Hari Pertama Sekolah

Setiap anak memiliki karakter yang unik. Mendidik anak yang satu akan selalu berbeda dengan anak yang lain. Itulah yang saya sangat percaya. Mendidik anak kembar, akan sangat berbeda dengan anak lahir tunggal.

Kira dan Kara sejak kecil terbiasa bermain dan berbagi bersama, tertawa dan bertengkar berdua; karena itu saya menemui kendala selama satu tahun pertamanya di Taman Kanak-Kanak (TK). Hampir setiap hari selama semester pertamanya, mengajak Kira dan Kara berangkat sekolah sama seperti ketika hari pertama mereka mengenal sekolah. Bukan karena sekolahnya tidak ramah anak-anak, bukan karena pola pendidikan yang tidak cocok dengan mereka. Terbukti ketika sudah sampai di sekolah, mereka pun bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Tetapi ini terjadi karena mereka terbiasa apa-apa berdua, belum siap menerima kehadiran teman lain yang juga memiliki karakter berbeda-beda. Seolah mereka beranggapan tidak ada teman se-asyik saudaranya sendiri.

Untuk membuat mereka mau menerima kehadiran teman yang lain, saya tak bisa memaksanya. Beruntungnya selama di sekolah, mereka selalu didampingi psikolog sekolah. Saya pun banyak berkonsultasi dengan ibu psikolog sekolah. Ibu psikolog selalu memberikan semangat dan beliau meminta saya untuk memberi mereka waktu beradaptasi dengan teman-teman barunya. Di rumah, saya dan ayahnya tak jarang bercerita tentang masa lalu kami ketika di sekolah dan menghabiskan waktu bersama teman-teman kami. Kami perlihatkan foto-foto kami di sekolah dan keseruannya memiliki banyak teman.

Selain itu saya bacakan juga buku-buku cerita tentang persahabatan. Senang sekali saat saya mendapatkan buku serial HARI PERTAMA SEKOLAH dari Penerbit BIP. Buku seri ini berisi cerita-cerita yang biasanya dialami anak ketika bersekolah. Mulai dari cerita tentang hari pertama di sekolah, kepanikan anak yang ditinggal di sekolah, anak yang masih enggan melepas popoknya, hingga cerita tentang berbagi bersama teman-teman sebaya.  Karakter-karakter di buku cerita ini digambarkan dengan karakter binatang seperti Leo si Singa, Nanu si badak yang berwarna biru, Jenny si Jerapah, Cici si kelinci, Popi si landak dan masih banyak lagi. Di sekolahnya, karakter-karakter tersebut didampingi burung hantu sebagai tokoh guru bernama Ibu Wendy.

Cerita-cerita setiap tokoh inilah yang sering dianalogikan Kira dan Kara sebagai teman-temannya di sekolah. Ada teman yang suka menolong seperti Jenny si Jerapah, ada teman yang penakut seperti cici si Kelinci, ada teman yang usil seperti Nanu si badak biru, ada teman yang pemberani seperti Popi si Landak dan ada teman yang pernah mengompol di kelas seperti Leo si Singa. Di sekolah pun Kira dan Kara punya guru yang baik hati seperti Ibu Wendy si burung hantu.  Buku cerita inilah yang membantu saya mengenalkan pada kira dan kara tentang teman-teman di sekolah, bahwa akan selalu ada banyak karakter teman-teman di sekolahnya.

Melalui buku ini pula saya mengenalkan kepada Kira dan Kara tentang menyelesaikan masalah yang mereka temui di sekolah dengan teman-temannya.

Seperti cerita dalam salah satu serinya yang berjudul “Maafkan Nanu, ya!” diceritakan tentang kedatangan seorang murid baru seekor landak berwarna biru bernama Nanu. Nanu pandai bermain lompat tali dan sepak bola. Tetapi Nanu sering bersikap kasar dan suka memaksa. Nanu suka menendang bola sembarangan, merebut bekal teman-temannya, hingga membuat temannya menangis. Namun suatu hari ia kena batunya karena Popi si landak tak tinggal diam ketika Nanu membuat Cici menangis, dan Nanu pun tertusuk duri landak si Popi. Ibu Wendi datang menengahi dan mengobati luka Nanu. Nanu pun menyesal dan meminta maaf kepada teman-temannya.

Seperti yang saya duga, buku serial HARI PERTAMA SEKOLAH ini menjadi salah satu buku favorit Kira dan Kara. Ceritanya singkat, menarik dengan ilustrasi gambar yang bagus dan warna yang cerah. Sebentar lagi mulai tahun pelajaran baru, maka buku ini rekomendasi utama untuk para mama yang sedang mempersiapkan buah hatinya memperkenalkan lingkungan sekolah.