Komitmen Tinggi untuk Memberikan yang Terbaik bagi Anak-anak
“Ma, Dedek tadi kecebur di got!” lapor Kakak sambil menunjuk adiknya yang berlumuran lumpur. Sementara adik hanya tersenyum malu-malu karena takut dimarahi.
Punya dua anak laki-laki yang super aktif seperti kedua anak saya ini memang memiliki tantangan sendiri. Keseruan seperti ini hampir setiap hari saya alami. Mulai dari adik yang terluka karena mencoba salto dari ayunan, kakak yang gigi susunya tanggal karena tertendang saat fight di pertandingan silat, sampai kejadian adik dan kakak yang bahu-membahu saling menggunting rambutnya. Belum lagi ditambah acara saya yang mengomel karena menginjak lego atau mendapati pakaian seragam sekolah mereka yang kotor penuh tanah entah main apa di mana.
“Kenapa sih, nggak mau hamil lagi?
Tambah dong, satu lagi, anak perempuan.
Enak lho, punya anak perempuan.
Lebih kalem, lebih sayang dan perhatian sama orangtua.
Nanti pas kita tua jadi ada yang merawat dan menemani.
Anak perempuan itu investasi dunia akhirat, deh!”
komentar salah satu kerabat di acara arisan keluarga besar - sesaat setelah saya membersihkan badan dan pakaian si adik yang baru saja kecebur got.
Lalu Ia pun dengan berbinar-binar menceritakan tentang banyak kebaikan yang bisa didapat dari memilik anak perempuan. Saya mengerti, komentar itu hanya obrolan biasa di acara kumpul-kumpul keluarga. Saya membalas dengan senyum, ikut berbahagia mendengar kebahagiaannya. Saya juga tidak membahas atau mendebatnya, karena obrolan dengan cepat berpindah ke topik yang lain. Komentar sejenis ini sudah cukup sering saya dengar, baik itu ditujukan kepada saya, ataupun ditujukan kepada pasangan lain yang memiliki satu atau dua anak saja.
Saya dan suami adalah pasangan yang menyukai kehadiran anak-anak, baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Kedua anak saya pun secara fisik dan mental sudah siap untuk memiliki adik, mereka senang bermain dengan anak kecil. Jadi, bukan karena saya tidak ingin repot karena hamil lagi atau takut miskin karena memiliki banyak anak. Namun bagi kami, anak adalah anugerah juga titipan Tuhan. Keputusan untuk memiliki dan menambah anak harus didasari oleh persiapan, tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Sebagai orangtua, kami perlu melayakkan diri dan terus memperbaiki diri agar dapat menjadi orangtua yang lebih baik untuk mempersiapkan masa depan anak-anak kami, salah satunya perencanaan pendidikan.
Atas dasar itulah, kami memutuskan untuk menunda memiliki anak dahulu dengan IUD sebagai alat kontrasepsi Andalan setelah melahirkan anak kedua sampai saat ini. Awalnya memang sempat bingung karena ada banyak metode kontrasepsi yang ada, mulai dari suntik, pil kb, IUD, hingga implan. Tapi, saya lebih memilih metode kontrasepsi jangka panjang karena bisa digunakan hingga waktu yang lama dan minim efek samping. Saya merasa nyaman menggunakan Intra Uterine Device (IUD) atau spiral karena mampu mencegah kehamilan dengan efektivitas yang tinggi, tanpa adanya kandungan hormon sehingga aman untuk menyusui. Cukup satu kali pemasangan mampu untuk melindungi 3 hingga 10 tahun.
Selain IUD, implan juga bisa menjadi alternatif lainnya untuk perlindungan jangka panjang. Apapun pilihan alat kontrasepsi yang ingin dicoba nanti, yang terpenting adalah konsultasikan dulu dengan bidan atau dokter yang berpengalaman ya, demi kenyamanan dan ketenangan hati kita semua.Pelajari lebih lanjut tentang metode kontrasepsi jangka panjang PilihanKu Andalan di sini.
Bagaimana pun, keputusan untuk menambah anak adalah keputusan besar. Pertimbangannya bukan hanya karena sudah siap secara fisik, mental, materi dan finansial, tetapi juga seluruh aspek yang menyertainya. Dengan mempertimbangkan semua hal tersebut, kita dapat membuat keputusan terbaik untuk keluarga.
Toss mamah Eka, aku pun punya dua bujang dan memang cukup memiliki dua jagoan yang akan kami didik sebaik mungkin agar juga punya investasi dunia akhirat :)
mamah ekaaa, aku padamuuuu haha secara sama ye kan dua nak cowok super aktif haha. Iya sih sebenernya mungkin orang iseng aja bilang gitu tapi kadang kalo lagi dalam mood yg ga bagus rasanya pengen jambak haha. Apapun yang didapat, insyaallah anak-anak ini semoga kelas menjadi anak yg sholeh yaaa
Hahaha, pertanyaan yang gak pernah ada habisnya tuh.
Tapi emang bener sih, anak perempuan lebih care sama mamanya, walaupun yang di rumah sini tetap gak anteng, membal juga kayak dua masnya.
Aku punya anak udah bisa lah ya dibilang lengkap jenis kelaminnya, tapi teteeepp aja ditanyain kapan nambah anak cewek lagi -_-.
yang penting itu bukan anak berapa dan cewek atau cowok, tapi lebih ke gimana cara parentingnya dan biaya-biaya besar lainnya yaa :D heheh
hahaha ideeem banget ka! :D
mungkin sebenernya cuma bahan obrolan yaa kalo ada yang komen, ayo nambah lagi kan belum ada anak perempuannya :D... mau anak laki-laki atau perempuan yang penting sehat daaan ya itu, punya anak = rencana besar. memang harus benar-benar dipersiapkan masa depannya terutama biaya sekolah.
Mama eka, sama, kalau ketemu keluarga besar atau teman jauh biasanya suka nanya gak mau nambah lagi nih, kan blm ada laki-laki :) bagi saya dan suami, anak perempuan dan laki laki sama aja ya, insyaa Allah nanti juga dapat anak laki (menantu :p). Setuju banget menambah anak merupakan keputusan besar, fisik, kondisi kesehatan dan mental saya, belum lagi biaya sekolah anak sekarang mahal ya :p
setuju sama Mama Ipeh idolaque, apalagi sesama punya ada dua, yang cewe semua hahahahaha
"satu lagi cowo, biar Babap ada temennya"
hahahahahaha