Saat Tidak Berpuasa, Ya atau Tidak Makan di depan si Kecil?

Saya adalah seorang ibu dari dua orang anak laki-laki. Seingat saya, anak-anak mulai berpuasa penuh saat mereka TK B menjelang kelas 1 SD. Anak-anak memang bersekolah di SD berbasis agama Islam. Saat Ramadan, anak-anak tidak diperkenankan membawa bekal makan dan minum dengan tujuan untuk mulai belajar berpuasa. Sama seperti anak-anak lain, awalnya anak-anak berpuasa 1/2 hari. Mulai kelas 1, ternyata mereka sudah sanggup untuk berpuasa penuh. Saya sampai bolak balik bertanya, ternyata jawaban mereka ingin berpuasa sampai Magrib. Tentunya mereka juga pernah mengatakan haus dan lapar dengan ekspresi yang sedikit dramatis. Karena di keluarga kami, kami usahakan penuh canda tawa, maka saya coba memberikan pemahaman pada mereka dengan cara yang menyenangkan. Malah saya suka iseng sih, "Ya udah buka aja." Mereka malah tertawa dan protes, "Mama! Jangan dong!"

Di rumah, kami membiasakan untuk melakukan sholat berjamaah terutama Magrib dan Isya. Ada saatnya saya tidak ikut sholat karena sedang berhalangan. Lalu timbul diskusi mengapa Mama tidak sholat dan tidak puasa. Kini anak-anak tumbuh besar, mereka semakin mengerti kalau Mama tidak sholat artinya sedang haid dan kenapa saat haid tidak boleh sholat, diterangkan berdasarkan ilmiah oleh suami saya. 

Tahun ini, di awal Ramadan, kebetulan saya masih belum bisa berpuasa. Meski demikian saya tetap bangun untuk sahur bersama. Terus terang, tiap kali sedang tidak berpuasa, saya tetap minum dan makan di depan mereka. Saya pun melakukannya dengan santai, tidak ada perasaan tidak enak. Bukannya tidak menghormati tapi ada pertimbangan kenapa saya melakukannya. 

1. Anak-anak bersekolah di SD yang satu agama

Bagi saya, agama merupakan faktor penting dalam memilih sekolah. Sebagai orangtua kami sepakat dan memutuskan bahwa sekolah dasar yang jam pelajaran agamanya lebih banyak, penting bagi membangun fondasi keyakinan anak-anak. Tapi anak-anak juga harus mengerti bahwa selain di lingkungan sekolah, ada teman-teman yang lain yang berbeda agama dan keyakinan yang berbeda itu harus dihormati.

2. Saling menghormati

Selama ini kita lebih sering mendengar untuk menghormati orang yang berpuasa. Tapi di satu sisi, saya juga mengingatkan anak-anak bahwa sebaliknya kita juga harus menghormati orang yang tidak berpuasa. Bila ada teman yang berbeda keyakinan dan makan atau minum di depan kita, biasa saja dalam bersikap. Tidak perlu marah atau tersinggung karena kita sedang berpuasa. Ingatkan anak-anak esensi dari berpuasa. Kita yang berkecukupan, hanya menahan lapar dan haus sampai magrib saja. Ketika magrib datang, kita bisa makan dan minum dengan hidangan berbuka yang biasanya lezat dan lebih istimewa dari hari lain. Sementara, tidak sedikit juga yang setiap hari mengalami apa yang kita lakukan di bulan Ramadan.

Di IG story, saya mengajukan pertanyaan pada teman-teman mengenai hal ini. Apakah sebagai Ibu biasanya urban Mama yang tidak berpuasa, makan atau tidak di hadapan anak-anak. Mayoritas menjawab tidak tetapi tidak sedikit juga yang menjawab bersikap biasa saja. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, sebagai ibu kita tentu mempertimbangkan keputusan kita. Saya hanya berbagi perspektif yang mungkin berbeda.