Belajar Mengoptimalkan Media Sosial untuk Jadi Mamapreneur Andal

Mamapreneur. Kata ini merupakan gabungan dari kata mama dan entrepreneur, atau jika disimpulkan memiliki arti mama yang memiliki usaha. Saat ada acara #TUMNgopiCantik dengan tema Social Media for Mamapreneurs, saya merasa sayang jika melewatkan kesempatan belajar dari ahlinya, Pak Nukman Luthfie, pakar internet marketing.

Pak Nukman menyampaikan materinya dengan gaya santai, tetapi tetap mengena. Sesekali para mama yang menjadi peserta jadi terbahak karena lelucon yang beliau lontarkan, diselingi senyum malu-malu karena merasa tertohok. Maklum, sejumlah kebiasaan dalam bermedsos yang kurang pas juga ikut dikupas.

Menurut Pak Nukman, penting sekali bagi para pengusaha untuk menguasai tiga hal yang disingkat dengan 3C dalam memanfaatkan media sosial. "Kalaupun kita tidak master (dalam 3C), minimal kita mengerti supaya kita bisa membentuk tim atau merekrut manajer medsos," tegasnya.

Tiga hal ini meliputi Community, Content, dan Conversation atau sebetulnya lebih tepat disebut dengan Engagement. "Tapi biar pas gitu, 3C, makanya jadi Conversation," jelas Pak Nukman sambil bercanda.

Dari segi Community, kita perlu mengingat, tujuan kita seperti apa? "Saat membuat bisnis, pertanyaannya bukan apa yang kita jual, tetapi siapa target market kita?" urai Pak Nukman. Target ini harus spesifik, bukan sekadar untuk perempuan misalnya, melainkan diuraikan lagi seperti perempuan umur berapa dan tinggal di mana. Makin spesifik target kita, maka bidikan kita juga bisa makin tajam dan diharapkan tepat sasaran. Bagi startup khususnya, yang penting adalah growth. Dalam mengakuisisi customers harus sangat cepat dan sebanyak mungkin, tetapi tetap fokus.

Pak Nukman mengingatkan bahwa dalam memanfaatkan media sosial, pengusaha harus fokus pada target audiens supaya “buang duitnya terarah”. Kalau targetnya terlalu umum, kemungkinan hasilnya adalah fans yang banyak, tapi action-nya sedikit. Jangan sampai juga target sudah jelas, tetapi dalam beraksi ternyata mereka tidak sesuai dengan harapan kita.

"Kemampuan mendefinisikan target audiens ini perlu diasah dengan baik," tambah Pak Nukman. Kalau sudah dapat target audiensnya, langkah berikutnya adalah memetakan, mereka ada di medsos apa dan bagaimana perilakunya.

Untuk tujuan pemetaan ini pak Nukman menampilkan grafik yang menyajikan perbedaan perilaku berbelanja dan penggunaan media sosial antara kelompok usia yang berbeda. Generasi Y atau milenial misalnya, rupanya paling banyak menghabiskan uang untuk makan di restoran. Tak heran, Instagram dipenuhi dengan foto makanan. Bisa disimpulkan, prospek usaha di bidang kuliner cukup cerah. Bahkan sekarang mal yang sukses adalah yang mengambil konsep hybrid, tempat belanja sekaligus tempat makan. Mal yang mengandalkan retail saja mulai sepi, kecuali yang segera berproses mengubah diri.

Mengingat generasi milenial begitu aktif menggunakan media sosial, maka mereka juga banyak menghabiskan uang untuk gadget, khususnya hp berkamera, lebih spesifik lagi yang kameranya bagus untuk selfie. Bagi anak muda, ponsel adalah tempat untuk melakukan hal-hal yang sifatnya riang gembira, termasuk untuk menikmati hiburan. Adapun komputer dan laptop biasanya dipakai untuk hal-hal terkait pekerjaan.

Jika generasi Y dan millennials suka posting di instagram, generasi X biasanya cenderung memilih facebook. "Lihat saja, di facebook banyak postingan reunian, apalagi ada fitur yang memudahkan orang mengingat masa lalu," ujar Pak Nukman. Generasi Y tetap punya akun facebook, tetapi aktivitasnya lebih banyak di instagram. Dulu Snapchat juga populer di kalangan generasi Y, tapi dengan penambahan fitur insta stories, instagram menjadi makin terdepan.

Menurut Pak Nukman, gunakan facebook fanpage jika ingin berjualan di facebook. Jangan pakai akun pribadi, atau kalau pakai istilah beliau, "Jangan perlakukan teman sebagai pasar." Larangan pemakaian akun pribadi untuk berjualan ini sebetulnya juga sudah tercantum dalam peraturan penggunaan facebook.

Untuk Content, usahakan mengunggah tulisan atau gambar/foto yang memang orisinal karya kita dan punya nilai plus shareable. "Amati trending topic saat itu," Pak Nukman memberi tips. Apa yang menjadi trending topic bisa kita eksplor untuk materi konten medsos kita.

Format konten yang paling disukai biasanya berupa infografis atau list. Berdasarkan survei, konten berupa gambar atau foto memperoleh 53% like lebih tinggi dan 104% lebih banyak komentar. Banyak pengguna medsos yang postingan original-nya belum tentu seminggu sekali, tapi suka share konten yang sesuai dengan hobi mereka.

Kalau postingan kita dibagikan oleh orang banyak, artinya daya jangkau akun kita makin luas. Selanjutnya kemungkinan jumlah orang yang menengok profil kita, syukur-syukur tertarik membeli apa yang kita jual, makin besar, kan? Ini menjadi PR bagi para pembuat konten agar kontennya sesuai dengan target audiens. Setiap postingan harus dianalisis, alias jangan asal posting.

Adapun Conversation berkaitan dengan how you engage. Yang kita harapkan tentunya adalah percakapan yang memberikan nilai, menimbulkan counteraction. Conversation berkaitan erat dengan hal-hal berikut ini:

  • Response. Kalau belum ada interaksi dengan target audiens, coba buat kuis atau lemparkan pertanyaan. Sebisa mungkin, kita cepat mendapatkan respon. Kalau dalam sejam belum ada reply, konten tersebut bisa disebut gagal (meskipun tidak selalu). Puncak penyebaran konten adalah satu jam tersebut, viralnya sebuah konten pun biasanya terjadi dalam jangka waktu sejam.
  • Coverage, cakupan audiens kita bisa bertambah jika konten kita yang menarik itu di-repost, share, regram, retweet, dst.
  • Dampak yang kita harapkan misalnya berupa pembelian produk yang kita pasarkan, atau bisa juga pendaftaran untuk mengikuti seminar yang kita adakan.

Ketika sesi tanya jawab dibuka, para mama peserta acara antusias mengacungkan tangan. Ada yang bertanya tentang endorsement, contoh nyata penerapan media sosial tertentu dengan karakter produk yang khas, sampai dengan mana yang lebih baik antara ikuti tren atau ikuti passion dalam membuka usaha.

Salah satu peserta yaitu mama Yulia Astuti, founder Salon Muslimah Moz5 yang telah memiliki banyak cabang, ikut berbagi pengalaman. Menurutnya, engagement terbukti sangat penting. Ketika ada yang meninggalkan komentar negatif di media sosial terkait pelayanan salon, ternyata justru para pelanggan setia yang pasang badan dengan membela dan mengungkapkan testimoni positif.

Usai menyimak pemaparan Pak Nukman, saya jadi lebih paham nih soal mengelola media sosial untuk bisnis, apa pun yang menjadi jualan kita. Bagaimana Urban Mama, adakah yang jadi ingin menerapkan tips dari Pak Nukman? 

12 Comments

  1. avatar
    May Sukmasari January 14, 2019 9:03 am

    Innalillahi wainnailahi rajiun. Turut berduka cita atas kepergian pak Nukman Luthfie, meski belum pernag bertemu, tetapi saya follow IG dan twitter beliau. Gayanya yang khas, lucu tapi isinya kontennya berisi. Baca artikel ini jadi menambah ilmu lagi buat saya. Terima kasih pak Nukman, insyaa Allah husnul Khotimah. Amin.

    1. avatar
      Leila Niwanda January 14, 2019 9:56 am

      Aamiin.. Acara ini adalah untuk pertama kalinya saya mendengarkan pemaparan beliau langsung (beberapa bulan kemudian, ada kegiatan kantor juga yang mengundang beliau), dan suka dengan cara penyampaian beliau yang ringan sekaligus mengena.

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  2. avatar
    Honey Josep November 8, 2017 11:05 am

    asik deh penyampaiannya pak Nukman, berasa diajarin sama bapak sendiri :)

    Tfs summary-nya mama Leila!

    1. avatar
      Leila Niwanda November 8, 2017 5:58 pm

      Sama-sama, Mama Honey :).

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  3. avatar
    dieta hadi October 27, 2017 9:00 am

    Pak Nukman baik enak banget jelasinnya, santai dan kebapak an sekali, jadi ngerasa di nasehatin sama bapak sendiri. Jadi tahu banyak tentang social media ya dan berguna banget ilmunya

    1. avatar
      Leila Niwanda October 27, 2017 1:14 pm

      Beneer, jelasinnya enak, tenang tanpa harus berapi-api tapi ternyata menyemangati lho.

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  4. avatar
    Cindy Vania October 27, 2017 7:24 am

    Materinya bagus banget nih.. Thanks mama Leila sudah mau share di sini.

    Kalo aku masih susah di bagian target konsumen yang harus jelas itu :P

    1. avatar
      Leila Niwanda October 27, 2017 8:00 am

      Sama-sama, Mama Cindy :).

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    Alanda Kurniawan October 25, 2017 9:00 am

    Sayang bgt gue gak bisa dateng di acara ini. Udah kebayang bagus banget acaranya karena pembicaranya adalah pak nukman. Thanks udah nulis di sini ya Leila. Mudah-mudahan nanti TUM bikin lagi kayak gini.

    1. avatar
      Leila Niwanda October 25, 2017 2:03 pm

      Aamiin. Iya, materinya bagus, dibawakan dengan asyik juga oleh pak Nukman.

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .