The Road To Tokyo Marathon 2015
Semua berawal dari email yang masuk ke inbox dari panitia Tokyo Marathon.
Reaksi saya tentu saja senang! Ini akan menjadi marathon saya di The World Marathon Majors! Namun pada saat yang bersamaan saya juga memikirkan masalah finansial, membagi waktu untuk bekerja, mengurus anak, dan latihan. Satu yang tak kalah penting adalah minta dukungan pasangan yang tidak hobi lari.
Saya berusaha membagi waktu sebaik mungkin, menjalani latihan ditambah TRX dan CrossFit. Banyak kendala yang dihadapi, seperti tugas keluar kota dan cuaca Bandung yang sering hujan. Puncaknya, sebulan sebelum hari-H, ligamen kiri saya cedera dan merambat ke pinggang karena terlalu lama didiamkan. Awalnya saya kira tidak seserius itu. Dokter menyarankan agar saya mengganti latihan lari dengan renang dan yoga.
Satu per satu hambatan berhasil dilewati dan akhirnya saya berangkat ke Tokyo bersama Yustin dan beberapa teman lain pada 19 Februari 2015. Kami semua tiba di Haneda Airport pada pagi harinya. Setelah menaruh koper di hotel, kami pun berangkat menuju Tokyo Marathon Expo 2015 untuk pengambilan racepack.
Friendship International Run 2015
Keesokan paginya, saya sudah berada di Panasonic Center untuk mengikuti “Friendship International Run 2015” yang merupakan bagian dari Tokyo Marathon. Selain sebagai ajang perkenalan antara sesama pelari dari seluruh dunia, di sini kita juga bisa menikmati carbo loading bersama sambil menonton pertunjukan kebudayaan asli Jepang yaitu permainan Samurai. Setelah puas menikmati suguhan dan menyaksikan pertunjukan, saya pun pulang ke hotel untuk beristirahat dan menyiapkan outfit untuk besok pagi.
D-Day
Setelah mengecek semua peralatan ‘perang’ yang harus dibawa yaitu salt stick, gu-gel, obat untuk lutut, pocket wi-fi, power bank, dan baju ganti, saya pun bergegas pergi. Begitu keluar hotel, ternyata gerimis dan anginnya bikin saya kedinginan setengah mati. Akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi saja ke hotel tempat Yustin menginap dan kami pergi bersama ke start line yang jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel.
Dalam perjalanan menuju garis start, suasana sudah ramai sekali dengan pelari lain. Semua memakai ponco dan payung karena masih gerimis. Ternyata suhunya 4 derajat Celcius! Sesampainya di Tokyo Metropolitan Government Office, saya langsung ikut berbaris untuk pengecekan barang bawaan di gate masuk. Setelah menaruh tas bawaan di baggage drop, kami pun menuju tempat start sesuai blok yang tertera di bib masing-masing. Saya dan Yustin sama-sama dapat di blok J yang letaknya jauh di belakang. Tak lama, lagu kebangsaan Jepang pun berkumandang. Ada semacam speech sebentar, sampai akhirnya terdengar suara tembakan dan balon-balon beterbangan. Barisan depan sudah mulai bergerak perlahan.
Rasanya merinding sekali ketika melewati start line ini, apalagi sambil diiringi lagu-lagu. Orang-orang masih sibuk mengabadikan moment sebelum start. Setelah melewati start line, akhirnya dimulailah perjalanan menuju finish line sejauh 42,195 km itu.
Sambil menulis ini saya masih merinding mengingat betapa meriahnya suasana waktu itu. Walau gerimis, tapi semua orang turun ke jalan untuk mendukung para pelari. Melihat dukungan yang diberikan sepenuh hati itu, rasanya luar biasa.
Melewati Shinjuku Gyoen National Garden, Akenobashi, Sotoboridori, dan akhirnya sampai di 5 km Check Point, tepatnya di Iidabashi Central Plaza building. Check point yang strict ini jadi hal baru buat saya. Kita benar-benar harus memperhitungkan waktu dan memastikan tidak terlambat tiba di check point berikutnya. Jika terlambat, gate akan ditutup dan langsung diangkut.
Sampai di fluid station kedua di Takebashi, saya sudah berniat untuk minum salt stick dan obat untuk lutut saya. Sengaja saya taruh di kantong jaket kiri agar mudah diambil. Karena tangan saya makin kaku, jadi saya minta bantuan petugas untuk mengambilkan salt stick dari saku jaket saya. Mereka membantu dengan senang hati sambil terus menyemangati saya “Ganbatte Indonesia“! Semangat saya langsung meningkat mendengar hal itu.
Sepanjang jalan kami mendapatkan dukungan tiada henti dari para spectators. Mulai dari anak kecil, remaja, para pekerja, sampai kakek dan nenek, mereka mengulurkan tangan sambil terus-terusan bilang, “Ganbatte”. Selain itu mereka juga membawa sesuatu untuk para pelari, seperti kue, cokelat, permen minuman, anti-cramp spray, juga menyemangati dengan menggunakan kostum-kostum lucu dan seru. Niat banget ya mereka? You guys rock!
Karena gerimis sudah berhenti dan badan mulai panas, orang-orang mulai membuka dan membuang ponconya. Para volunteers pun sudah stand by untuk menampung ponco-ponco yang akan dibuang. Selain ponco, banyak juga yang buang jaket dan sarung tangannya begitu saja.
Sepanjang perjalanan, banyak sekali performance yang bisa kita lihat; ada dance YMCA, berbagai nyanyian dan tarian seru yang dijamin bikin kita tidak akan merasa bosan. Spot-spot untuk berpose di depan fotografer di sepanjang jalur pun bikin kita semangat, walaupun saking dinginnya, mau senyum juga rasanya susah banget.
Entah kenapa makin mendekati finish, makanannya makin bervariasi dan makin enak. Saya sempat mencicipi kue bolu yang rasanya sama persis sama tokyo banana, mengambil permen putih, gula batu yang sudah dipotong-potong, aneka cokelat, kue kacang, pastry kecil-kecil, donat isi keju, cookies coklat, plus ditawari juga untuk minum aneka soft drink dan bir!
Sambil menikmati camilan-camilan tadi, saya pun memandangi jalur yang berlawanan yang memang sudah sepi dan kosong. Masih ada beberapa pelari yang melintasi jalur tersebut. Di belakangnya ada motor polisi, mobil kebersihan, dan sebuah bus yang sedang berjalan pelan-pelan. Awalnya saya tidak begitu memperhatikan bus tersebut. Namun tiba-tiba saya ingat soal sweeper. Jangan-jangan itu yang dibilang Yustin soal bus untuk mengangkut orang-orang yang kena cut off time. Jarak antara bus dan saya waktu itu, mungkin kurang lebih 7 km. Lalu ada pelari di belakang saya yang lari terbirit-birit. Saya jadi ikutan panik juga dan mulai menggerakkan kaki saya sekuat tenaga untuk lari.
Akhirnya dengan tergopoh-gopoh, saya sampai juga di KM 35, dan mulai bertemu dengan tanjakan di daerah Tukudaohashi. Di sini banyak orang yang memilih berjalan, fisik sudah mulai lelah, kaki mulai berat, dan kami harus menghadapi tanjakan. Melewati Sumida River yang cantik, saya memutuskan untuk foto-foto, sampai akhirnya menemukan tanda km 40 ini. Hore tinggal 2 km lagi!
Dari kejauhan, saya liat Team Smile berjejer membawa poster-poster untuk menyemangati. “You are a super star” katanya. Seruuuu banget ya! Dan setelah liat sign “1 km to go” rasanya seperti mimpi! Saya kemudian bilang terima kasih sama lutut saya dan bertekad untuk tidak berhenti lari sampai ke finish line.
Menjelang finish, sambutannya semakin meriah dan semua orang menyodorkan tangannya sambil terus-terusan bilang, “Ganbatte. Akhirnya gate bertuliskan ‘Tokyo Marathon Last 195 m’ keliatan jelas di depan mata, dan saya cuma bisa senyum-senyum sambil terharu sendiri.
Saat melewati garis finis, rasanya ingin memeluk Mama, Kilau, dan adik saya, Ocha! Wish you were here! Saya pun langsung mengucap syukur pada Tuhan karena sudah diberi kesempatan dan kekuatan untuk merasakan semua pengalaman yang luar biasa ini. This is one of the happiest moment in my life! Dan rasanya masih seperti mimpi!
Setelah mendapatkan medali Tokyo Marathon 2015 dan handuk finisher, semua lelah dan sakit hilang dalam sekejap. Saya menyempatkan berbaris dalam antrean untuk mengambil finisher report. Dari report ini saya baru tau kalau jumlah peserta dari Indonesia berjumlah 170 orang! Banyak juga ternyata ya.
Begitu sampai di meeting point, rasanya senang sekali liat Yustin, Ci Meta, Bechi (sesama IndoRunners Bandung), Mas Annif, Mas Sudi dan Om Freddy yang sudah finish dari tadi. Kami pun berpelukan sambil mengucapkan selamat pada satu sama lain.
Sesampainya di hotel, sambil sibuk menempelkan koyo penghangat di seluruh tubuh, sambil memandangi medali Tokyo Marathon. Ada perasaan lega luar biasa setelah menjalani semuanya. Saya juga makin percaya bahwa saat kita mengalami hal kurang menyenangkan dalam hidup kita, semuanya akan dibalas dengan hal yang super menyenangkan.
Thank you Tokyo Marathon for treating me so kind. Thanks to all volunteers and committee for your sincerity and smile. It’s such a great experience for me! Thank you Indonesian Traveler for your support, it means a lot! And of course thank you, Universe, for made my dreams come true... I’m so blessed!
Let’s do this again…next year!
kereen banget storynya..thank u for sharing! semoga saya punya kesempatan ikutan.amien
T.O.B banget deh Anggi sama Yustin, saluutt..
makasih Anggi artikelnyaaa..
Hi @cindy! Iya, keren banget emang Jepang. Dijamin ga mau pulaang :D Semoga bisa nikmatin juga ya :)
Nuhun pisan @teh ninit :) tiap inget merinding, tiap inget lagi-merinding lagi, semacam ga bisa move on ini teh :D Nuhun ya teh, semoga kita lari bareng di WMM ya teh. Amiin!
Hi Ibunya Azani yang keceh, terimakasih banyak yaa :) @hananafajar
Neng @ekagobel terimakasih banyak yaa...*peluk balik plus lempar medal :)
@gabriella Ella! terimakasih banyak ya! Aku juga deg-degan ini bacanya :p
@Enji aduh aku maluu...nuhun pisan Neng..Ih ide bagus! Semoga bisa memboyong Kilau kesana yaaa :)
Huaaa..terimakasih banyak @bundawiwit..*lap air matanya :)
Bacanya sambil nangis. Terharuuu... Bangga banget sama anggi. You Rock!
Bangga banget sama tante ngiing..
Taun ini ikutan lari lagi di SG? yuk ah nginep lagi di rumah yaa, kali ini Kilau diajak ;)