Manfaat Berkunjung ke Kampung Asisten Rumah Tangga
Libur lebaran tahun ini, kami sekeluarga mudik ke kampung halaman bapak saya di Lampung. Bapak memang asli Jawa, tetapi karena para tetuanya transmigrasi ke wilayah Lampung, maka sejak lahir sampai dewasa ya di Lampung. Semua keluarga besar bapak pun rata-rata masih banyak yang tinggal di Lampung.
Karena jatah waktu cuti bersama dari pemerintah hanya seminggu, maka libur ke Lampung kali ini saya sekeluarga benar-benar hanya bersilaturahim bersama saudara-saudara saja, tidak mengunjungi objek wisata seperti biasanya.
Asisten Rumah Tangga saya kebetulan juga sama seperti bapak, yang asli Jawa namun semua keluarganya transmigrasi ke Lampung. Bedanya kalau bapak saya di wilayah Lampung Selatan, maka kampung ART di Lampung Tengah. Kesempatan mudik kali ini tidak kami lewatkan untuk sekaligus bersilaturahim ke rumah ART. Berbekal aplikasi GPS dan panduan peta dari sepupu saya, kami pun berangkat ke rumahnya. Kurang lebih 2,5 jam untuk sampai ke rumah mbak ART.
(Kredit gambar: www.pexels.com)
Di sana kami disambut dengan hangat oleh mbak dan keluarganya. Jika dipikir-pikir, apa sih manfaat dari berkunjung ke rumah Asisten Rumah Tangga kita? Berdasarkan pengalaman, berikut beberapa manfaat yang saya coba rangkumkan:
1. Bertandang langsung ke rumah/kampung ART menjadi sebuah validasi baik bagi kami maupun keluarga ART.
Buat kami sekeluarga, akhirnya jadi benar-benar tahu bahwa ART ini memang tidak berbohong. Kami berkenalan langsung dengan keluarganya, jadi tahu siapa saja tetangga-tetangganya, kondisi rumahnya, dan lain-lain. Mohon maaf kalau di sini saya pakai kata-kata yang kurang mengenakkan yaitu “tidak berbohong”, karena saya juga banyak dapat cerita dari sesama teman maupun baca di media online tentang ART yang kelihatannya baik, namun ternyata berbohong, kabur, bahkan ada yang mencuri barang berharga di rumah tempatnya bekerja. Atau ada yang mengaku di kampung hidup susah hanya berdua neneknya, ternyata aslinya orangtua dan kakak adiknya masih lengkap dan tinggal di satu rumah yang sama.
Sebaliknya, demikian pula bagi suami maupun keluarga ART. Bertemu langsung dengan kami sudah tentu membuat keluarga ART lega. Karena ternyata mbak ART memang benar bekerja di sebuah keluarga baik-baik, memang benar bekerja mengasuh anak, bahkan dengan membawa Alun dan Lintang ke sana, keluarga ART tahu bagaimana sifat dan perilaku dari anak yang diasuh tersebut.
2. Jika sampai ada keadaan darurat, maupun keadaan tidak menyenangkan, kita tahu benar dari mana asal ART yang bersangkutan. Maksudnya begini: misalnya ART mendadak sakit berat dan akhirnya ia minta pulang saja ke kampung. Dalam keadaan darurat dan ia tidak sanggup pulang sendiri, bisa jadi kita pun turun tangan dengan membantu mengantarnya sampai ke rumah. Kalau kita sudah tahu di mana rumahnya, akan lebih memudahkan ya untuk urusan ini. Dan begitu pula jika ada kejadian kurang menyenangkan misalnya ART terlibat kasus kejahatan, dan membutuhkan pertanggungjawaban dari pihak keluarganya, kita tidak perlu repot melacak keberadaan keluarganya ke sana kemari.
3. Menumbuhkan empati tentang perjuangan untuk menyambung hidup. Semua ART bekerja ke daerah ibukota tentu atas alasan ekonomi, yakni membantu perekonomian keluarga. Tak hanya ART dalam negeri, Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang jauh-jauh sampai ke Arab Saudi 'kan juga begitu alasannya. Perekonomian ini bisa berarti macam-macam: untuk uang makan sehari-hari, uang untuk sekolah anak, uang untuk membangun rumah yang lebih layak untuk ditempati, uang untuk bantu biaya rumah sakit kerabat, dan masih banyak lagi.
Para ART ini harus menempuh ratusan kilometer dari Lampung ke Jakarta, untuk menjemput rezeki. ART kami harus menempuh 11 jam (termasuk naik kapal ferry) untuk sampai di rumah kami di Jakarta. Dengan berkunjung ke kampung halamannya, kita bisa merasakan langsung perjuangannya untuk mencari rezeki yang halal. Ditambah jalanan yang tidak selalu berlapis aspal mulus, terkadang bertemu jalan tanah dan separuh off road, makinlah kita bisa merasakan perjuangan tersebut.
Ini kebetulan contohnya mbak ART kami yang kampung halamannya tergolong dekat. Coba bayangkan yang dari Nusa Tenggara Timur kerja ke Jakarta. Kebetulan ibu penjual gado-gado langganan kami di daerah Bendungan Hilir Jakarta Pusat, asistennya berasal dari NTT. Saya langsung teringat padanya.
Tentunya, berkunjung ke kampung ART tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Karena memang sangat tergantung pada jarak, waktu dan biaya. Seperti ibu penjual gado-gado yang saya ceritakan di atas, belum pernah berkunjung ke NTT karena terlalu jauh dan butuh biaya besar untuk sampai ke sana.
Namun, jikalau jarak masih terbilang dekat atau terjangkau, tidak ada salahnya kita berkunjung. Selain manfaat di atas, dalam agama memang dianjurkan untuk menjalin silaturahim. Karena silaturahim menambah pahala, kebahagiaan sekaligus memanjangkan umur.
Nah, urban mama ada cerita yang sama dengan saya? Yuk berbagi kisahnya di kolom komentar.
AKu juga dulu sering ke kampung mbak ku, mbak ini sudah kayak keluarga, sudah lama ikut mama ku dari adikku baru lahir. Nah sekarang mbak dan anaknya serta cucunya ikut aku bantu di daycare.
wah long lasting relationship banget mbak Dieta. Salut n keren ih bisa sampe berpuluh-puluh tahun gitu bisa bareng mbak Dieta dan skr bantuin di daycare. Susah dapat mbak pengasuh kayak begitu loh.
Dulu aku juga pernah ke kampung mbak. Pas mudik, sekalian nganterin.
Trus jadi tau deh kampungnya mbak itu asik, dekat sama laut.
Diajak keliling2 pula sama keluarganya mbak. Heheh..
Jadi berasa dekat banget :)
iyaaa berasa bukan orang lain ya mbak Cin. Berasa keluarga sendiri aja.