Ciptakan Lingkungan Ramah ASI
Mengingat Agustus adalah bulan ASI sedunia, saya ingin sedikit mengenang suka duka saat memberikan ASI untuk anak saya, Kafi.
Sejak hamil, saya sudah mantap berencana memberikan ASI eksklusif untuk Kafi. Berbagai informasinya saya peroleh baik dari buku maupun artikel-artikel dan video seminar di internet. 'Kitab wajib' saya soal seluk-beluk ASI di antaranya adalah kedua buku berikut:
Sampai akhirnya saya melahirkan Kafi, menjalani inisiasi menyusui dini, dan berhasil memberikan ASI eksklusif hingga Kafi berusia empat bulan. Sempat saya down karena merasa gagal memberikan ASI eksklusif hingga Kafi berusia dua tahun, yang saat itu menjadi harapan terbesar saya. Saya pun berusaha menerima, ikhlas dan meyakinkan diri bahwa ASI eksklusif bukanlah satu-satunya faktor keberhasilan merawat dan membesarkan anak.
Saya akui, butuh perjuangan besar untuk memberikan ASI eksklusif dan pastinya penuh drama. Terkadang saya pun belum bisa memaafkan perlakuan orang-orang sekitar ketika saya setengah mati memperjuangkannya. Ternyata sosok yang perlu memperoleh predikat 'ASI' tidak hanya ibu ASI atau ayah ASI, tetapi juga nenek-kakek ASI, lingkungan ASI, dan sebagainya. Selama saya bersusah-payah memberikan ASI eksklusif, hampir setiap hari ada saja berbagai komentar bernada pesimistis yang saya dapatkan,
"Kok payudaranya kempes sih, anaknya kelaparan nggak tuh?"
Padahal payudaranya kosong karena habis disusui.
"ASI-mu sedikit ya?"
Ini komentar yang paling menyebalkan.
"Kalau ASI-nya nggak cukup nanti tambah susu formula aja..."
Saya bukan anti susu formula karena Kafi pun sekarang sudah lebih banyak mengonsumsi sufor ketimbang ASI. Namun alangkah baiknya jika lingkungan selalu membisiki ibu menyusui dengan kalimat-kalimat positif yang menyemangatinya.
Terkadang saya berkata pada diri sendiri, mereka hanya belum memiliki wawasan tepat soal produksi ASI. Jadi, saya berusaha memaklumi saja dan sabar. Namun ketika saya menerima komentar-komentar itu setiap hari rasanya sedih sekali.
Belum lagi, kalau orang-orang sekitar berusaha mencekoki saya dengan hal-hal yang sebenarnya membuat risih. Mulai dari disuruh minum jamu sampai makan daun katuk setiap hari. Alih-alih makin deras, produksi ASI malah kurang maksimal karena kesal dan stress.
Sebenarnya membuat ibu menyusui memproduksi banyak ASI itu sederhana: buatlah ia bahagia dan bersemangat.
Beberapa hal yang sangat membantu ibu menyusui:
- Tak perlu menggurui ibu menyusui kalau ia sendiri sudah mantap dan paham betul akan keputusannya menyusui.
- Sediakan segala fasilitas yang memudahkannya ibu menyusui untuk memerah ASI, seperti alat pompa, wadah penyimpanan ASI perah, dan freezer untuk menyetok ASI perah. Saya pribadi baru bisa menyetok ASI perah sebulan setelah melahirkan (yang mana menurut saya salah strategi).
- Biarkan busui makan apa pun sekehendaknya.
- Kalau dirasa sulit mengungkapkan kalimat bernada positif maupun menyemangati, tak perlu berkomentar apa pun soal payudara atupun produksi ASI ibu menyusui.
- Ibu menyusui juga manusia biasa yang butuh me-time, apalagi setelah melalui proses persalinan yang berat. Jadi biarkanlah kami, ibu menyusui, rebahan atau ke salon sejenak supaya suasana hatinya kembali prima.
- Alhamdulillah, saya dapat memberikan ASI eksklusif sampai Kafi berusia empat bulan. Semoga lebih banyak lagi orang-orang sekitar yang selalu mendukung perjuangan ibu menyusui untuk memberikan ASI kepada anak-anaknya. Saya percaya, lingkungan ramah busui akan membuatnya jauh lebih mudah memberikan ASI eksklusif untuk sang buah hati.
Tetap semangat untuk semua ibu diluar sana saling support satu sama lain
Bener banget nih support lingkungan sekitar paling penting. Karena yang bikin ASI deres itu kalo ibunya happy :). Pengalaman pribadi ASI saya deres malah kalo abis makan burger ahahaha.
Setuju!! Lingkungan yang ramah busui & pro-ASI penting banget buat keberhasilan ibu memberikan ASI buat anak. Ibu jadi pede dan tenang, hak anak akan ASI pun mudah terpenuhi. Terima kasih utk sharingnya ya mama Febi...
@teh Ninit: betul banget teh Ninit. Semoga kita dapat selalu semangat dan positif ya, teh, walaupun terkadang sulit. Karena bersikap semangat dan positif itu banyak manfaatnya buat hidup :)
@mama Agatha: I know exactly how you feel, Mom! Kalau udah begitu balik lagi ke semangat dan komitmen kita sebagai ibu menyusui yah. Semoga selalu kuat, sabar, dan semangat!
@mba Hon: 'keras kepala...' Setuju banget mba! Berpendirian teguh is a must
@Mba Monika: saya yang terima kasih, mba Monik. Banyak belajar banget dari buku mba :)
Dear Mama Febi,
Thank you. Happy breastfeeding :)
#WBW2016
-Monik