Membeli Kebersamaan

Hari itu tidak berjalan lancar. Urusan di kantor tidak bisa diselesaikan dengan cepat dan saya terpaksa pulang terlambat. Begitu juga Ayah.

“Ketemu di Depok ya, Yah…." kata saya. Kantor kami memang jauh sehingga jarang bisa satu kereta.

“Oke, habis dari stasiun mampir dulu ya..."

Saya langsung mengerti maksudnya. Mampir dulu, adalah kata yang biasa kami pakai saat ingin menebus suatu hal pada Asa. Saat pulang terlambat, terpaksa bekerja di hari libur atau dinas luar, kami akan "mampir dulu" dan membelikannya sesuatu. Kadang mainan, buku, atau kue. Kami berharap pemberian itu mampu mengganti apa yang hilang. Dan memang pemberian-pemberian kami  biasanya disambut Asa dengan gembira.

Di kereta, kami terus berkomunikasi melalui handphone. Berdiskusi untuk memutuskan apa yang kali ini harus kami beli.

“Donat saja, Yah, atau crepes yang choco-cheese..."

“Ah, jangan itu, Mah… belikan puzzle saja..."

“Atau truk  merah yang kemarin dia pegang, di toko mainan deket perempatan…"

Kereta terus berjalan, demikian juga diskusi kami. Tak juga mencapai titik temu. Tentu karena jauh di dalam hati, kami sadar, benda apa pun yang kami berikan, tak akan mampu menebus keterlambatan kami kali ini.

Saya melirik jam tangan, pukul setengah sembilan. Terbayang wajah kecil yang sekarang pasti tengah gelisah. Bolak-balik membuka tirai jendela tiap mendengar deru sepeda motor. Sungguh persis, pikir saya. Tingkahnya benar-benar meniru saya bila sedang gelisah menunggu ayahnya pulang.

“Bagaimana, Mah?” tanya Ayah.

“Tidak tahu, Yah…” jawab saya, menyerah, “Kita pulang saja dulu…”

Kereta akhirnya berhenti di stasiun Depok. Di peron, banyak pedagang menawarkan dagangan. Buku-buku, mainan, perlengkapan berenang, sampai buah kiwi dan mangga kesukaan Asa. Dengan mudah saya dapat berhenti sejenak dan merogoh dompet. Seperti yang dilakukan beberapa ibu. Tapi saya berjalan terus karena perasaan bersalah itu tetap tak dapat dilawan.

Saya teringat saat beberapa kali ditinggalkan Ayah dinas di luar pulau. Waktu berlalu begitu lambat, ingin segera bertemu dan mengobrol. Bercerita ngalor-ngidul seperti yang biasa kami lakukan. Saat itu, apakah saya menginginkan oleh-oleh tas yang akan dibawakannya? Apakah buah tangan tersebut mampu mengobati rasa kangen? Tidak. Yang saya inginkan hanya orangnya, dan waktu kebersamaan yang lebih banyaklah yang mampu menebus beberapa hari kepergiannya.

Bahkan pernah sekali saya agak kesal karena bukannya segera pulang, Ayah malah mampir ke toko untuk membelikan saya oleh-oleh.

Saya yakin Asa merasakan hal yang sama. Maka kami bergegas pulang.

Anak kecil itu belum tidur, dan sambutannya secerah biasanya. Saya mencium dan memeluknya sampai ia jengah dan meronta-ronta di gendongan.

“Maaf ya, Mamah pulangnya telat…"

Ia tidak menjawab. Hanya senyumnya yang begitu indah dilihat dan pelukan yang makin erat. Saya kembali memeluknya. Begitu hangat, begitu dekat.

Kebersamaan adalah sebuah kesempatan yang tak terbeli dengan uang dan hadiah.

Related Tags : ,,

42 Comments

  1. avatar
    Santi June 21, 2012 1:37 pm

    langsung bergenang nich aer mata ... sama bgt !

    bener dech ... kebersamaan itu amat sangat priceless ... kadang sering bgt pas pulang milinka udah bobo ... berarti 1 hari penuh ga ketemu, karena pas aku berangkat dia masih bobo .... merasa salaahhh bgt, duh kya gini nich dilema working mom!

    kalo telat pasti dech lapor ke milinka knp aku plg telat, dulu waktu masih kecil sich mili ga terlalu ngerti .. tp skrg .. "mama, ga udah keja aja" ...

    love you so much, milinka ...muuaacchhh

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Anggie June 5, 2012 3:55 pm

    Benerrr mb.. niy postingan pasti dialami ma working mom.. termasuk saya *tertunduk... Maka dari itu, belum tega jg ninggal anak kl ada perjalanan dinas.. Kl bisa dibawa, aku bawa.. Spt kmrn aku ada diklat seminggu di Jakarta, alhasil aku bawa serombongan ,Krn 1 kamar hrs bbagi ma temen dr luar daerah, maka anak sy titipkan ke t4 kakak saya (daerah Depok) , dg konsekwensi PP dari daerah Glodok-Depok tiap hari.. Rasa capek perjalanan dg bbagai alat transportasi (KRL-angkot-bajaj-busway) pun sirna ketika melihat senyuman anak yg menyambut qt...

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    suci indrawati June 4, 2012 2:03 pm

    baca postingan ini jadi nangis beneran inget anak di rumah. T.T. tadi pagi anakku ga mau bangun pengennya gleyean terus di kasur bareng aku. pas aku bilang mau mandi eh dia malah peluk aku eraaat banget gak mau di tinggalin. tunggu ya nak bentar lagi mama pulang...

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    citra aulianagara June 4, 2012 1:59 pm

    sidtaaaa, aiih terenyuh bacanya. sesama mama jakarta yg mengandalkan PT.KAI yg jadwalnya yg ga jelas. kalo pagi bawaannya maleees bgt brangkat, kdg jg digandolin minta nenen di detik2 mu berangkat. klo pulang pengennya cepet2 lari ke stasiun meski aga korupsi waktu kerja. heheheh..desek2an di kereta yg kdg ga wanitaiawi ato manusiawi, dijabanin demi cpt2 ketemu anak. semangat ya mama Asa, stiap perjuangan pasti berbayar. makanya klo wiken lbh seneng krunthelan bertiga sm bapaknya drpd ngemoll.hehehe..

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    iyu June 4, 2012 11:50 am

    mewek bacanya, samaan kalo emang pas lembur, jadinya pulang telat T_T
    kasian mama yang kelamaan dititipin lycka, lebih kasian lycka, karena waktu bobonya mundur. dia tetep mau main-main dulu, kangen-kangenan..

    saat libur, beneran maunya bersamaaa aja kita ber-3.

    makasih mbak sidta tulisannya, menurutku mau ibu bekerja atau dirumah. tetep konsentrasi kebersamaan yang penting :)
    terkadang, kalo suka sok sibuk ama gadget, juga lycka suka kesel ngeliatnya :P

    1. avatar

      As .