5 Hikmah Ketiadaan ART Bagi Mama Bekerja
Libur lebaran telah usai. Saatnya kembali ke rutinitas seperti semula. Bagi urban mama yang bekerja, sudah kembali bertemu macetnya jalanan dan pekerjaan di kantor yang mulai banyak. Nah biasanya, kita yang tergantung pada bantuan Asisten Rumah Tangga (ART) ataupun nanny, suka merasa harap-harap cemas selepas libur lebaran. Sudah banyak cerita ART/nanny yang tidak balik lagi bekerja di rumah kita setelah lebaran, dan hal ini juga beberapa kali menimpa saya. Duh, sedih dan bingung ya rasanya ditinggal resign ART padahal kita sangat membutuhkan bantuan mereka terutama untuk menjaga anak saat harus kembali bekerja. Ada yang beruntung karena tinggal serumah dengan orangtua ataupun mertua, sehingga masih terbantu untuk menjaga anak-anak. Namun jika tinggalnya pisah dari para nenek dan kakek, ada pula yang menjadikan daycare sebagai pilihan utama ketika ART tidak balik lagi.
Nah mama, walau merasa sedih ditinggal ART, setidaknya kita masih bisa mengambil hikmah dari ketidakhadiran mereka. Berikut beberapa hikmah yang diambil dari pengalaman pribadi sebagai pasangan yang tidak tinggal serumah dengan mertua/nenek kakeknya anak-anak ya.
1. Waktu yang lebih banyak bersama anak.
Kalau ada mbak pengasuh, dan kebetulan di kantor mama harus lembur, tidak masalah. Ada yang siap menjaga anak-anak di rumah. Ketika tidak ada ART, dan anak-anak dititip di daycare, jam penitipan sudah pasti terbatas. Rata-rata tutup sekitar pukul 18.00 ya. Keterbatasan jam daycare menjadi hikmah tersendiri bagi mama bekerja. Di kantor sudah pasti mengusahakan selalu pulang tenggo, tidak lembur dulu, dan akhirnya waktu bersama anak menjadi lebih banyak dibanding ketika harus lembur. Yang biasanya baru ketemu anak di atas pukul 20.00 atau 21.00 dan terkadang sudah dalam kondisi tidur, sekarang jam 18.00 mau tidak mau sudah bersama anak. Waktu yang lebih banyak pun menciptakan bonding yang lebih erat.
2. Kerjasama dengan suami lebih baik lagi.
Misalnya kedua orangtua bekerja dan dengan sangat terpaksa salah satu harus lembur, biasanya mama dan papa berkoordinasi siapa yang bisa pulang lebih cepat dan mengambil anak di daycare. Kerja sama seperti ini jarang terjadi ketika ada ART karena ada yang mengurus anak-anak sehingga dua-duanya lembur pun tidak masalah. Di samping itu, kerjasama dalam mengerjakan semua urusan rumah tangga mulai dari mencuci, mengepel, masak, dan lain-lain, juga terjalin lebih baik.
3. No jaim, let’s do everything honestly.
Kehadiran ART di rumah, mau tidak mau membuat suami istri lebih jaim baik dari segi perilaku maupun cara berbicara. Iya dong, pasti malu kalau ada mbak pengasuh tapi kita membicarakan masalah suami istri/konflik terang-terangan, termasuk rahasia-rahasia rumah tangga dan obrolan 17 tahun ke atas. Dan juga dari segi berpakaian. Pas ada mbak pengasuh mungkin para papa juga menjaga cara berpakaian. Tidak menggunakan boxer dalam rumah misalnya, karena menjaga etika ada “orang lain” alias ART dalam rumah. Nah begitu tidak ada ART, rasanya lebih bebas.
4. Free to eat whatever we want.
Pengalaman saya, beberapa kali dapat ART, ada yang alergi makan seafood, ada pula yang doyannya makan kering-keringan tanpa kuah. Karena ART selalu kami anggap sebagai keluarga sendiri, maka tidak ada perbedaan dalam menu makanan. Otomatis ketika masak untuk seluruh isi rumah, saya pun harus menyesuaikan menu, agar semua bisa ikut makan makanan yang sama. Begitu mbak pengasuh tidak ada, bebaslah kami makan apapun yang kami inginkan mulai dari udang, cumi-cumi, soto, rawon, dan lain-lain.
5. Anak jadi lebih mandiri dan pengertian dibanding saat ada ART.
Contoh kecil, soal mandi. Anak saya yang sulung sebetulnya sudah bisa mandi sendiri. Nah kalo ada ART biasanya si mbak suka membantu agar cepat selesai, yang ujung-ujungnya si sulung jadi manja. Terus soal membereskan mainan. Tanpa kehadiran ART, orangtua bisa menjadikan alasan itu untuk meminta anak-anak lebih pengertian “Ayo mainannya dibereskan sendiri ya, tidak ada mbak nih, tidak ada yang membantu.” Atau “habis makan piring langsung taruh di wastafel belakang ya. Tidak ada mbak, jadi tidak ada yang membantu kamu.”
image credit: pexels.com
Itulah 5 hikmah yang saya dapat dengan tidak adanya ART/Nanny di rumah. Walau badan dan pikiran lebih capek karena apa-apa harus diurus berdua suami, tetapi kami tetap menikmati momen tersebut. Kalau urban mama ada pengalaman seperti saya juga? Yuk sharing di komen.
No ART, No masalah ya mbak. Banyak sisi positif juga kalo ga ada ART, anak-anak jadi lebih mandiri dan bisa bantuin kita lebih lagi daripada biasanya dan yang terpenting, jadi bisa bareng keluarga
iya betul mbak. Intinya segala sesuatu pasti ada sisi positifnya buat kita :)
saat ART mudik, jadi momen me-time juga sebenernya... dan ikut senang karena ART berkumpul dengan keluarganya.
memang selalu ada hikmah atas segala kejadian yah :) semoga ART kita semua pulang dengan selamat.
iya betul juga mbak Ninit..me time dalam artian bener-bener sendiri maupun me time dalam arti keluarga inti gak ada gangguan dari "orang luar"/ART. Mudah-mudahan doa mbak Ninit dikabulkan Allah SWT, amiin....
Yang pasti ibu belajar untuk lebih sabar menghadapi kelakuan anak2. Hehehehe.....
betul sekali mbak Shinta. Tadinya malah mau aku tambahin 1 hikmah lagi: membuat timbangan mamanya menurun secara perlahan-lahan, wahahahaha :) Hikmah yang di-mupeng-in sejuta wanita ya mbak kalo gitu mah :)
Yappp... setuju mbak. Bonding sama anak lebih kuat, anak lebih mandiri, masak masakan lebih bebas.
So far sih masih aman terkendali di minggu ke-2 without ART.
Harap2 cemas menunggu kabar yang next Saturday katanya mau balik kerja
Semoga ART nya beneran balik lagi ya mbak Retno. Mari kita berdoa bersama :)