Belajar dari Bank Sampah
Menabung uang di bank? Pastinya urban mama sudah mengerti dan mungkin anak-anak juga sudah terbiasa melakukan hal ini. Namun bagaimana jika anak-anak menabung sampah di bank sampah, dan yang ditabung bukan uang, melainkan sampah. Saya sendiri bingung ketika pertama kali mendengar istilah ini. Sekolah Lana saat ini, SD Sekolah Alam Bogor memiliki program bank sampah, menabung sampah menuai berkah. Apa itu bank sampah? Sama konsepnya dengan menabung uang di bank, anak-anak membawa sampah/barang bekas ke sekolah dan disetor ke bank sampah, setiap anak yang menyetor sampah ini akan dicatat oleh penanggung jawab bank sampah. Nilai sampah juga berbeda untuk setiap ketegori sampah yang dibawa.
Alur proses bank sampah ini sendiri kurang lebih seperti ini:
- Lana membawa sampah dari rumah, seperti bekas kardus susu, botol atau gelas minuman plastik, bungkus pewangi pakaian atau sabun cair, kertas bekas, minyak goreng bekas, kardus, dan sebagainya. Sampah dalam keadaan bersih, saya dan Lana biasanya mencuci atau membersihkan dulu bekas kemasan ini. Kebetulan jadwal setor bank sampah ini untuk kelas 1 adalah setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Jika anak membawa di luar hari-hari tersebut, tidak akan diterima oleh petugas bank sampah. Sampah hanya disimpan di loket dan belum diproses, oleh karena itu setiap kemasannya wajib diberi nama dan kelas, untuk memudahkan petugas bank sampah memproses di hari selanjutnya.
- Petugas bank sampah (Teller) akan menaksir nilai sampah. Nilai taksiran sampah sudah ditentukan dan disesuaikan dengan jenisnya. Misalnya untuk sampah plastik transparan nilai taksirannya Rp2.000,-/kg, bungkus isi ulang sabun Rp500,-/kg, kardus Rp1.500,-/kg, koran Rp1.000,-/kg, minyak jelantah Rp2,000,-/kg.
- Sampah disimpan di kotak sesuai dengan klasifikasinya. Pencairan konversi nilai tabungan sampah langsung tercatat ke dalam buku tabungan Lana, disatukan dengan tabungan uang atau bisa juga hasilnya diinfaq-kan. Setiap anak akan diberi pilihan.
- Pos media belajar, sampah disediakan sebagai bahan baku pembuatan media belajar di sekolah.
- Pos daur ulang. Sampah tertentu akan dijual ke galeri binaan Sekolah Alam Bogor sebagai bahan baku pembuatan karya daur ulang oleh masyarakat binaan Sekolah Alam Bogor.
- Pos pengepul, sampah yang belum dapat didaur ulang sendiri dijual ke pengepul barang bekas, hasil penjualan digunakan untuk membiayai operasional bank dan bengkel kreasi
Dengan adanya bank sampah ini, Lana jadi rajin mengumpulkan sampah di rumah, bahkan ia tidak segan memungut sampah yang masih terlihat baik di jalan. Secara tidak langsung Lana membiasakan diri untuk tidak membuang sampah di sembarangan tempat, ia juga belajar memilah-milah sampah, baik sampah basah maupun sampah kering, mana yang termasuk sampah organik ataupun non organik. Lana juga lebih mengerti bahwa bekas kotak susu yang ia minum sehari-hari, atau bungkus plastik isi ulang detergen yang digunakan oleh saya di rumah ternyata dapat dimanfaatkan kembali, dapat menjadi bahan pembelajaran, dapat menjadi karya seni, dapat berguna dan dapat dijual dan menghasilkan uang. Secara langsung, Lana dan teman-temannya ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. Bisa dibayangkan jika semua sekolah atau komplek perumahan misalnya memiliki Bank Sampah seperti ini, pastinya masalah sampah dapat terselesaikan dengan baik.
Wow keren ya!
Kalau satu Indonesia bikin bank sampah kayak gini, pasti luar biasa hasilnya!
Kakak Lana keren!
Woowww programnya emejing.. mudah2an bisa diikuti sama sekolah2 lainnya supaya bisa menumbuhkan semangat cinta kebersihan dan menabung anak2...
teh ipeehhh.. aku juga dr bogor dan suka bolak/ik ke sekolah alam buat urusan kantor karna kebetulan salah satu pengurus yayasan (Bpk Ridwan) 1 ruangan sama aku. lagi nabung juga buat Kay bisa sekolah disana. aamiinn
Kereeen programnya sekolah Lana :D
Kepengen deh ngajuin program gini juga di sekolahnya anip nanti. Terus baca ceritanya Aini juga seru ya, sekarang di kompleks rumah sampah harus dipisah antara organik-non organik. Tapi sayangnya masih banyak yang belum menjalankan ketentuan baru ini, kalau sistem di Norwegia itu diterapkan di sini sepertinya oke nih :)
duh, ini rasanya pengen di-print trus dibawa buat materi rapat ortu-guru sekolah nathan deh... keren banget program ini! bikin anak sedari dini me-manage sampah, dan peduli langkungan :) thanks for share