Bersahabat dengan Orang Tua

Jihan Davincka Simply a mom of 2, Nabil and Narda. 100% Buginese. Since 2009, living abroad along with her husband. Having many tremendous experiences from Tehran (Iran), Jeddah (Saudi Arabia) and now in Athlone (Ireland).

Penulis: Nurul Asmayani
Penerbit: Elex Media, April 2012
176 halaman

Saat membaca judul buku ini, yang terbayang di benak saya adalah kata-kata yang saya di dengar di sebuah pengajian beberapa waktu lalu, "Sungguh merugi orang-orang yang diberi kesempatan hidup dengan kedua orang tuanya dan mereka gagal mendapatkan surga."

Maknanya sungguh dalam.

***

Mungkin ketika kita telah menikah dan memiliki anak, perlahan kita mulai mengayuh biduk kecil kita makin menjauh dari mereka. Mungkin yang terpikir, "Ah, mereka kan masih sehat." Atau terlintas, "Cukuplah dikunjungi cucu-cucu dan anak menantu tiap akhir pekan." Bahkan ada yang menganggap, "Diberi uang bulanan juga sudah cukup."

Sudah mulai terkikis ingatan akan mereka yang mungkin disampaikan kerabat lain, "Kamu dulu, tuh, makannya susahnya minta ampun. Sabar sekali Mamamu menyuapi kamu. Belum lagi kalau ngambek. Terus tidak mau minum pakai botol susu. Waktu masih menyusui, mesti dibawa ke mana-mana."

Atau kenangan tentang Bapak. "Dulu membesarkan 7 anak kayak apa itu kerja kerasnya siang dan malam." Iya, saya ini 7 bersaudara.

Saya mungkin tak seberuntung beberapa orang lain. Bisa berlama-lama bersama Bapak. Almarhum Bapak sudah meninggal lama. Sudah 20 tahun berlalu sejak beliau meninggalkan rumah dengan motor Vespa hijaunya. Hendak bermain bulutangkis bersama rekan-rekan di hari Jumat malam seperti biasa.

Dua jam kemudian telepon berdering, Bapak mendadak tumbang di lapangan. Dilarikan ke UGD. Setengah jam kemudian telepon kembali memanggil. Hanya 5 menit di UGD, serangan jantung membawa beliau pergi untuk selamanya.

Dua belas tahun diberi kesempatan untuk bersama beliau. Tentu inginnya lebih lama.

Saat mereka sudah tidak ada di sisi kita, tiba-tiba ada banyak hal yang kita sesali. Berharap waktu melempar kita kembali dan membalaskan kasih tak berujung mereka. Yang berlimpah ruah sejak kita lahir hingga dititipi cucu agar kita bisa sejenak bersantai bersama pasangan saat akhir pekan tiba.

Makanya selagi masih ada waktu, jadilah sahabat mereka. Membahagiakan mereka bukan karena janji surga semata. Tapi tentu untuk kebahagiaan kita sendiri. Seperti janji Tuhan, siapa yang berbuat baik maka dia telah berbuat baik untuk dirinya sendiri.

Mungkin banyak dari kita berharap kelak dapat merawat orang tua saat usia mereka mungkin sudah memasuki senja. Tapi kadang berbakti kepada mereka bukanlah perkara mudah. Tidak sederhana.

Sekali waktu, bahkan mungkin sering, kita mengeluh saat merawat mereka. Ada kesal, bingung, bahkan serba salah. Kadang mereka tiba-tiba seperti anak kecil. Tidak bisa ditebak apa maunya. Karena itulah kita perlu menyiapkan 'BEKAL'.

Pengetahuan minim kita akan kondisi fisik mereka dan apa saja kendala psikologi yang mereka hadapi membuat kita kebingungan. Mengapa mereka menjadi begini atau mengapa mereka tiba-tiba begitu. Kita perlu tahu apa yang mereka rasakan? Perubahan apa yang mereka alami?

Buku ini memiliki pemaparan yang lengkap misalnya penyakit-penyakit orang tua di usia senja dan bagaimana perawatan yang tepat.  Disisipkan pula kisah-kisah dari masa-masa kehidupan Nabi hingga zaman sekarang mengenai berbakti kepada orang tua. Nilai lebih lain dari buku ini juga ada pengalaman nyata tentang merawat orang tua dari berbagai keluarga.

Bukan hanya pelajaran di sekolah yang mesti kita kuasai teorinya. Menemani kedua orang terkasih ini pun perlu dijejali dengan pengetahuan dasar yang mumpuni. Lakukan sebaik yang kita bisa untuk mereka. Seperti mereka yang selalu sanggup melakukan apa pun hanya untuk sekedar menghapus beberapa butir airmata di masa kita kecil dahulu.

Jika ternyata salah satu atau kedua orang tua kita pun sudah tidak ada, buku ini tetap menarik untuk dibaca. Agar bisa kita semaikan benih-benih pengetahuannya untuk generasi kita selanjutnya.

Jemputlah surga kita, bahagiakan kedua orang tua, kekasih sejati kita di dunia. Selamat membaca.

15 Comments

  1. avatar
    Selly Yapri April 2, 2013 2:22 pm

    salam kenal mba jihan, sharingny bgs bgt.. emang merawat org tua rsny susah sekali, lebih susah d bandingkan merawat baby..
    d tanya a jwb b, d ajak k a mnta b, d ksh akan a mnta b..
    rsny serba ga nyambung n bikin frustasi..
    tapi hrs bljr lbh sabar ya.. smga bisa..

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Jihan Davincka December 16, 2012 1:25 pm

    :)

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Honey Josep November 30, 2012 6:50 pm

    :')

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    Novvita November 2, 2012 12:57 pm

    Memang benar pepatah mengatakan bahwa kasih orang tua itu sepanjang jalan,... walau kadang kita kurang mengerti apa yang dimaui orang tua kita.
    Mereka mencintai kita dengan cara mereka, sehingga kita yang harus belajar untuk membalas cinta mereka.
    good book

    1. avatar
      Jihan Davincka November 3, 2012 4:20 pm

      Betul. Mari belajar membalas cinta mereka :).

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    niniek rofiani October 23, 2012 4:38 pm

    berdasarkan pengalaman pribadi, orang tua memang complicated, tak jarang saya dibuat kesal, dan berpikir apa yang mereka lakukan, atau katakan itu tidak logis. namun ketika ingat apa yang sudah mereka lakukan untuk kita, rasa kesal itu berubah menjadi rasa empati, dan berusaha menemukan titik temu diantara 2 generasi yang beda ini. alhamdulillah selalu berujung dengan saling memahami. contohnya Ibu dan Bpak mertua saya. they are very understanding yet complicated as they are :) but they have been taking care of us, so it is our turn now.

    1. avatar
      Jihan Davincka November 3, 2012 4:19 pm

      Terima kasih sharingnya, Mbak. Indeed, it's our turn now :). Jangan karena sekarang pun kita disibukkan oleh keluarga kecil kita, kita mulai 'melupakan' mereka.

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .