The Most Blessing Moments

Masih terbayang jelas dalam ingatan saya ketika dokter mengatakan bahwa janin yang saya kandung kembar. Kaget, takjub, dan bingung bercampur aduk jadi satu. Seperti ibu hamil lainnya, saya pun melewati masa mual, mengidam, kaki bengkak, sakit pinggang hingga mati rasa di ulu hati. Selama masa kehamilan saya harus ekstra hati-hati, karena kehamilan kembar lebih rawan prematur. Setiap perubahan yang terjadi mendadak atau tiba-tiba, saya harus segera konsultasikan ke dokter.

Hingga tiba saatnya minggu ke-33 kedua bayi kembar saya lahir prematur. Karena keadaan yang tidak memungkinkan, saya gagal IMD. Kedua bayi saya langsung masuk inkubator, lengkap dengan selang oksigen, sonde, dan infus. Selama 38 hari mereka harus menginap di rumah sakit guna meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh, agar dapat tumbuh dengan normal. Masa-masa kritis saya lewati dengan penuh air mata, jantung berdebar kencang, dan doa yang tak pernah putus. Setiap melihat ibu menggendong bayinya keluar dari rumah sakit bersalin dengan penuh senyum, hati saya iri. Ingin rasanya saya jemput dua bayi kembar saya untuk segera saya bawa pulang. Tapi apalah daya ketika melihat mereka lemah tergolek berbalut berbagai macam selang di tubuhnya.

Namun harapan saya tak pernah pupus ketika melihat semangat mereka untuk pulih. Satu detik saja suster terlambat memberikan ASI, mereka sudah menangis sekuat tenaga. Bahkan sebelum dokter mengijinkan minum lewat mulut, mereka secara naluriah menangis dan meronta demi mendapat setetes ASI di mulut, tak peduli ASI telah dimasukkan lewat selang sonde. Setelah mendapat setetes ASI di mulut, mereka pun tertidur lelap dengan wajah damai. Semangat-semangat itulah yang terus memompa harapan saya, bahwa mereka adalah anak-anak yang kuat yang harus saya perjuangkan. Betapa pun hati saya ikut tertusuk-tusuk saat melihat bekas biru lebam di tangan dan kaki mereka, saya akan tetap penuh senyum saat menjenguk mereka di inkubator.

Saya selalu menceritakan tentang hal-hal indah yang menanti mereka di luar sana. Saya selalu membisikkan doa dan ucapan penuh syukur saat menggenggam tangan mereka melalui jendela inkubator. Bukankah satu detik lebih lama Tuhan mengizinkan kita menjadi seorang ibu dari malaikat kecil-Nya itu berkah yang luar biasa? Betapa angkuhnya kita apabila tidak mensyukuri nikmat-nikmat kecil yang selalu berlimpah di hadapan kita.

Saat ini putri kembar saya, KIRA Elysia Setyadi dan KARA Kalani Setyadi telah berusia 29 bulan. Banyak hal yang telah saya lewati demi mengejar ketertinggalan milestone mereka. Tidak sedikit halangan dan rintangan yang terkadang membuat harapan saya menipis mendekati nol. Namun ketika melihat mereka tumbuh dengan penuh senyum dan semangat, saya mampu kembali berdiri dan melangkah lagi untuk membimbing dan mendidik mereka.

Mereka tumbuh sehat dan cerdas hingga saat ini tak lepas dari bantuan dan doa banyak sahabat, kerabat selama masa-masa kritis yang telah terlewati. Maka kami berharap mereka pun dapat tumbuh menjadi anak yang peduli, ringan tangan dalam menolong orang lain. We teach them to share and to care. Di periode emas usianya saat ini, saya tak ingin menyia-nyiakan mendidik mereka menjadi anak yang mandiri dan cerdas. Meskipun saya bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan swasta, saya selalu meluangkan waktu sebagai quality time guna mendidik mereka dengan kedua tangan saya sendiri. Bahkan saya sempatkan untuk memandikan dan menyuapi mereka sebelum berangkat kerja. Saya sudah akan ada di rumah sebelum mereka tidur.

Waktu-waktu yang terbatas itulah saya manfaatkan untuk mempererat ikatan ibu dan anak serta membisikkan segala hal positif yang dapat mereka lakukan. Saya percaya bahwa semua anak itu cerdas. Bahkan tingkah yang sering kita anggap nakal dan bandel bisa jadi merupakan tanda kecerdasan mereka dan cerminan sikap kita terhadap mereka.

Bersama KIRA dan KARA saya tak pernah berhenti belajar, beryukur, dan terus berusaha melakukan yang terbaik. Bukankah menjadi orang tua berarti harus terus belajar seumur hidup? Karena masa kita akan jauh berbeda dengan masa anak-anak kita. Tantangan yang pernah kita hadapi akan berbeda dengan tantangan yang dihadapi anak-anak kita nantinya. Untuk itulah saya berkomitmen untuk terus belajar. Sebagai orang tua saya ingin mempersiapkan sayap-sayap yang kuat agar mereka bisa terbang tinggi. Saya ingin mereka tumbuh menjadi anak yang kuat menghadapi embusan angin dan badai. Saya ajarkan mereka bagaimana merajut sayap-sayap yang kuat itu dengan kedua tangan mereka. Semoga Tuhan memeluk mimpi-mimpi dan harapan kami.

Bagaimana dengan doa dan harapan Urban Mama bagi si kecil? Usaha apa yang Urban Mama lakukan untuk mencapai harapan-harapan tersebut? Mari kita bersama berbagi di sini. Dan jangan lupa Urban Mama bisa ikut sharing foto atau video Blessing Moments di sini dan akan ada bingkisan manis menanti untuk 5 (lima) pemenang setiap minggunya. Seru kan. Tunggu apalagi!

17 Comments

  1. avatar
    WiwiT November 22, 2012 3:36 pm

    *bagi tissue ke semua Mama*
    Yuukk semangat lagi mewujudkan mimpi dan harapan kita untuk anak-anak kita.. *kencengin ikat kepala*

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    WiwiT November 22, 2012 3:35 pm

    mama Endang,
    banyak yang komen "pasti repot" padahal setelah dijalani juga banyak asyiknya yaa.. *toss*

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    WiwiT November 22, 2012 3:32 pm

    hai mom nevon,
    ada diskusinya lho di forum. yuk mampir disini http://theurbanmama.com/forum/topic1490-hamil-kembar.html

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    nevon monica November 22, 2012 3:10 pm

    Hi..salam kenal utk semua mommy. seru baca2 artikel di urban mama, kepingin tau lbh byk soal mommy wanna be..he6
    terharu baca artikel mba wiwid soal baby twins nya.
    bole sedikit tanya gk? wktu hamil kembar ada perbedaan khusus gk? ato ada tanda2 yg membedakan? sorry penasaran soalnya. kebetulan family ak dan suami yg sedarah itu memiliki anak kembar kembar, apa bisa ada kemungkinan memiliki baby twins? hehe
    atau ada artikel yg membahas soal ini ? info pls, tks be4 :)

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Endang November 19, 2012 2:33 pm

    Salut...
    Saya juga mempunyai balita kembar (1,5 th), kadang semangat kita sedikit pupus ketika sanak, teman memberikan komen"aduh pasti repot banget merawat 2 anak, 1 anak aja repot sekali", dari awal kehamilan sampai anak-anak lahir kata-kata "repot" selalu saya hapus dari memori saya, yang selalu saya tanamkan adalah kewajiban yang harus dijalankan.
    Setuju dengan mbak Wiwid, kita harus memberikan yang terbaik kepada buah hati kita yang kembar ciayo..ciayo...

    1. avatar

      As .