Family Day At Museums

Foto kiri: Yangpap, Maliq, Hafidz, Fidel, Umi, Ibuih. | Foto kanan: Yangpap, Maliq, Hafidz, Fidel, Umi, Bubun.

Mulai dari halaman depan sudah terdapat beberapa display yang menarik. Batu-batu besar dan sebuah alat penyulingan minyak yang bergerak seolah-olah sedang benar-benar menyuling. Reaksi Hafidzar saat melihatnya, "Bun, Ade takut mau pulang aja!". Hafidz memang sedang banyak berimajinasi dengan suara dan baru mengenal kata & rasa takut.

Di dalam banyak sekali display yang menarik, apalagi di wing sebelah kanan yang berisi benda-benda prasejarah. Karena banyak kakak-kakak yang sedang karyawisata, awalnya agak crowded tapi tidak lama waktu kunjungan mereka selesai dan suasana kembali lengang. Anak-anak senang melihat T-rex, Mammoth, sampai Pitecantropus Erectus dalam bentuk tulang belulangnya. Fidel tertawa geli melihat tengkorak manusia yang giginya masih lengkap. Teringat sesi gosok gigi tiap pagi dan malam hari.

Pindah ke wing sebelah kiri berisi display batuan-batuan serta gunung-gunung berapi. Terdapat display informasi interaktif tetapi sayang kurang menarik untuk anak-anak. Setelah klak klik beberapa kali menggunakan mouse-nya, Maliq pun bosan.Disini saya juga mengingatkan Hafidz tentang pekerjaan almarhum datok nya dulu yang seorang Geolog (walaupun Hafidz pasti masih kurang mengerti apa itu Geolog dan saya juga tidak sempat ketemu almarhum bapak mertua, tetapi tidak ada salahnya diperkenalkan kan?).

Naik ke lantai atas tema displaynya adalah hasil bumi dan cara memperolehnya. Ada miniatur pertambangan, rig lepas pantai, alat-alat penelitian dari jaman dulu, segala jenis minyak bumi sampai ada display barang-barang yang hancur terkena awan panas ataupun lahar. Anak-anak suka bagian ini karena terdapat miniatur pesawat, helikopter, dan mobil.

Masuk ke Museum Geologi ini gratis. Hemat bermanfaat. :)

Day 2: Meluncur ke Puspa IPTEK Kotabaru Parahyangan. Kali ini Yangpap nggak ikut, jadi kami diantar Yangmam dan um Aa.

Puspa IPTEK bangunannya sekilas mirip perahu layar. Ternyata bentuknya adalah Jam Matahari (Sundial) yang sangat besar. Sayangnya saat kami kesana langit agak mendung sehingga tidak bisa observasi jam besar tersebut.

Kami disambut oleh Mr. Einstein di pintu depan. Baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan yang terdiri dari 2 lantai dan satu lantai lagi untuk ruang observasi Sundial itu banyak sekali display ragam teknologi dilengkapi penjelasan lengkap cara menggunakannya juga ada beberapa orang kakak yang siap membantu kita menjelaskan dan mempraktikkan alat-alat tersebut.

Ada Parabola penangkap suara yang membuat Maliq tercengang (um Aa yang bicara di Parabola di sebrang seperti ada di sebelah Maliq saja). Ada meja yang bagian bawahnya seperti kosong, kata Maliq, "Badan Bubun ilaaaang!". Ada cermin yang bisa membuat kita seperti melayang. Ibuih dan saya juga sempat menaiki sepeda di atas sebuah tali dengan ketinggian sekitar 3-4m. Saya berteriak paling heboh dan stuck di tengah-tengah tali nggak berani maju ataupun mundur, didorong pulang deh akhirnya. Untung sedang sepi, jadi yang mentertawakan saya hanya keluarga saja. :)

Masih banyak lagi alat peraga yang kami coba. Maliq yang paling bersemangat mencoba semua sambil terus diawasi karena ada alat peraga yang memakai ataupun menghasilkan listrik dan alat peraga yang terdapat alat pecah-belah.

Tiket masuknya hanya Rp 10.000/ orang dan gratis untuk anak di bawah 3 tahun.

Benar-benar liburan kali ini kami isi dengan sesuatu yang bermanfaat dan tentu saja hemat!