Merekatkan Hubungan Anak dan Orangtua dengan Kreasi Kardus

 
Suami saya senang membuat kreasi-kreasi dari kardus. Aktivitas ini sering dilakukan saat akhir pekan untuk mengisi waktu bersama anak- anak. Sebagai orangtua kadang-kadang kami ingin kalau akhir pekan di rumah saja, tidak perlu kemana-mana. Tapi kalau kelamaan di rumah dan tidak ada kegiatan, sudah pasti anak-anak akan bosan dan mati gaya. Dari situ ide membuat karya dari kardus itu bermula.
 
Dalam sehari kadang suami dan anak-anak bisa menghabiskan waktu empat sampai lima jam. Mulai dari mencari kardus di gudang, merencanakan mau bikin apa, memotong, menempel, mewarnai sampai akhirnya bersama-sama main dengan karya buatan sendiri.
 
Saya mendapat tugas menyemangati, mendokumentasikan, dan yang tidak boleh ketinggalan, upload di medsos! Semua medsos dari facebook, twitter sampai almarhum path saya bombardir dengan foto-foto anak-anak yang main kardus dari proses bikin sampai jadi.
 
Ternyata postingan saya ini menarik banyak respon. Alhamdulillahnya komentar-komentarnya positif semua dari beberapa teman. Ada yang minta dibuatkan, ada yang minta diajarkan caranya, sampai ada juga yang kepengin beli meski kami tidak menjualnya. Hal ini membuat saya makin semangat untuk mendokumentasikan setiap karya yang dibuat suami dan anak-anak. 
 
Sampai suatu saat ada salah satu teman suami yang meminta untuk dibuatkan kelas membuat kreasi kardus. Hal ini jadi tantangan bagi saya dan suami untuk mencoba mewujudkannya. Kami akhirnya memutuskan untuk membuat kelas workshop kreasi kardus bersama-sama. 
 
 
 
Saat suami dan anak-anak membuat karya dan saya mendokumentasikannya, kami merasakan sekali quality time pada saat itu. Terutama saat anak-anak bertanya mau buat apa, saat anak-anak tidak sabar ingin cepat jadi atau bahkan saat anak-anak menangis karena tidak sengaja kena gunting atau lengket kena lem. Pada saat-saat seperti itu kita seakan lupa sejenak dengan televisi dan gadget. Hal-hal semacam itu yang ingin kita bagi dengan orangtua yang lain.
 
 
Yang kami syukuri pada saat proses pembuatan karya kardus ini, kita memiliki kesempatan untuk lebih mengenal karakter, sifat, dan emosi anak. Sebaliknya, anak juga memiliki kesempatan untuk lebih mengenal kita sebagai orangtuanya. Tapi ada yang lebih penting lagi, saat itu kita bisa lebih mengenal diri kita sendiri sebagai orangtua. Apakah kita sosok orangtua yang sabar ketika anak tidak mau dibantu memotong pola? Apakah kita sosok ibu yang memaksakan anak untuk mengecat dengan warna yang sesuai? Atau apakah kita orangtua yang tidak percaya bahwa anak bisa memotong pola menggunakan cutter? Dan tidak lupa, ternyata anak juga dapat mengenali potensi mereka sendiri.
 
 
 
Pengalaman ini yang kami coba tuangkan ke dalam bentuk workshop kreasi kardus ini. Sebuah workhop yang bisa dijadikan sebagai tempat merekatkan hubungan anak dan orangtua. Kami berusaha membuat bagaimana caranya supaya di workshop ini muncul keterlibatan orangtua yang tinggi. Untuk itu sengaja kami menggunakan alat bantu cutter untuk memotong dan glue gun untuk menempel. Karena dua alat ini memiliki sedikit potensi bahaya, maka orangtua semacam dipaksa untuk memantau dan mendampingi saat anak melakukan aktivitas ini.
 
Saat orangtua terlibat, anak akan merasa kehadiran ayah dan ibu bukan hanya secara fisik, tapi juga secara batin. Kami berharap melalui proses ini, rasa percaya diri anak meningkat karena mendapat kepercayaan dari orangtua untuk melakukan hal baru dan berhasil membuat karya dari tangan mereka sendiri.
 
 
Kami lalu sepakat untuk membuat kelas workshop dengan nama Prakardus. Sederhananya Prakardus berarti PRAKARya karDUS. 
 
 
 
Pada pelaksanaannya di workshop ini anak-anak juga dapat menemukan dan belajar hal baru. Beberapa kali saya temui beberapa anak yang ternyata baru kali itu main kardus kardus, ada juga yang baru kali itu mencoba alat baru semacam glue gun dan cutter dan beberapa ada yang baru kali itu membuat karya dalam durasi yang lama bersama orang tuanya.  
 
Pada akhirnya Prakardus berharap semoga lewat kelas kreasi kardus ini, anak-anak akan menyimpan memori positif yang tak terlupakan. Mereka akan mengingat detil interaksi pada saat mereka bermain bersama orangtua dan teman-teman barunya. Mudah-mudahan kenangan ini akan terus mereka bawa hingga mereka dewasa.
 
 
 

10 Comments

  1. avatar
    Honey Josep January 24, 2019 5:29 pm

    Bagus-bagus deh karya Prakardus! Semoga nanti bisa ikutan workshopnya.

    1. avatar
      anty hedianty January 24, 2019 6:42 pm

      masya Allah terima kasih :) yuk ikutaan

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  2. avatar
    Angie Renata January 24, 2019 5:28 pm

    Kreatif sekali! Kapan bikin di Bandung?

    1. avatar
      anty hedianty January 24, 2019 6:41 pm

      pingin bgt,secepatnya insya Allah..amiiin!

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  3. avatar
    ninit yunita January 24, 2019 12:53 pm

    Ini bagus banget deeeh! Suka banget dengan konsep merekatkan hubungan orangtua dengan anak. Kece!

    1. avatar
      anty hedianty January 24, 2019 12:57 pm

      masya Allah,nuhun pisan teteh prakardus udh boleh ber-media partner dgn TUM rasanya bangga bgt loh! ❤

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  4. avatar
    Nala Gautama January 24, 2019 9:02 am

    gag nyangka dari kardus bisa sekeren ini. aku jadi terinspirasi buat bikin juga. ini kelasnya rutin tiap bulan mba?

    1. avatar
      anty hedianty January 24, 2019 12:56 pm

      insya Allah dalam sebulan selalu ada 4x workshop,tiap sabtu/minggu dengan lokasi yang berbeda-beda.kalo waktunya lg ngepas,ikutan yuk mom! :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    Dhea Adinda January 24, 2019 8:57 am

    Wah bagus banget kreasi kardusnya!

    1. avatar
      anty hedianty January 24, 2019 12:56 pm

      masya Allah terima kasih :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .