Fakta Menjadi Seorang Ibu
Apakah semua wanita pasti siap menjadi seorang ibu? Jawabannya belum tentu. Menjadi ibu bukan sekadar status yang berganti, tetapi perubahan hidup yang harus siap kita jalani. Beberapa fakta yang saya temukan setelah menjadi ibu:
1. Semua aktivitas berubah
Mempunyai anak membuat saya linglung di awal awal melahirkan. Saya kaget dengan perubahan yang begitu drastis di setiap harinya. Saya yang terbiasa bisa mandi lama, tiba-tiba hanya punya waktu lima menit karena anak sudah menangis. Saya yang biasa tidur pulas sembilan jam tanpa gangguan, tiba-tiba harus terbangun setiap dua jam sekali karena bayi harus menyusu. Saya yang sangat mudah jijik, tiba-tiba harus membersihkan pipis dan pup anak sendiri. Waktu santai sudah tidak bisa dinikmati dengan membaca buku atau main gadget, tetapi harus pumping ASI dan mencuci pakaian anak. Jangan lagi ditanya soal bisa ke salon atau ke bioskop setiap weekend, sudah hampir lupa rasanya dandan karena setiap hari di rumah.
2. Tidak terlalu tahu cara merawat bayi
Bingung sekali kalau anak sudah mulai menangis dan kita tidak bisa menenangkan. Diberi susu sudah, diganti popok sudah, ditimang-timang sudah, tetapi tetap saja menangis, kalau sedang di situasi seperti itu rasanya ingin ikutan menangis juga.
Memandikan, mengganti popok, menyusui, membedong semua modal bismillah karna kebetulan saya tidak tinggal dengan orangtua jadi belajar merawat bayi benar-benar hasil kolaborasi saya berdua dengan suami. Kami hanya memakai insting dan sesekali mencari informasi di dunia maya. Belum lagi kalau tiba tiba bayi muntah, bisa panik sampai menangis. Baru tahu kalau newborn biasanya memang alergi dengan makanan tertentu, jadi makanan ibu menyusui perlu diperhatikan.
3. Mengalami babyblues
Dua minggu sejak kelahiran anak tiba-tiba saya berubah menjadi murung, lebih pendiam, saya dan suami yang setiap harinya selalu bercanda tiba tiba saya tidak mempunyai gairah untuk melucu atau sekadar tersenyum. Pikiran saya rasanya berat, mengobrol sama suami seadanya, saya yang sifatnya manja tiba tiba ingin terlihat strong. Namun ada juga dalam beberapa hari tiba tiba saya ingin memeluk suami dan menangis tanpa sebab. Mempunyai anak tentu bahagia sungguh luar biasa, tetapi di sisi lain saya seperti tidak siap dengan tanggung jawab yang saya emban sebagai seorang ibu. Saya seperti takut kehidupan dengan suami berubah karena kehadiran si kecil. Namun perlahan saya mengerti bahwa hal ini tidak bisa dihindari and it's ok when you feel it, karena pada dasarmya kita perlu waktu untuk terbiasa.
4. Prioritas jadi berubah
Sudah tidak bisa lagi hangout dadakan bersama teman, atau sekadar eksis di grup wa sampai berjam-jam. Saat si bayi tidur, saya harus pumping. Jadilah saya harus merelakan untuk tidak bisa mengobrol banyak dengan teman-teman satu geng. Waktu jadi begitu sangat berharga, dan saat punya waktu luang, saya pasti lebih memilih untuk tidur daripada main hp.
5. Masuk ke dalam dunia menyusui
Menyusui jadi tantangan tersendiri lagi untuk seorang ibu. Begitu mempunyai anak kita dituntut untuk langsung mengerti seluk-beluk tentang ASI, cara menyusui, cara memerah ASI, cara menyimpan ASI, dan lain-lain. Apalagi ibu bekerja perlu memikirkan juga stok ASI untuk nanti saat sudah harus masuk kerja. Saya memang ibu rumah tangga, tetapi bukan berarti saya tidak mempunyai hambatan. Ada sangat banyak hambatan yang saya hadapi selama proses menyusui. Mulai dari kulkas yang tiba-tiba rusak sehingga terpaksa membuang semua stock ASI saya di freezer, saya sempet dirawat di rumah sakit dan minum antibiotik selama tujuh hari.
6. Jangan malu bertanya atau sekadar minta tolong
Menjadi ibu bukanlah persaingan, bukan tentang siapa yang lebih jago dari siapa. Sesekali sharing dengan teman yang sudah berpengalaman atau sekadar curhat dengan teman yang juga mempunyai bayi sangatlah melegakan. Tidak perlu gengsi atau merasa kita lebih pintar lebih mengerti daripada siapa pun. Terkadang suami pun belum tentu bisa membantu atau memberikan solusi. Hal yang terjadi pada anak kadang beragam dan terlalu remeh untuk selalu ditanyakan pada dokter, jadi masuk ke dalam sebuah komunitas seperti Urban Mama bisa menjawab semua keresahan kita sebagai seorang ibu. Kita tidak sendiri menghadapi lika-liku dunia ini. Jangan merasa gengsi juga kepada suami, sesekali meminta tolong untuk menggendong si kecil hanya untuk sekedar minum teh atau untuk memanjangkan kaki itu sangat berharga untuk pada Ibu.
7. Mitos dan pendapat yang beragam
Jangan bingung kalau akan banyak sekali yang berpendapat macam-macam tentang si kecil. Anak tidak boleh begini tidak boleh begitu, Ibu menyusui tidak boleh makan ini harus minum itu, dan lain hal sebagainya. Akan sangat komentar atau nasihat yang kita dapatkan. Pendapat kita dengan suami saja kadang berbeda, belum lagi kalau ditambah dengan pendapat orangtua, mertua, ipar, tetangga, teman, wah akan seperti apa jadinya. Namun intinya tidak semua harus kita dengarkan dan ikuti. Jangan terlalu dipusingkan kalau mendengar berbagai pendapat, orangtualah yang pada akhirnya akan memutuskan dan ambil positifnya saja, mereka peduli karena sayang kepada kita.
image credit: pexels.com
Begitulah kira-kira beberapa hal yang akan kita jumpai begitu menjadi seorang ibu. Intinya, seberat apapun tantangan kita sebagai orangtua jangan lupa untuk membahagiakan diri sendiri. Wanita adalah tonggak utama dalam keluarga. Wanita dituntut untuk menjadi ibu yang benar dalam mengurus anak dan menjadi istri yang bisa menstabilkan kondisi di rumah. Jadi, kalau kita sendiri tidak bahagia bagaimana bisa membahagiakan keluarga. Nikmati segala proses, jadikan semua pembelajaran, tetap ingat bahwa tujuan kita menikah yang terpenting adalah menjaga keharmonisan hingga hari tua. Jadi jangan karena sudah mempunyai anak hubungan dengan suami jadi dinomorduakan. Bahagia dulu dengan suami baru jadikan kehadiran anak sebagai penyempurna dalam berumah tangga.
Makasih dinda sudah berbagi artikelnya! Setuju, bahagia dan bersyukur termasuk bersyukur mengalami banyak perubahan ketika menjadi orangtua :)
iya betul sekali mba eka, semua perubahan dijalani, dinikmati dan disyukuri saja.. :)
suka sama kata-kata terkahirnya, bahagia dulu dengan suami. terkadang kita suka lupa ketika anak lahir jadi banyak hal yg dinomor duakan padahal semuanya butuh perhatian juga. ketika hubungan dengan suami baik, pasti menjaga, merawat dan mendidik anak berdua dengan suami akan berjalan dengan baik, harmonis dan menyenangkan. TFS yaaa mama adinda
terima kasih mba dieta.. semoga kita bisa selalu menjaga keharmonisan rumah tangga ya.. kalau hubungan dengan suami lancar, ngurus anak jadi bisa berdua, pasti ngejalaninnya bisa jauh lebih menyenangkan :)
Suka banget sama artikelnya mama Dinda.
Betul banget, jadi mama bukan berarti nggak boleh bahagia yaa..
Karena ngefek banget kalau mood mamanya bagus, nanti nular ke anak-anaknya juga :)
betul banget mba, sebagai ibu juga tantangan tersendiri tuh untuk jaga mood selalu bagus. jangan sampai ibunya stres nanti malah jadi anak yg kena omelan hehehe
terima kasih dinda sudah berbagi di artikel yang bagus ini.
jangan lupa bahagia :) dan kita bisa menemukan kebahagiaan-kebahaagiaan kecil setiap hari dengan bersyukur dengan segala yang kita miliki saat ini. nah ituuu bener banget, hubungan dengan suami jangan sampai jadi yang nomor 2 *jleb!* :)
thanks dindaaa...
betul sekali, kebahagiaan kecil bisa kita jumpai setiap harinya dari anak ya mba dan bisa ngejalanin sebagai orangtua berdua suami ternyata juga bisa menambah keromantisan hehe jangan lupa bahagia mba ninit.. :)
"Menjadi ibu bukan sekadar status yang berganti, tetapi perubahan hidup yang harus siap kita jalan" ---> setuju sekali! Ini yang kadang suka bikin para ibu 'kaget' saat menerima status barunya, termasuk saya, waktu dulu baru punya anak). Ternyata memang semua2nya bakal berubah dan itu normal. Terima kasih mama Adinda utk sharingnya :D
bener-bener berubah drastis ya mba kita sebagai ibu baru pasti butuh waktu untuk menyesuaikan :)