Akhir-akhir ini beberapa teman menghubungi saya melalui WA dan bertanya, “Mit, bagaimana rasanya setelah menjadi ibu rumah tangga? Senang nggak sih di rumah? Bosan atau tidak? Kelihatannya menikmati sekali ya?” dan pertanyaan lain semacam itu. Sudah hampir dua tahun saya menjalani peran menjadi stay-at-home mom dan buat saya, bahagia itu tidak ditentukan apakah posisi kita di rumah atau di kantor. Happiness is a choice. Bila suatu saat nanti saya pun harus kembali ke kantor bukan untuk menjadi bahagia, namun untuk menjemput rezeki-Nya.
Bukan berarti saya bisa selalu bahagia ya, Allah sudah menganugerahkan kita dengan berbagai macam jenis perasaan lain seperti, marah, sedih, kecewa, jenuh, dan lain-lain yang jika dipendam malah akan menjadi penyakit di badan kita. Saya juga tetap mengungkapkan kegusaran saya bila dirasa perlu, tetapi ada kalanya saya lebih memilih untuk fokus kepada hal-hal lain yang bisa membuat saya bahagia.
Egois tidak sih, memikirkan kebahagiaan diri sendiri?
Mengutip dari bukunya Gretchen Rubin-The Happiness Project :
“Happy people generally are more forgiving, helpful, and charitable, have better self-control, and are more tolerant of frustration than unhappy people, while unhappy people are more often withdrawn, defensive, antagonistic, and self absorbed”
Jadi sebagai seorang istri dan ibu dua anak, penting sekali untuk mengetahui cara bagaimana membuat diri kita menjadi bahagia. Walaupun saya sering tegas (baca: galak) ke anak-anak, saya tetap ingin mereka memiliki memori yang bahagia di rumah dan menyadari bahwa ibu mereka sayang dengan sepenuh hati.
Jadi, saya memilih melatih diri untuk bisa selalu menjaga ‘kewarasan’ di dalam diri dengan hal-hal berikut:
1. Olahraga paling tidak 1 minggu sekali
Dengan keterbatasan waktu, saya selalu menyempatkan diri entah sekedar berenang, melakukan sit up atau push up, atau berlari bersama Aina (anak saya yang berumur 2 tahun) di luar rumah. Jalan-jalan di mal tidak saya hitung sebagai olahraga karena tidak mengeluarkan keringan dan saat pulang malah jadi pusing karena pengin ini dan itu.
2. Mensyukuri hal-hal kecil
Ya, saya sering membuat daftar ini untuk diri sendiri, seperti mencium bau hujan, menikmati susu coklat hangat, suami memasak, bisa berselonjor nonton televisi saat anak-anak tidur, bisa bekerja sambil pakai daster di rumah, dan lain-lain sebagainya. Bukan untuk pamer, tetapi untuk mengingatkan bahwa banyak hal-hal kecil yang bisa saya syukuri.
3. Memiliki sahabat
Parenting can be exhausting sometimes, memiliki seorang sahabat yang bisa diajak mengobrol hal-hal lain selain tentang rumah tangga dan anak bisa mengingatkan kembali siapa diri kita serta memberikan pandangan lain tentang dunia luar.
4. Kurangi baper, matikan media sosial
Sebenarnya baper (bawa perasaan) itu manusiawi yah. Kalau bisa membuat kita jadi termotivasi untuk berusaha lebih baik sih oke-oke saja. Kalau justru malah membuat kita depresi, berarti itu tidak baik. Ketika saya mulai baper, saya memilih untuk mematikan paket data untuk sementara waktu.
5. Aim higher
Mensyukuri hal-hal kecil bukan berarti saya sudah cukup puas diri. Itulah sebabnya saya juga masih sering mencari proyek-proyek tambahan, atau informasi jika ada workshop atau seminar yang menarik untuk diikuti. Memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi serta perasaan dapat menyelesaikan proyek tepat waktu juga bisa membuat kita menjadi lebih bahagia.
Jadi, bahagiakah saya?
Yes I am…
Mungkin urban mama punya tips tambahan untuk bisa merasa lebih bahagia?
Tfs mama Mita, tulisan dan tipsnya bagus sekali. Jadi self reminder kalau kita tuh harus selalu bersyukur dengan begitu kita bisa lebih bahagia
Artikelnya bagus sekali mbaaak. Kalau aku tiap hari, merasakan yang enak langsung bilang Alhamdulillah dengan sepenuh hati sambil tarik napas dalam. Pokoknya harus banyak bersyukur ya biar hidup lebih terasa bahagianya.
alhamdulillah..pas lagi BAPER pas baca nya artikel ini,,inspiring bgt mbak mita,,
hehehe kayaknya sama aja ya sama yg mommy yg berkerja kalo dah baper matiin paket data..
semua ada plus minus nya
bahagia itu bukan dari pilihan bekerja atau tidak tapi bahagia itu pilihan tergantung kita
semangaat kakak!
Suka quotenya, happiness is a choice. Bener banget mbak, mau bahagia atau sedih toh life must go on. Tetep harus dijalani. Dan lebih menyenangkan kalo kita memilih untuk menjalaninya dengan bahagia :)