Your Parenting Diary

Sabtu, 26 Oktober saya dan suami mendapat kesempatan dari The Urban Mama untuk mengikuti seminar dari Grow Parenting dengan topik 'Your Parenting Diary'. Seminar 2 jam ini dibawakan oleh Rozana M. Daecy  atau yang biasa dipanggil Bu Daecy. Bu Daecy adalah pendiri Grow Parenting yang bertujuan menjadi badan bagi para orangtua untuk belajar dan berbagi pengalaman. Bu Daecy juga menggagas Menteng Preschool, sekolah berbasis montessori di Cikini, Menteng.

Dalam sesi pertama seminar ini, kita diajak melepas paradigma lama dalam mengasuh anak, yaitu "Saya Sudah Tahu". Karena jika kita merasa sudah tahu, kita akan berhenti belajar dan membuat perencanaan. Padahal tidak ada orangtua yang sempurna, yang terbaik adalah menjadi orangtua yang selalu mau belajar dan mengembangkan diri. Mendengar paparan ini saya langsung tersentil. Sebagai orangtua tanpa disadari saya selalu merasa lebih tahu daripada anak saya. Saya merasa A yang paling baik untuknya tanpa mau mendengar pendapatnya. Padahal apa yang cocok bagi saya belum tentu cocok bagi anak, apa yang baik pada zaman saya kecil belum tentu sesuai dengan zaman sekarang. Tepat sekali jika Bu Daecy mengatakan bahwa membesarkan anak akan berjalan baik dengan keterbukaan dan kerendahan hati.

Di tengah sesi Bu Daecy mengajukan pertanyaan 'Siapa di sini yang berpendapat anak adalah kertas kosong yang harus diisi?' Sebagaian peserta (termasuk saya) mengangkat tangan. Tapi ternyata ini asumsi yang salah tentang anak-anak. Selama ini orang dewasa sering berpikir dialah yang menciptakan si anak. Padahal anak bukanlah wadah/kertas kosong yang harus diisi. Setiap anak mempunyai potensinya masing-masing yang luar biasa.

Setiap anak unik. Mereka mempunyai ketertarikan terhadap suatu hal yang beda satu sama lainnya. Waktu dan kecepatan belajar setiap anak juga tidak sama. Oleh karena itu kita perlu untuk mulai fokus terhadap anak. memahami apa yang ada di pikirannya, kemauannya dan melihatnya sebagai seorang pribadi yang utuh. Setelah itu tugas orangtualah untuk mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin.

Nah, untuk mengembangkan potensi anak Bu Daecy juga memberikan beberapa tips nya. Menurut Bu Daecy dalam mengembangkan potensi anak kita perlu memahami mengenai masa kepekaan karena masa kepekaan membantu anak dalam menyempurnakan perkembangannya.

Masa kepekaan adalah suatu periode di mana anak sangat peka dalam suatu hal. Masa kepekaan hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia. Pada masa kepekaan ini, anak akan lebih cepat mempelajari sesuatu daripada saat lain. Ada 6 masa kepekaan anak:


  1. Kepekaan menggunakan kelima indra

  2. Kepekaan terhadap bahasa

  3. Kepekaan terhadap objek yang sangat kecil

  4. Kepekaan untuk bergerak

  5. Kepekaan terhadap keteraturan

  6. Kepekaan dalam berhubungan social.


Menurut Bu Daecy, jika pada masa kepekaan ini anak tidak difasilitasi atau tidak terpuaskan dengan baik maka ketika dewasa ia akan mengompensasikannya dalam hal lain. Misal, saat masa kepekaan terhadap bahasa anak tidak terstimulasi dengan baik, maka penguasaan bahasanya menjadi lebih lambat daripada temannya. Dan sebaliknya, saat masa kepekaan terhadap objek yang sangat kecil terfasilitasi dengan baik, maka saat dewasa anak menjadi lebih teliti atau fokus. Contoh ekstrem, Bu Daecy mencontohkan perilaku kekerasan mungkin salah satu penyebabnya masa kepekaan menggunkan ke 5 indra tidak terfasilitasi dengan baik.

Lalu apakah berarti demi memuaskan masa kepekaan seorang anak kita harus membebaskan anak sebebas-bebasnya? Ini dijawab Bu Daecy dalam sesi When To Say No.

Sebagai orangtua, saya sering sekali bingung menentukan kapan mengatakan ‘Tidak’. Banyak hal yang tidak tepat untuk dilakukan anak diperbolehkan orangtua. Malahan, hal yang bersifat eksploratif kita katakan tidak kepada anak dengan alasan kerapian atau kita malas direpotkan. Misalnya saya memperbolehkan anak saya untuk duduk di meja makan dan jujur sampai sekarang saya sulit meyakinkan anak saya untuk tidak duduk di meja. Contoh lain kita tidak membiarkan anak kita belajar makan sendiri karena tidak tahan melihat anak yang makan berantakan.

Menurut Bu Daecy untuk sesuatu yang bersifat prinsip atau nilai-nilai kehidupan atau sesuatu yang membahayakan diri anak atau orang lain wajib kita katakan tidak dengan tegas. Pada saat ini, kita harus menentukan batasan dan aturan yang jelas. Perkenalkan konsekuensi kepada anak. Konsekuensi berbeda dengan hukuman. Misalnya, saat akan mengajak anak pergi jalan-jalan. Sebelum pergi kita sudah menetapkan batasan dan aturan bahwa kita hanya pergi melihat-lihat dan tidak akan belanja. Kita juga menyampaikan pada si anak bahwa jika ia mulai rewel kita akan langsung pulang. Saat di tempat tujuan, jika anak mulai rewel ingin membeli permen/balon/lainnya, kita ingatkan kesepakatan kita tadi. Jika ia mulai rewel, sesuai kesepakatan kita langsung pulang. Tidak perlu menghukum atau lainnya. Dari sini anak akan belajar konsekuensi. Tentu saja kuncinya adalah konsistensi kita menerapkan kesepakatan dengan anak.

Tentu ada triknya dalam mengatakan ‘Tidak’. Jika kata ‘Tidak’ kita gunakan terlalu sering tentu akan kehilangan powernya. Pahami perasaan anak dan dengarkan anak Anda dengan sungguh-sungguh.

Berikut tips dari Bu Daecy saat kita dihadapkan dalam situasi yang menguji kesabaran kita dalam menghadapi anak.


  1. Berhenti (tarik napas perlahan beberapa kali) - hindari sikap reaktif. Hindari kata NO. Pikirkan ulang apakah larangan merupakan hal yang tepat.

  2. Pikir alternatif jalan keluar/cara untuk mengarahkan anak dalam hal yang lain.

  3. Putuskan dan lakukan satu cara

  4. Komunikasikan dengan jelas dan tunjukan dengan sikap yang tepat.

  5. Evaluasi - perbaiki cara bila langkah yang kita ambil tidak tepat.


Catatan penting untuk anak di bawah 3 tahun perlu sering diulang 50 – 500 kali hingga anak memahami. Perlu diingat otak anak masih berkembang, jangan menyamakan mereka dengan orang dewasa yang cukup diberi tahu sekali bisa langsung paham.

Cara terbaik untuk mengajari anak adalah dengan memberi contoh. Saat kita melarang anak membeli permen/balon di mal apakah adil jika kita membeli sepatu keluaran terbaru?

Hal lain yang menarik, dalam seminar ini kami dilatih melakukan 5 step ini dalam kelompok dengan kasus nyata yang kami alami sehari-hari.

“Good Parenting is not a talent, it is a skill

Jika urban mama tertarik untuk mengikuti acara dari Grow Parenting ini, silakan segera mendaftarkan diri karena mereka sudah memiliki jadwal untuk kelas-kelas berikutnya dengan tema-tema menarik:

Module 1 : Understanding Child Physical Development ( 11 & 15 Nov )

Module 2 : How our child learns (18 & 22 Nov )

Module 3 : How our child acquire language ( 25 & 29 Nov )

Module 4 : Guide to child's Healthy Social and Emotional Growth ( 2 & 6 Des )

Related Tags : ,

9 Comments

  1. avatar
    Intan Shan November 13, 2013 8:39 am

    Thanks mb musdalifa,,,

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    zata ligouw November 12, 2013 10:36 pm

    Makasih infonya rindangi..
    waktu itu sempet ketemu mbak Sisil dari Grow Parenting dan dia cerita banyak ttg ibu Daecy dan Grow Parenting ini, beneran jadi pengen dateng ke kelasnya deh..

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    musdalifa anas November 12, 2013 6:53 pm

    halo mamas. Jika tertarik ikut kelas selanjutnya bisa reservasi ke:

    Sisil 0899-9774202
    Lim 0819-19191111

    terima kasih

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Yokewulansari November 12, 2013 9:53 am

    "jangan menyamakan anak dengan orang dewasa", hehehe betulll sekali dan jujur saya sebagai org tua sering lupa hal ini. Terima kasih sharing-nya yaaaa...

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    publisita November 9, 2013 12:16 am

    Kalo mau ikutan daftarnya gmn

    1. avatar

      As .