Oleh-oleh untuk Niska: ASIP dari Hong Kong
Pertengahan bulan Mei yang lalu, saya sekeluarga pergi berlibur selama 1 minggu. Tiket sudah saya beli jauh-jauh hari, kecuali tiket untuk Niska karena dia belum memiliki paspor. Saya pikir gampang lah, tiketnya dibeli belakangan setelah paspor selesai.
Begitu Niska lahir dan saya kembali ke rumah, saya mulai mengurus akte kelahiran Niska karena akte kelahiran. Ternyata waktu 1,5 bulan tidak cukup untuk mengurus akte kelahiran (diiringi berbagai alasan mulai dari pergantian kepala dinas kependudukan hingga akte sudah jadi tapi terselip di kantor) sehingga paspor tidak dapat dibuat dan Niska tidak bisa diajak pergi.
Sebenarnya saya sudah berusaha mengganti tanggal di tiket dan reservasi hotel, tapi ada saja halangannya sehingga opsi terbaik adalah berangkat dan pulang di tanggal semula, tanpa Niska. Kebetulan mama dan adik saya berencana datang dari Jakarta, jadi saya tidak usah khawatir masalah pengasuhan Niska. Saya tinggal menyiapkan ASIP dan mental selama bepergian. Hitung ASIP yang ada di freezer, alhamdulillah cukup untuk konsumsi Niska jadi saya cukup tenang, tinggal bagaimana saya harus bisa rutin memompa selama bepergian dan yang lebih penting, bagaimana caranya supaya semua ASIP yang dipompa selama bepergian bisa dibawa pulang ke Surabaya dalam kondisi baik.
Supaya kegiatan memompa berjalan lancar, ini barang-barang yang saya bawa:
- Cooler box – Igloo kapasitas 12 kaleng
- Ice pack – merk Rubbermaid
- Breastpump – medela freestyle
- Botol plastik – merk medela
- Kantung plastik ASIP – Natur dan medela
- Cooler bag – Fridge-to-Go kapasitas 6 kaleng, daya tahan 8 jam
- Nursing apron
- Spidol untuk menulis tanggal, jam, dan volume hasil pompa
- Sikat dan sabun untuk mencuci botol
- Wadah untuk menitipkan kantung ASIP di freezer hotel – lock n lock ukuran besar
Satu lagi hal penting harus dibawa tapi mendadak menghilang dari rumah saya: tablet sterilizer. Akhirnya semua perlengkapan memompa hanya saya kocok dengan air panas (jika sedang berada di hotel) atau kocok dengan air biasa (jika sedang di luar hotel).
Rute pesawat saya adalah Surabaya – Kuala Lumpur, transit dulu, dilanjutkan dengan Kuala Lumpur – Hong Kong.
Setelah pesawat mendarat di KL dan urusan bagasi/imigrasi selesai, saya langsung mencari tempat untuk memompa. ASIP saya simpan di dalam cooler bag yang saya tambahkan ice pack agar dinginnya tahan lebih lama. Saat check in saya menanyakan berapa jumlah ASIP yang bisa dibawa ke dalam kabin (dalam hal ini, ASIP cair). Petugas check in menjelaskan bahwa saya hanya bisa membawa maksimal 10 botol @100 ml. Hasil pompa pun saya bagi ke dalam 2 botol agar tidak melebihi jumlah yang ditentukan.
Di atas pesawat menuju Hong Kong saya pun memompa lagi sambil diberi tatapan penasaran oleh pramugari. Saya memompa di tempat duduk dengan ditutupi nursing apron. Oh ya, breastpump yang saya gunakan bisa dioperasikan dengan baterai lithium jadi saya tidak bergantung kepada steker listrik. Sampai Hong Kong alhamdulillah ASIP saya masih dalam keadaan baik dan segera saya pindahkan ke kulkas yang ada di kamar hotel. Cooler bag dan ice pack saya titipkan ke freezer hotel agar siap bertugas keesokan harinya.
“Ritual” saya selama 6 hari selanjutnya selalu sama: pagi hari menitipkan ASIP (hasil pompa hari sebelumnya) ke freezer sambil mengambil ice pack dan cooler bag, jalan-jalan sambil mompa di mana-mana, menyimpan ASIP (hasil pompa hari itu) di kulkas kamar lalu menitipkan cooler bag dan ice pack ke freezer hotel. Begitu terus sampai petugas hotel sudah hafal saat melihat saya mendekati meja reception.
[caption id="attachment_69382" align="aligncenter" width="333" caption="cooler bag jadi teman setia selama berlibur"][/caption]
Selama berkeliling di Hong Kong saya tidak bisa memompa tepat setiap sekian jam sekali karena terkadang saya masih berada di bis atau MTR. Begitu juga dengan tempat memompa. Saya tidak saklek memompa di nursing room, di mana saja boleh yang penting “aset” saya tidak kelihatan. Saya pernah memompa di toilet (dan ada ABG yang bingung mendengar suara breastpump saya, katanya seperti suara kodok), di bangku tunggu di tengah mall (sambil diberi tatapan bingung oleh seorang nenek dari India), di ferry menuju dan dari Macau (diberi senyuman oleh ibu-ibu setanah air), juga di sebuah restoran di Ngong Ping saat makan siang.
[caption id="attachment_69385" align="aligncenter" width="222" caption="memompa di ferry"][/caption]
Alhamdulillah walau jadwal memompa tidak terlalu rutin saya masih bisa mendapatkan ASIP dalam jumlah yang cukup konsisten tiap harinya.
Di hari ke-5 saya check out dari hotel pertama untuk pindah ke hotel yang lain, ternyata saya sudah punya 39 kantong ASIP dan tidak cukup di dalam cooler box yang saya bawa. Akhirnya suami saya pergi ke supermarket di dekat hotel untuk membeli cooler box baru. Lucu ya, orang lain kalau ke Hong Kong biasanya kopernya yang “beranak” dan diisi barang belanjaan, saya yang “beranak” malah cooler box.
Sampai di hotel kedua saya pun memulai lagi “ritual” menitipkan ASIP ke freezer hotel. Untungnya hotel-hotel yang saya inapi memperbolehkan tamunya menitipkan barang di freezer/kulkas hotel serta memiliki kulkas kamar yang dingin.
Hari terakhir liburan pun tiba dan saya bersiap-siap menuju bandara. Sebelum check out saya mampir ke restoran hotel untuk mengambil “harta karun” saya: ASIP untuk Niska.
Sampai bandara saya sampaikan bahwa saya membawa ASIP beku, dan melihat jumlahnya yang cukup banyak saya diharuskan memasukkan cooler box ke dalam bagasi. Ternyata walaupun ada klausul TSA yang menyatakan bahwa ASIP boleh dibawa ke dalam kabin, penerapannya berbeda-beda di setiap bandara. Ada yang memperbolehkan dengan persyaratan tambahan (misalnya jumlah maksimal) dan ada juga yang tidak memperbolehkan.
Setelah mendarat di KL alhamdulillah semua ASIP masih bagus. Saya menanyakan ulang kepada petugas di KL apakah saya bisa membawa cooler box ke kabin dan jawabannya berbeda-beda. Petugas check in bilang bisa, petugas lain bilang “ada kemungkinan tidak boleh”, tapi yang terpenting petugas keamanan bandara bilang bisa (setelah saya diminta menunjukkan isi cooler box). Hore, ASIP saya bisa terbang dengan aman ke Surabaya.
[caption id="attachment_69381" align="aligncenter" width="500" caption="harta karun: ASIP"][/caption]
Begitu sampai di rumah saya segera memindahkan ASIP ke freezer, semua aman. Lega... saya tidak jadi defisit ASIP dan punya cukup banyak stok untuk kembali bekerja. Alhamdulillah...
Beberapa tips untuk ibu menyusui yang akan bepergian tanpa membawa anaknya:
- Cari peraturan TSA tentang ASIP, cetak atau simpan di hp untuk ditunjukkan ke petugas bandara.
- Tanyakan baik-baik ke petugas bandara apakah boleh membawa ASIP ke kabin, siapkan rencana cadangan jika ASIP tidak boleh dibawa ke kabin karena peraturan tiap bandara bisa berbeda.
- Sebelum berangkat tanyakan ke hotel tempat menginap apakah bisa menitipkan ASIP di freezer/kulkas dapur, kalau tidak bisa berarti kita masih ada waktu untuk memikirkan cara lain untuk memastikan ASIP tetap dalam kondisi baik.
- Siapkan peralatan yang berhubungan dengan kegiatan memompa dan menyimpan ASIP, jangan ada yang ketinggalan atau kurang karena agak sulit mencari-cari barang bayi di kota yang tidak kita kenal.
- Pilih alat memompa yang paling nyaman (kalau bisa memerah dengan tangan berarti bawaan akan jauh lebih sedikit).
- Berusaha untuk tenang, tidak ada gunanya panik atau sedih karena tidak bersama dengan anak, sebaliknya coba untuk tenang dan santai agar hasil pompa maksimal (walaupun pasti kangen anak).
keren perjuangannya .. salut :)
keren mbaa.. ^^
mba salam kenal.itu kalo bawa asip di bagasi mengurangi jatah bagasi ga si mba?
Salam kenal ya mba..
kalau saya jadi niska, saya bakal bahagia banget punya mommy kayak mbak otty, meski pun jauh dimata tapi slalu dekat di hati..perjuangannya oke banget..
Salam kenal juga. Duh, makasih ya. Semoga Niska juga ngerasain hal yang sama :)
Niska pasti bangga bgt sama mamanya :)
ikutan kangen Niska pas liat lo mompa... keren deh otty.
*angkat topi*
Makasih, Chika :) *angkat breastpump*