Tragedi Trombosit
Siapa sih yang tidak berkeinginan untuk melahirkan normal, apalagi saat melahirkan anak pertama. Pasti banyak calon ibu yang menginginkan proses persalinan dengan cara normal. Hal ini juga terjadi pada diri saya. Sejak menikah sudah mulai browsing sana sini, terutama ikut jadi anggota The Urban Mama. Jadi kalau suatu saat hamil, saya sudah tahu hal apa saja yang harus dipersiapkan selama hamil, melahirkan, dan mengasuh anak. Tuhan pun menjawab doa saya, setelah menikah bulan Mei 2011, saya dinyatakan hamil pada bulan Juli 2011. Saya dan suami bahagia luar biasa dan setiap hari selalu mampir ke website TUM untuk membaca semua tips seputar kehamilan, persalinan, dan pola asuh anak. Dan forum ini jugalah yang menguatkan saya untuk menjalani proses persalinan secara normal.
Singkat cerita, sembilan bulan proses kehamilan saya jalani tanpa hambatan berarti. Saat kehamilan masuk ke bulan ke-3 sempat terjadi flek karena plasenta menutupi jalan lahir, tetapi kemudian semua normal dan dokter kandungan pun optimis bahwa saya bisa melahirkann secara normal.
Masuk minggu ke-37 ternyata kondisi kesehatan saya drop karena flu berat yang disertai demam. Saya sampai harus minum obat yang diresepkan oleh dokter kandungan. Setelah beberapa hari minum obat, flu sembuh dan kondisi badan saya kembali fit.
Saat cek kehamilan menjelang minggu ke-38, saya melakukan tes laboratorium untuk memastikan bahwa semua kondisi dalam keadaan baik menjelang proses persalinan. Dari hasilnya dinyatakan bahwa trombosit saya hanya 101.000 sementara seharusnya level trombosit ada di angka 150.000. Dokter menyarankan untuk mengulangi tes itu untuk memastikan level trombosit saya. Dan saya akhirnya kembali dites sehari sebelum melahirkan.
Pada tanggal 4 Maret 2012 pukul 01.15, tiba-tiba saya terbangun karena merasa mengompol. Tanpa pikir panjang langsung berganti baju dan suami yang kebetulan belum tidur bersiap-siap untuk mengantar ke RS. Saat di RS saya diperiksa sudah bukaan 1 dan air ketuban sudah merembes.
Kemudian perawat mencari data saya dan menanyakan apakah saya sudah melakukan tes lab yang kedua. Saya jawab sudah tapi hasilnya belum saya ambil, masih ada di lab RS tersebut. Dari hasil test lab kedua diketahui bahwa level trombosit saya turun ke angka 89.000, lebih rendah dari hasil tes sebelumnya. Kemudian dokter kandungan menyarankan untuk melibatkan dokter internis untuk berkonsultasi masalah penurunan trombosit saya. Dokter internis menyarankan untuk melakukan second opinion dengan melakukan test lab di Prodia, dan langkah medis selanjutnya akan menunggu setelah hasil test lab Prodia muncul.
Singkat cerita pukul 18.00 hasil tes lab Prodia keluar dan ternyata level trombosit kembali turun ke angka 69.000. Tanpa banyak membuang waktu dokter kandungan saya segera berkonsultasi dengan dokter internis dan kemudian diputuskan bahwa bayi saya harus dilahirkan dengan operasi sesar. Sebelum operasi dilakukan transfusi trombosit sebanyak 10 kantong. Langkah ini diambil karena air ketuban sudah merembes, namun selama lebih dari 12 jam hanya terjadi pembukaan 1.
Akhirnya tim RS menelepon untuk segera memesan trombosit di PMI sebanyak 10 kantong. Tepat pukul 22.00 trombosit tiba dan langsung ditransfusikan melalui infus. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga semuanya berjalan lancar selamat saya dan bayi saya. Pukul 23,00 operasi dimulai dan tepat pukul 23.20 lahirlah bayi cantik kami, Andrea Isabel Kinandari. Dan Puji Tuhan saya tidak mengalami pendarahan akibat dari adanya penurunan level trombosit tersebut.
Setelah melahirkan dan selama di RS saya masih tetap diambil darah untuk dilakukan pengecekan level trombosit dan mencari tahu penyebabnya. Ternyata trombosit sudah kembali ke angka 149.000 dan tidak ditemukan adanya kelainan apa pun. Hal itu semata-mata hanya karena 2 minggu sebelum melahirkan kondisi drop akhibat flu berat.
Berdasarkan pengalaman itu, saya ingin berbagi:
- Sebaiknya lakukan tes lab sebelum melahirkan guna memastikan kondisi kita sehat sebelum melahirkan.
- Jaga kesehatan dengan baik, jangan anggap sepele demam 1 hari atau flu pada saat hamil, karena ternyata dampaknya sangat besar.
- Jangan putus berdoa mohon kelancaran dan keselamatan untuk proses persalinan.
- Keinginan untuk melahirkan normal harus saya buang jauh-jauh untuk keselamatan bayi dan diri sendiri. Saya sadar bahwa kita tidak boleh egois ingin menjalani proses persalinan yang ideal bagi kita, karena banyak faktor yang memengaruhinya proses persalinan. Jadi kalaupun akhirnya harus operasi, itulah jalan yang terbaik. Lahir normal maupun operasi tidak berpengaruh pada tanggung jawab kita sebagai ibu setelah anak kita lahir.
- Kita boleh merencanakan segala sesuatunya yang terbaik tetapi Tuhan tahu mana yang lebih baik untuk kita.
Andrea, bagus namanya, sehat terus yah :)
jd keinget diri sendiri baca artikelnya ^_* wktu hamil 3 bulan dokter vonis aq plasenta previa tp dia blg byk berdoa aj smoga bisa lahirran normal... bgtu 39w kepala bayi blum bsa turun jga tnyt plasenta nutup jalan lahir,air ketuban tinggal dikit, dan denyut bayi ga normal tp aku tetep ngotot pgn normal trus dokter bilang mgkn ibu kuat tapi bayi ibu gimana? yaah menyerahlah dengan caesar... tp tnyt apapun normal atau caesar yg terpenting ibu dan bayi selamat ya kan :) congrats yah
thanks cerita & tips-nya :)
terharu dan seneng bacanya, selamat yah :)
Aminnn!! Anak2 sehat, kita sebagai orang tua juga sehat, jadi bisa tetep bisa ngelakuin aktifitas bareng2 yang seru & fun :)