Apa Itu Difteri?
Akhir minggu ini diliputi kegemparan terutama di grup WA ibu-ibu mengenai adanya KLB difteri, termasuk di WAG sekolah anak saya dan di beberapa grup lainnya. Perhatian kembali ditujukan kepada penyakit yang selama ini dianggap tidak ada dan tidak akan menular pada anak kita. Ternyata kita (bisa) salah.
Difteri adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri C. diphteriae dan sangat menular. Penyakit ini ditularkan melalui kontak erat dengan individu yang terinfeksi (berciuman, berbagi gelas, dan alat makan) atau dengan menghirup partikel udara yang mengandung infeksi (droplet dari batuk atau bersin). Masa inkubasi biasanya 2-5 hari atau 1-10 hari secara umum dan pengobatannya mencakup pemberian antitoksin dan antibotik, penempatan di ruangan isolasi, dan pemantauan jalan napas. Angka fatalitas difteri adalah 5-10% menurut data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan bahkan mencapai angka kematian 20% pada anak usia balita. Sebelum ada upaya vaksinasi, difteri dapat mengakibatkan kematian pada 50% kasus. Namun demikian, penyakit ini dapat mudah dicegah dengan vaksinasi lengkap.
image credit: pixabay.com
Oleh karena itu, vaksin DPT termasuk vaksin wajib yang dianjurkan pemerintah untuk diberikan kepada bayi dan anak, bahkan pemerintah juga memberikan program imunisasi gratis di sekolah. Tujuannya tidak lain adalah mencapai angka cakupan yang tinggi dan terbentuknya herd immunity.
Herd immunity sendiri adalah imunitas suatu kelompok (herd) akibat cakupan vaksinasi yang cukup tinggi (90-95%). Mengapa herd immunity penting? Hal ini penting karena dalam kelompok masyarakat pasti ada anak yang tidak layak (not eligible) untuk menerima vaksinasi akibat beberapa alasan seperti rendahnya imunitasnya (anak dengan gangguan imunitas), anak sakit kronis, dsb. Mereka dapat tetap sehat dan tidak terjangkit penyakit berbahaya karena adanya herd immunity.
Kasus KLB difteri ini adalah contoh kegagalan herd immunity akibat banyaknya orangtua yang antivaksin sehingga tidak melakukan vaksinasi lengkap pada anaknya. Sangat disayangkan. Saat seperti ini bukankah kita berharap semua anak lain juga sudah divaksinasi sehingga anak kita lebih terlindungi?
Sekarang, apa yang harus kita lakukan?
Saya pribadi kembali membongkar buku imunisasi anak-anak yang sudah lama tersimpan di laci. Lega melihat daftar lengkap tanggal vaksinasi untuk DPT dan juga karena anak-anak saya ikutkan program imunisasi di sekolah ketika ada. Jadi vaksinasi booster juga sudah mereka terima. Anak bungsu saya ada yang tertinggal jadwal vaksinasi terakhirnya. Penyebabnya adalah kosongnya vaksin DPT yang tidak menyebabkan demam atau dikenal dengan DPaT. Akibat kosong beberapa waktu, akhirnya lupa. Nah, anak saya itu menjadi prioritas utama saya dalam waktu secepatnya untuk memperoleh vaksinasi.
Bagaimana dengan kakak-kakaknya? Saya akan mengikutsertakan mereka dalam program ORI (Outbreak Response Immunization) yang akan diluncurkan pemerintah sebagai tindak lanjut cepat untuk mencegah berkembangnya KLB difteri lebih luas. Program ORI ini seperti program MR sebelumnya akan dilaksanakan di puskesmas dan sekolah-sekolah.
Berikut jadwal lengkap vaksinasi DPT yang harus diterima anak sesuai usia:
- Bayi: 3 kali DPT usia 2, 3, 4 bulan
- Lanjutan: usia 18 bulan
- Booster: DT pada kelas 2 dan 5 SD
Apakah anak kita sudah selengkap itu jumlah vaksin yang diterima? Jika sudah maka kita bisa sedikit menunggu untuk program pemerintah tiba di sekolah sang anak. Namun, apabila karena satu dan lain hal vaksin anak kita tidak/kurang lengkap, alangkah baiknya segera menuju fasilitas kesehatan terdekat.
Sementara itu kita juga harus waspada dan aktif menjaga kesehatan anak kita:
- Kenali gejala difteri: demam >38 C, pada rongga mulut bagian belakang muncul pseudomembran putih yang sulit terlepas dan mudah berdarah, nyeri saat menelan, leher membengkak (bullneck) akibat pembengkakan kelenjar, dan sesak napas disertai bunyi (stridor).
- Hindari tempat ramai, tertutup (indoor), dengan banyak anak sebagai tempat kemungkinan penularan penyakit. Ini cukup menantang juga mengingat musim liburan sudah di depan Mungkin lebih baik memilih tempat berkegiatan di luar ruangan yang tidak terlalu padat.
- Tingkatkan imunitas anak dengan rajin berolahraga, berjemur matahari pagi, dan makan makanan yang sehat (buah dan sayur). Tambahkan vitamin jika perlu.
Last but not least, berdoa dan sempurnakan ikhtiar kita dalam menjaga kesehatan anak melalui upaya melengkapi vaksinasi DPT.
Terima kasih banyak untuk infonya dokter, walau sering dengar, tapi mesti di ingatkan terus, biar waspada. Sekarang jadi selalu ketakutan walau sudah vaksin lengkap, semoga kita dan anak anak kita selalu sehat dan selalu dalam lindungan Allah swt. Amiiien.
Semangat ya ibu ibuuuu.
halo dok terima kasih sudah menshare info tentang difteri ini. Saya dan suami sekitar dua minggu lalu melakukan vaksin difteri dari program pemerintah. Yang membuat saya bingung adl banyakny berita mengenai vaksin yang harus dilakukan hingga 3x. Saya sendiri belum pernah melakukan vaksin difteri, sehingga kemarin itu merupakan pertama kalinya (usia 30th). Jadi apakah saya harus melakukan vaksin untuk kedua dan ketiga kalinya juga?
sedangkan suami saya sewaktu kecil sudah melakukan vaksin, apakah dia juga memerlukan vaksin kedua dan ketiga kali?
Dan pertanyaan terakhir dok, sebaca saya di beberapa berita. Vaksin difteri suntikan pertama seharusnya memiliki kandungan berbeda dengan yang kedua dan ketiga. Apakah itu betul dok? Jika iya, maka program suntikan vaksin dr pemerintah kemarin jenis apa ya?
terima kasih sebelumnya
Halo, mbak Mariana. Senang sekali mendengar mbak dan suami telah menerima vaksin difteri dewasa. Untuk program 3x itu adalah utk anak bayi di mana mmg sesuai usianya perlu menerima 3x suntikan di usia 2, 3, dan 4 bulan. Tetapi utk usia anak selain bayi dan juga utk dewasa hanya perlu satu kali suntikan. Demikian ya..
tfs dr Fiona :)
oh ya ORI Difteri ini sampai kapan berlangsungnya?
ORI ini masih berlangsung karena ada beberapa kali suntikan untuk anak bayi. Segera ke puskesmas terdekat atau RS ya.
Wah tulisannya lengkap sekali dokter Fiona. Kemarin saya dan suami juga sudah disuntik difteri. Anak saya berusia 4 bulan, berarti masih harus disuntik DPT lagi ya, dok? Kalau tidak salah sudah suntik ketika berusia 2 bulan. Ternyata bulan ketiga dan keempat juga ya?
Padahal kemarin saya ke Dokter Anak Andara di daerah Pondoklabu, dekat rumah saya. Yang menangani nama nya dr. Citra Raditha SpA, saya bawa anak saya sih. Ketika dokter nya nanya apakah anaknya juga mau disuntik DPT sekalian, saya jawabnya sudah disuntik, jadi dokter Citra nya tidak melanjuti untuk mengimunisasi anak saya. Sempat ditanya sih masalah buku kontrol dari Rumah Sakit, tapi saya tidak bawa. Karena saya pikir kan yang mau disuntik bapak ibu nya, bukan anaknya. Tapi karena kebetulan pas saya telpon ke kliniknya ternyata Dokter Anak Andara menyediakan vaksin Difteri untuk dewasa juga, maka nya saya langsung kesana.
Duh, jadi curhat. Maaf, Dok. Kalau anak saya belum disuntik di bulan ke-4 ini, apa masih berpotensi untuk tertular Difteri, dok?
Halo juga, mbak Nadya. Wah, dr Citra adik kelas saya dl waktu kuliah. Untuk suntikan DPT bayi harus tiga kali ya. Jika belum yang ketiga segera kembali ke dokter dengan buku imunisasinya agar mendapat suntikan DPT dan tercatat dengan baik. Semoga semua tetap sehat ya.
Trimakasih dok informasinya.. Mau menanyakan anak usia 2 tahun 10 bulan imunisasi sudah lengkap perlu booster imunisasi lagi g ya dok? Saya sudah coba ke puskesmas kata dokternya g usah imunisasi lagi karena sudah lengkap dan di daerah kami berada saat ini tidak ada klb. Yang betul seperti apa dok? Terimakasih
Halo, mbak Dewi. Untuk 2 thn 10 bln dengan imunisasi DPT 4 kali sudah cukup ya. Nanti booster di usia kelas 1 SD atau 6th.