Mama dan Bendera Merah Putih

Ada sebuah cerita tentang Mama yang selalu saya ingat ketika kalender sudah masuk bulan Agustus. Beberapa tahun yang lalu, pada suatu hari di bulan Agustus, seperti biasa, menjelang hari kemerdekaan semua rumah memasang bendera, kan?

Mama saya yang rutin berjalan kaki pada pagi hari, suatu hari berjalan kaki melintasi jalan Dago. Seperti yang kita tahu, jalan Dago itu jalan yang keren dan terkenal di Bandung. Nah, entah bagaimana, Mama terpanah pada sebuah rumah yang megah. Lalu tiba-tiba kesal berat karena melihat bendera merah putih yang berkibar di sana sudah super belel.

Mama saya bergegas pulang. Mama mengingat dengan jelas nomor rumah megah itu dan menghubungi 108 untuk menanyakan nomor teleponnya.

Setelah itu, Mama saya langsung menelepon rumah megah.

“Halo?”
“Selamat siang! ini dengan 25XXXXX dengan alamat di jalan Dago nomor XXX?” (dengan suara yang tegas dan cenderung galak).
“Ya, betul Bu.”
“Saya dari organisasi cinta bangsa. Coba itu benderanya diganti ya! Itu bendera merah putih sudah ngga layak pakai.”
“B-b-baik bu.”
“Besok saya periksa lagi. Saya mau cek apa benderanya sudah diganti atau belum.”
“B-b-baik, Bu.”

Yes, it was my mom who made that prank call.
:)

Sumpah! Saat Mama cerita tentang hal ini, saya tertawa sampai nangis.

Tapi benar juga sih… kata Mama, kita ini generasi yang ngga perang ngangkat senjata melawan penjajah. At least kita menghormati dengan pasang bendera merah putih yang cerah dan gagah berkibar. Pasang di tiang yang bagus, bukan dari bambu yang lemah gemulai. Saat kami membangun rumah, Mama sudah wanti-wanti untuk sengaja memasang tiang bendera permanen agar bendera merah putih nanti dengan gagah berkibar. Tentunya, bendera merah putih yang tidak belel yah :).

Oh ya, besoknya… beneran lho, rumah megah itu ngeganti bendera merah putih belel dengan bendera merah putih yang baru :). I love my mom…

Selamat hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 65.

“Merdeka!”