Ketika Si Mbak Tak Kembali
Pasca Lebaran, permasalahan klasik yang akan terus berulang adalah kemunduran jadwal mbak Asisten Rumah Tangga (ART) kembali ke rumah kita. Atau lebih parahnya, si Mbak tiba-tiba hilang komunikasi dan tak kembali. Mari tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan.
Sekali-dua kali terkena harapan palsu dari mbak itu rasanya sakit, seperti putus cinta. Belum lagi saat susah move-on dari kenangan rumah yang selalu rapi, makanan tersedia di meja makan, anak-anak sudah dimandikan dan disuapin. Namun setelah tiga-empat kali, saya sudah mulai kebal sama modus si mbak yang selalu memundur-mundurkan jadwal kembali ke rumah.
(Kredit gambar: www.freedigitalphotos.net)
Akhirnya saat si Mbak ART tak kembali, saya menyusun ulang keseharian keseharian kami sekeluarga di rumah, dan menyusun ulang prioritas pekerjaan rumah agar mudah dikerjakan sendiri. Berikut keseharian kami selama beberapa hari ini, dengan dua anak yakni si Kakak (3 tahun 10 bulan) dan si Adik (12 bulan):
- Bangun subuh lalu merencanakan matang-matang kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama 12 jam ke depan.
- Menyiapkan sarapan dan makan siang sekeluarga (dan bekal makan siang Pak Suami). Sambil menunggu masakan matang, disambi cuci piring dan membereskan dapur dan meja makan.
- Setelah Pak Suami berangkat kerja, saya mengajak kedua anak saya ke taman komplek. Lumayan, agar anak-anak energinya tersalurkan dengan beraktivitas fisik dan berkeringat.
- Saat matahari mulai menyengat, anak-anak saya ajak kembali ke rumah untuk mandi pagi. Setelah mereka mandi, saya membiarkan mereka bermain air di kamar mandi sekitar 5-10 menit. Sementara mereka asyik bermain, saya bisa makan dulu.
- Setelah mereka mandi, saya menyuapi makan Kakak terlebih dahulu, baru kemudian Adiknya.
- Setelah mereka makan, biasanya Adik tidur pagi. Biar Kakak tidak mengganggu Adik tidur, Kakak diperbolehkan bermain dengan mainannya. Saya biarkan Kakak asyik 'memberantaki' mainannya di satu spot rumah. Sementara Kakak bermain sendiri, saya bisa merapihkan sebagian rumah. Sekitar dua jam Adik tidur, selama itu juga saya bisa beberes rumah dan mandi.
- Setelah Adik bangun, otomatis ruang gerak saya menjadi sangat terbatas. Kembali saya suapi snack untuk Adik, dilanjutkan menyuapi Kakak makan siang, lalu menyuapi Adik makan siang. Marathon menyuapi makan!
- Idealnya selepas tengah hari, mereka berdua tidur siang. Tapi itu jarang terjadi. Biasanya inilah jam-jam krusial: mereka mulai mengantuk, tetapi tetap ingin bermain. Jadinya mereka over-sensitif dan rewel. Mama jangan lupa rajin-rajin minum air putih setiap emosi mulai terpancing biar tak meledak. Di jam tidur siang ini, saya berusaha menidurkan mereka tetapi biasanya sih mereka tak tidur-tidur juga.
- Kalau mereka tak kunjung tidur siang, saya ajak mereka ke dapur. Sementara saya menyiapkan makan malam, saya biarkan mereka berdua mengeksplorasi dapur dengan penuh pengawasan. Mereka senang bermain-main dengan panci. Suaranya meriah, pasti ya. Tapi ya seru, memasak ditemani anak-anak yang sibuk memasukkan legonya ke teko air. Dibawa happy saja, yang penting anak-anak bahagia.
- Masakan matang, anak-anak sudah mulai kelelahan. Dan itu sudah menjelang sore. Biasanya saya memandikan mereka dulu, kemudian menidurkan satu per satu. Biasanya saya menidurkan Adik dulu, sementara Kakak saya suruh bermain sebentar di luar kamar. Setelah Adik tidur, saya mengajak Kakak ke kamar. Tak butuh waktu lama untuk membuat Kakak terlelap.
- Mereka tidur selepas ashar sampai maghrib. Sementara mereka tidur, saya bisa makan, beres-beres, dan menyetrika.
- Selepas magrib, tugas selanjutnya kembali menyuapi mereka makan malam. Kalau sudah maghrib, bala bantuan biasanya sudah datang Ya, Pak Suami sudah pulang kerja!
Lelah? Pasti! Bosan? Belum sampai pada titik bosan, untungnya. Saya masih menikmati mencicipi beberapa hari di rumah tanpa bala bantuan. Tetapi banyak efek positifnya, seperti si Kakak jauh lebih mandiri dan pengertian. Terasa sekali bonding dengan anak-anak lebih tercipta karena kami jadi betul-betul menghabiskan waktu bersama-sama. Lalu karena beres-beres dilakukan semua sendiri, saya jadi menemukan barang-barang perintilan yang terlupakan, baik itu di laci, serta dan baju-baju yang terselip di lemari. Maklum, biasanya saat dibereskan si Mbak malah suka bingung barang ini dimana, barang itu dimana. Oh ya, semua ini ada bonusnya juga: berat badan turun. Ah, senangnya!
Dunia belum berakhir kan, Mama? Hidup harus terus berjalan setiap harinya, dengan atau tanpa kehadiran Mbak ART. Semoga kisah ini dapat menyemangati hari-hari urban Mama, ya. Salam!
setuju mbak, manajemen waktu emang kuncinya ya, kalo sudah terbiasa akan enjoy dengan sendirinya. Tfs ya mbak
yapss...seneng bgt, mam. Mungkin karena jarang juga moment saya fulltime sekian hari dirumah without bala bantuan. Akhirnya, Si Mbak kembali, saya kembali kerja from 6 to 4
Kereeeeen banget Mama Retno, emang kita harus pinter-pinter atur waktu yah :)
iya mam... atur waktu dan atur emosi. heheee. si toddler 3y+ yg lagi wow tingkah lakunya, si baby yg lg seneng menjelajah rumah dan masukin semua barang ke mulutnya... wah banget
Aku pun suka membiarkan anak2 mandi lbh lama dengan menawarkan mereka nyebur di bak
toss mam....
Terima kasih tulisannya dan salut dengan mama Retno bisa mengurus sendiri semuanya dan tetap semangat. Intinya manajemen waktu juga ya mbak, dan jalani dengan have fun.
sekali lagi tfs mama.
iyaaa mam... dinikmati semua huru hara dirumah, kelak semakin mereka dewasa... mereka semakin jarang dirumah. duduuu *lalu saya mellow
saluuutt! keren mbak bisa handle semua sendiri dengan 2 anak. *applause :)
bisa karena terpaksa mam.. hahaa