Mendampingi Si Kecil Selama Kegiatan Belajar-Mengajar di Sekolah Diliburkan

Sehubungan dengan semakin merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia, beberapa pemerintah daerah sudah memberlakukan peraturan ‘lockdown’. Walikota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo menetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dan menginstruksikan agar sekolah-sekolah diliburkan, pentas seni kegiatan CFD (Car Free Day) diberhentikan sementara, tempat wisata dan olahraga ditutup, kunjungan kerja ditunda, dan segala acara perkumpulan yang tak penting dibatalkan. Di Jakarta, Gubernur Anies Baswedan mengeluarkan instruksi agar proses belajar-mengajar di Jakarta tidak dilakukan di sekolah untuk sementara. Selama dua minggu, proses belajar akan diserahkan kepada orangtua dan wali masing-masing anak di rumah.

Di Norwegia sendiri, per 12 Maret 2020 pemerintah mengumumkan bahwa semua SD-SMP-SMA, Taman Kanak-Kanak dan tempat penitipan anak, kampus universitas, tempat les dan kursus, perpustakaan serta kegiatan belajar-mengajar lainnya diliburkan selama dua minggu. Kantor-kantor juga ditutup & para pegawai diminta untuk ‘work from home’. Di hari yang sama, anak saya pulang sekolah membawa setumpuk buku pelajaran dan kertas-kertas tugas sekolah. Pertanyaan yang pertama keluar adalah, “Mama, aku tetap sekolah atau libur?”

Kalau Urban Mama mendapat pertanyaan yang sama dari si kecil, berikut beberapa hal yang harus dipahami sekeluarga terlebih dahulu:

  • Sesuai instruksinya, kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan; tidak dilakukan di sekolah tetapi diserahkan kepada orangtua dan wali masing-masing anak di rumah.
  • Yang mana, ini berarti tidak sama dengan kegiatan libur sekolah
  • Oleh karena itu, hindari bepergian ke mall dan tempat-tempat wisata, jangan malah memutuskan untuk membuat playdates, berwisata, apalagi mudik ke kampung halaman.
  • Pemerintah memutuskan agar anak-anak belajar di rumah (ingat ya Mama, belajar di rumah, bukan berlibur) agar laju penularan penyakit tidak semakin bertambah. Make sure everyone in your family understand that social distancing = social responsibility.

Penjelasan di atas tersebut saya berikan kepada anak saya (kini duduk di kelas 4 SD) sejak sekitar dua minggu yang lalu, waktu kasus pertama di Norwegia muncul. Sejauh ini, dia bisa menerimanya. Memang sih, pada awalnya anak-anak akan banyak bertanya ini-itu. Jadi yang sabar-sabar saja ya, Mama dan Papa. Beri penjelasan sesederhana mungkin kepada si kecil. Ini tanggung jawab kita juga agar anak-anak mengerti.

 

Lalu, hal-hal apa saja yang dapat Urban Mama dan Papa lakukan agar kegiatan belajar-mengajar si kecil dapat tetap berjalan di rumah?

1. Mulai dengan menyiapkan area khusus untuk anak-anak belajar dan berkegiatan. Bisa menggunakan kamar si kecil, atau area lain di rumah. Yang penting, jauhkan dari ruang televisi dan media lainnya. Kemarin saya bilang ke anak saya: selama dua minggu ke depan, yuk kita main sekolah-sekolahan. Ternyata anak saya antusias sekali menyambut ide ini. Kami membereskan kamarnya bersama-sama dan mengatur meja belajar dan buku-bukunya menyerupai kelas mini.

2. Ingat ya Mama: anak-anak selalu butuh struktur dan jadwal harian. Pastikan anak-anak tetap tidur sesuai jam tidur hari sekolah, bangun pagi seperti biasa, sarapan, lalu hari tetap berjalan seperti jadwal biasa sehari-hari. Sempatkan juga setiap pagi atau sore berolahraga ringan di halaman rumah. Ini penting ya Mama, agar hari-hari tidak dihabiskan dengan menonton televisi dan bermain game yang berujung pada kebosanan, anak-anak cranky ngambek kelebihan energi, dan Mama Papa pun pusing bukan kepalang.

3. Untuk anak usia sekolah, tetap ikuti kegiatan dalam jadwal pelajaran yang diberikan sekolah. Waktu anak saya pulang dari sekolah, wajahnya panik melihat setumpuk buku dan tugas yang diberikan oleh gurunya. Lalu saya bilang: “Take a deep breath. I will help you. Now let’s try to see these books and tasks like a big chop of steaks that you need to finish within two weeks. Can you eat it whole at once? No, right? First, we need to ‘chop’ it down into smaller tasks. By then, it will be way easier to tackle them one by one". So, help them by chopping the big task into smaller tasks.

Periksa jadwal pelajaran anak di sekolah. Periksa pula buku-buku pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sekolah, lalu buat daftarnya. Kalau sudah, kemudian bagi-bagi tugasnya menjadi tugas-tugas kecil yang mampu anak kerjakan selama 30-45 menit mengikuti jadwal pelajaran harian di sekolah. Kalau Urban mama mengamati jadwal pelajaran anak di sekolah, satu jam pelajaran berlangsung maksimal 30 menit (45 menit untuk anak-anak yang sudah di atas kelas 3 SD) diikuti dengan istirahat selama 15 menit sebelum lanjut ke jam pelajaran berikutnya. Ini penting agar otak anak-anak tidak ‘ngebul’ dan stres kelelahan.

Selanjutnya, Mama tandai buku pelajaran anak mengikuti jatah tugas yang dibagi-bagi, lalu masukkan tugas-tugas tersebut mengikuti jadwal pelajaran dari sekolah. Misalnya jadwal hari Senin adalah Matematika, kerjakan halaman sekian hingga sekian, dilanjutkan dengan Bahasa Indonesia tugasnya dari halaman sekian hingga sekian, dan seterusnya. Untuk anak saya, saya coba membuatnya seperti ini:

4. Variasikan tugas-tugas pelajarannya. Sekarang sudah tidak zamannya semua tugas pelajaran sekolah dilakukan dalam bentuk paper-and-pencil. Misalnya, untuk pelajaran seni musik, ajak anak bermain pianica atau menyanyi bersama sambil joget-joget. Untuk pelajaran seni lukis, unleash your creativity! Kerjakan DIY craftings atau melukis dan menggambar bersama-sama. Untuk pelajaran bahasa, buat aktivitas read aloud, membaca buku bersama-sama lalu mendiskusikan isi buku. Pelajaran olahraga bisa diisi dengan yoga kids atau tabata for kids mengikuti tutorial di YouTube. Untuk pelajaran sains, sesekali Mama dan Papa bisa membuat percobaan sains sederhana atau menonton documenter series bersama-sama sesuai tema pelajaran sains. Usai menonton, tugasi anak untuk membuat ulasan film tersebut dalam bentuk gambar, cerita tertulis, atau diskusikan bersama-sama.

5. Manfaatkan juga beberapa aplikasi belajar online yang sekarang sudah banyak bisa Urban Mama dan Papa beli di appstores, Namun harap diingat, jangan lantas semua pelajaran diberikan dalam bentuk penggunan tablet dan media televisi.

6. Dampingi anak-anak selama belajar di rumah. Jadi singkirkan pikiran untuk playdates, kumpul-kumpul, dan sejenisnya ya, Mama. Untuk satu tugas, anak-anak cukup mengerjakannya selama 30-45 menit. Dampingi saja mereka selama belajar, singkirkan ponsel dan matikan tablet dan televisi. All those social media, phone calls, pings and replies from your Whatsapp groups can wait.

 

Selain itu, ada beberapa hal penting lainnya yang dapat Mama dan Papa lakukan agar mood anak-anak tetap terjaga selama kegiatan belajar-mengajar di rumah:  

1. Buat anak merasa terlibat. Bagikan jadwal tersebut kepada si kecil, duduk dan diskusikan bersama-sama. Ajak Papanya untuk duduk bersama juga ya Mama, karena orangtua dan wali harus sama-sama terlibat.

2. Ingat istirahat dan berikan imbalan untuk si kecil. Bisa dengan Urban Mama siapkan camilan dan minuman kesukaan si kecil saat ‘jam istirahat’, ajak anak untuk saling memijat pundak, dan ketika 'sekolah-sekolahan' ini selesai, izinkan mereka menonton film kartun bersama-sama misalnya selama satu jam.

3. Buat akhir pekan tetap spesial. Di hari Sabtu dan Minggu, perbolehkan anak-anak untuk bermain seperti biasanya dengan catatan tidak meninggalkan rumah. Atau bisa juga saat akhir pekan ajak anak-anak untuk Bersama-sama membuat masakan kesukan mereka. Intinya, tetap membuat anak-anak merasa spesial dan diperhatikan ya, Mama Papa.

4. Tetap awasi screen time anak. Kalau Mama hendak memberikan reward harian berupa screen time, pastikan tidak lebih dari satu jam per hari, dan perbolehkan anak-anak untuk memilih salah satu, dalam bentuk apa mereka ingin ‘menebusnya’: main game, menonton kartun, atau menggambar di tablet. Ingat, ini hanya berlaku untuk anak-anak yang sudah besar ya. Untuk balita, batasi screen time sampai seminimal mungkin atau tidak sama sekali. Untuk Urban Mama dan Papa, awasi pula konsumsi media pribadi masing-masing ya, agar tidak stress membaca berita-berita dan info-info hoax.

5. Yang tak kalah pentingnya: awasi makanan dan kebutuhan gizi anak-anak. Urban Mama semua sudah punya bayangan bagaimana seramnya tingkah anak-anak saat sugar rush, bukan? So give those sugary snacks and drinks as minimum as possible. Diberikan sepotong dua potong kecil sebagai camilan saat ‘jam istirahat’, masih OK. Diberikan sebagai pengganti sarapan, makan siang, dan camilan sore? Hmm, maybe it’s not a good idea.

6. Anak-anak pasti akan merindukan teman-teman sekolahnya. Urban Mama dan Papa dapat mengusulkan kepada sesama orangtua murid untuk membuat videocall group agar anak-anak tetap dapat berkomunikasi dengan teman-teman sekolahnya. Jadwalkan waktu sekitar 30-60 menit dalam sehari, misalnya sore hari sekitar pukul 16.00, untuk anak-anak janjian online videocall lewat Skype, Hangouts, Facetime atau WhatsApp. Tentunya anak-anak hanya boleh mengakses videocall tersebut di bawah pengawasan Mama dan Papa ya.

7. Bagi Urban Mama yang punya anak balita usia Taman Kanak-Kanak, this is waaay easier. At least, you don't have to make any lesson plan. Siapkan area bermain khusus untuk si kecil terlebih dahulu. Kemudian, misalnya untuk dua minggu, siapkan 5 mainan, 5 buku, serta 5 aktivitas seperti menggambar, mewarnai, bermain puzzles, sensory play, dan aktivitas DIY lainnya (kalau sempat). Lalu rotasikan kegiatan tersebut bergantian selama dua minggu agar si kecil tak bosan. Misalnya Senin keluarkan mainan A, bacakan buku A, dan bermain aktivitas A. Selasa dnegan mainan B, buku B, dan aktivitas B. Lanjutkan terus rotasinya sampai E, dan ulangi lagi atau buat kombinasi berbeda setiap harinya seperti mainan A, buku B, dan aktivitas C. Tak perlu menyiapkan aktivitas yang berbeda untuk setiap harinya selama dua minggu. 

 

Sepertinya istilah ‘ibu adalah sekolah pertama dan utama untuk anak-anak’ kali ini betulan diuji ya? Tidak mengapa, Mama. Selalu ada hikmah yang dapat diambil dari kejadian ini. Semoga Urban Mama-Papa sekeluarga selalu sehat dan aman, semoga tips yang kami bagian dapat membuat kegiatan sekeluarga di rumah berlangsung lancar dan nyaman.

Stay safe!

1 Comments

  1. avatar
    Ika Kristina Noviyanti March 16, 2020 2:08 pm

    Terimakasih mbak Retno sudah memberikan masukan yang sangat bagus. Benar kata mbak Retno, selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Semoga situasi segera kembali normal dan semua diberikan kesehatan aamiin

    1. avatar

      As .