Anakku Terkena Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)

Awalnya sekitar pukul tujuh malam, saya menemukan bercak merah seperti ruam di leher anak saya, Keenan (18 bulan). Saat itu saya tidak terlalu khawatir karena sebelumnya pernah juga muncul ruam di kulit Keenan dan sembuh hanya dalam waktu sehari.

Namun tiba-tiba pada tengah malam Keenan mulai sangat rewel, tidak seperti biasanya. Ketika saya coba ukur suhu tubuhnya, ternyata normal-normal saja, 36,6 derajat Celcius. Saya sempat mengira ada anggota tubuhnya yang keseleo. Saat saya coba susui, Keenan menempel terus dan tidak mau melepaskannya sampai subuh. Setiap kali akan saya lepaskan, ia langsung menangis. Pada pagi harinya saya pun langsung membawa Keenan ke dokter anak di dekat rumah. Dokter menduga Keenan terkena kolik dan saya diminta sering-sering menyusuinya, mudah-mudahan tidak lama lagi ia akan pulih. Walau masih ragu dan kurang puas dengan diagnosis dokter itu, saya mencoba untuk menerimanya dan membawa Keenan pulang. Sesampainya di rumah, saya memijat Keenan, tetapi ternyata ia menolak untuk makan ataupun menyusu. Keenan malahan menangis terus dengan kencang.

Beberapa jam kemudian saya perhatikan kulit di hidung Keenan terkelupas seperti terkena air panas. Saat saya pegang, Keenan langsung menjerit-jerit. Tidak lama kemudian, muncul lagi kulit mengelupas serupa di sebelah kanan mata. Akhirnya saya membawa Keenan ke IGD agar bisa diobservasi lebih lanjut. Setelah menunggu antrean di IGD yang cukup lama, Keenan diperksa oleh dokter jaga. Dokter sampai bertanya, “Bu, anaknya tersiram apa?” “Habis makan apa?” dan lain sebagainya. Setelah memeriksa, dokter jaga menyatakan Keenan boleh pulang tidak perlu dirawat inap. Padahal saya berharap ada observasi lanjutan sehingga bisa ditemukan penyebab kulit Keenan mengelupas.

Keesokan harinya ternyata kulit Keenan yang melepuh jadi bertambah banyak, bahkan ia sampai tidak bisa lagi membuka matanya. Saya pun membawa Keenan ke dokter anak lain di rumah sakit. Ternyata dokter anak menyatakan kalau Keenan harus dirawat inap karena kemungkinan besar ia terkena infeksi bakteri yang menyerang kulit. Keenan harus dirawat di ruang isolasi karena penyakitnya menular. Rasanya sedih dan tidak berdaya saat melihat Keenan harus diinfus, ditambah lagi bagian kulit yang mengelupas ternyata bertambah banyak. Saya tak henti-hentinya memanjatkan doa agar Keenan bisa diberi kesembuhan. Syukurlah beberapa hari kemudian ada perkembangan, kulitnya yang mengelupas mulai sembuh dan mengering. Senang rasanya melihat Keenan bisa pulih kembali.

Setelah seminggu dirawat di ruang isolasi, akhirnya Keenan boleh pulang. Dokter menyarankan saat anggota keluarga kami baru pulang dari luar rumah agar mencuci tangan atau mandi terlebih dahulu sebelum menyentuh Keenan. Rupanya Keenan mengidap Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) yang ditandai dengan bengkak kemerahan pada kulit yang tampak seperti terbakar. Anak-anak yang usianya di bawah enam tahun rentan terkena penyakit ini.