 minggu saya ikut pelatihan di Solo selama tiga hari. Saat hamil 15 minggu saya diare dan keracunan makanan. Kemudian saat hamil 20 mingug saya dan suami jatuh dari motor. Dan saat saya hamil 26-29 minggu, saya harus diklat selama tiga minggu di Semarang. Terakhir, ia harus lahir prematur.

Pada hari ke-15 Hideo boleh dibawa pulang. Semua memang tidak mudah. Pelan-pelan kami mengajarinya untuk langsung menyusu lewat payudara. Awalnya puting saya disambung dulu dengan nipple (seperti dot, tapi berwarna cokelat), walaupun kadang hanya diisap sebentar-sebentar. Lama-kelamaan ia bisa menyusu langsung. Sekarang Hideo sudah 5 bulan, biarpun waktu terasa merayap, yang penting ia sehat dan makin pintar. Semoga kelak ia menjadi anak yang hebat.