Mengunjungi Masjid Istiqlal dan Menaiki Bus Wisata Jakarta
Seperti kebanyakan orang tua, saya dan suami selalu ingin mengenalkan konsep-konsep keagamaan dan menyajikan kegiatan edukatif sesempat yang kami mampu dengan segala keterbatasan waktu yang kami miliki. Berawal dari ide suami untuk mengajak anak-anak menghadiri kajian keagamaan di Masjid Istiqlal, saya menangkap peluang untuk menyusun acara yang memberi pengalaman baru untuk dua balita kami, yaitu naik bus tingkat.
Anak-anak belum pernah naik bus tingkat dan kami orang tuanya juga belum. Berdasarkan informasi di sini, bus wisata #JakartaExplorer milik Pemprov DKI Jakarta ini diberi nama ‘Mpok Siti’. ‘Mpok Siti’ dikelola oleh PT. Trans Jakarta merupaka bus wisata double decker yang dapat digunakan gratis oleh seluruh warga ibu kota. Bis ini melayani 6 rute berbeda yaitu:
- BW 1 (History of Jakarta): Gedung Kesenian Jakarta – Juanda/Istiqlal – Monumen Nasional – Balai Kota – Museum Nasional – Gedung Arsip – Museum BI – BNI 46/ Stasiun Jakarta Kota
- BW 2 (Jakarta Baru: Gedung Kesenian Jakarta – Juanda/ Istiqlal – Museum Nasional 1 – Museum Nasional 2 – Balai Kota – Sarinah – Bundaran HI – Sarinah Museum Nasional – Pecenongan
- BW 3 (Kesenian dan Kuliner): Juanda/ Istiqlal – Museum Nasional 1 – Museum Nasional 2 – Balai Kota – Sarinah – Bundaran HI – Harmoni - Gedung Arsip – Museum BI – BNI 46/ Stasiun Jakarta Kota – Masjid Kebon Jeruk – Sawah Besar- Pecenongan
- BW 4 (Pencakar Langit): Juanda/ Istiqlal – Museum Nasional 1 – Museum Nasional 2 – Balai Kota – Plaza Indonesia – Sarinah – Tosari – Sudirman- GBK – Bundaran Senayan – Gelora Bung Karno – Dukuh Atas – Bundaran HI – Museum Nasional – Gedung Kesenian Jakarta
- BW 5 (Ruang Terbuka): Balai Kota- Sarinah – Tosari – RPTRA Kalijodo – Tosari – Bundaran Hi – Balai Kota
- BW 6 (Cagar Budaya Jakarta): IRTI – Balai Kota – Sarinah – Tosari – Makam Mbah Priuk – Tosari – Bundaran HI – Sarinah – Monas 1 – Monas 2 – Juanda/ Istiqlal
Dari keenam rute ini, kami memang berencana hanya mencoba rute BW 1. Kebetulan untuk hari Minggu, jam operasional Bus Wisata pukul 12.00-19.00, cocoklah untuk menghadiri kajian dulu di pagi hari, lalu selepas dzuhur dan makan siang mencoba bus wisata ini.
Kami berencana berangkat dari rumah pukul 07.30. Kira-kira waktu perjalanan Tangerang- Istiqlal sekitar 1 jam. Rencana tinggallah rencana. Sedikit melenceng dari jadwal, pasukan baru siap keluar rumah pukul 08.30. Satu jam kemudian kami tiba di gerbang Masjid Istiqlal. Sayup-sayup terdengar kajian keagamaan sudah berlangsung. Mengikuti arus pergerakan orang-orang, kami masuk ke dalam lewat Gerbang Ar Rayyan. Tips pertama, jangan lupa bawa kantong plastik ya buat menyimpan alas kaki di tas kita.
Kakak (4 tahun 6 bulan) dan Pak Suami memilih lantai 1 sayap kanan, sedangkan Adik (1 tahun 8 bulan) bersama saya naik ke lantai 2 di sayap kiri. Kami mengajarkan konsep bahwa di tempat ibadah, anak laki-laki bersama laki-laki dan anak perempuan bersama perempuan lainnya.
Tadinya tujan mengajak anak-anak ke sini adalah menunjukkan kepada mereka aktivitas-aktivitas yang dilakukan di tempat ibadah. Entah mereka mengerti atau tidak, tapi sedini mungkin mereka dibiasakan melihat dan mendengar yang baik-baik. Ternyata mereka tidur siang dengan nyenyak. Ya sudahlah, anak-anak tetaplah anak-anak. Jangan khawatir mengajak anak-anak ke sini. Tempatnya cukup ramah anak. Di lantai 2 sayap kiri, ada area outdoor untuk anak-anak berlarian dengan tetap diawasi orang tua. Jangan khawatir juga banyak anak-anak akan menggangu konsentrasi dan membuat bising. Suasana tetap kondusif, suara narasumber tetap terdengar jelas dan nyaman di telinga. Nah, selepas sholat dzuhur perlu kesabaran untuk keluar masjid. Banyak sekali jamaah yang mau keluar di saat bersamaan. Tips kedua, menunggulah dulu di dalam masjid +/- 20 menit selepas solat dzuhur supaya tidak antre keluarnya dan tidak usah tunggu-tungguan di luar masjid ya. Suasana di luar masjid sangat panas menyengat.
Tips ketiga, bawalah cukup minum, makanan ringan dan makanan berat ketika mengunjungi Masjid Istiqlal. Bukan hanya untuk anak-anak, tapi buat orang dewasanya juga. Selama kajian, tidak dilarang makan dan minum di dalam masjid asalkan tetap menjaga kebersihan.
Ketika keluar dari Masjid Istiqlal, ambil arah Halte Busway Juanda. Tidak jauh dari situ, ada tenda khusus bus wisata Jakarta. Tidak menunggu lama, akhirnya ada bus BW 1 yang bersiap mengantar kami mengelilingi lokasi bersejarah di Jakarta. Bagian bawah menampung 16 orang penumpang dan bagian atas menampung 60 orang penumpang. Di bawah lebih dingin daripada di atas. Namun sensasi naik bus tingkat ya ada di atas. AC-nya tidak terlalu terasa, jadi siap-siap sedikit gerah. Oh iya, selama perjalanan dilarang makan dan minum di dalam bus. Kami didampingi oleh seorang pemandu yang cukup atraktif menjelaskan titik-titik bersejarah pada rute yang kami lalui. Dan inilah rute yang kami lewati:
1. Halte Juanda/ Istiqlal: titik awal pemberangkatan
2. Istana Negara
Apa bedanya Istana Negara dengan Istana Merdeka? Istana Negara menghadap ke arah Jalan Veteran, sedangkan Istana Merdeka menghadap ke arah Medan Merdeka. Istana Negara menjadi tempat pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, serta jamuan yang bersifat kenegaraan. Kalau Istana Merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia
3. Hotel des Indes
Hotel des Indes adalah hotel yang beroperasi mulai tahun 1856 hingga tahun 1960 di Weltevreden, Batavia (Jakarta). Di hotel ini ditandatangani Perjanjian Roem Royen pada 7 Mei 1949. Keunikan hotel ini adalah seluruh makanan dibawa oleh sekian banyak pramusaji yang berjalan mengular menghampiri satu per satu tamu. Setelah beberapa kali berganti kepemilikan, hotel ini diambil alih Pemerintah Indonesia pada tahun 1960, dan diganti namanya menjadi Hotel Duta Indonesia. Pada tahun 1971, bangunan hotel dibongkar untuk didirikan Pertokoan Duta Merlin.
4. Gedung Arsip Nasional
Hingga tahun 1925, gedung ini dipakai departemen Pertambangan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Lands archief ("arsip negeri"), yang setelah Indonesia merdeka menjadi gedung arsip nasional. Tahun 1974, arsip nasional dipindahkan ke gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Setelah pemindahan selesai tahun 1979, gedung ini tidak digunakan sama sekali dan kondisinya semakin memburuk menjelang tahun 1990-an. Setelah dipugar, gedung ini menjadi salah satu tempat resepsi pernikahan bernuansa outdoor.
5. Kanal Molevliet
Kanal ini merupakan sungai buatan yang berada di tengah jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk. Dahulu kanal ini, digunakan sebagai jalur transportasi perahu yang menghubungkan Batavia Selatan hingga Batavia Utara. Kanal ini sebagai jalur transportasi pangan, rempah-rempah, dan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, masyarakat menggunakan kanal ini untuk aktivitas mandi dan mencuci pakaian. Terbayang ya indahnya, ada perahu yang wara-wiri di sekitar Gajah Mada-Hayam Wuruk.
6. Situs Cagar budaya Candra Naya
Ini bagian favorit saya. Sudah setua ini, saya baru menyadari ada Situs Cagar Budaya yang tetap kokoh di antara himpitan gedung megah. Situs ini berada di antara Novotel Hotel dan Gedung ICBC. Jadi, kami yang berada di dalam bus hanya melihat sekilas situs ini dari antara kaca Novotel Hotel. Situs Cagar budaya Candra Naya dibangun tahun 1807 oleh Khouw Tian Sek (Khouw Teng Sek). Situs Cagar budaya Candra Naya merupakan bekas kediaman Khouw Kim An, seorang mayor tionghoa terakhir di Batavia. Beliau kemudian ditangkap, diasingkan ke Cimahi, dan kemudian tutup usia.
7. Kawasan Glodok
Mayoritas warga kawasan Glodok adalah keturunan Tionghoa. Daerah ini merupakan sentra penjualan barang elektronik di Jakarta.
8. Museum Bank Mandiri- Museum Bank Indonesia
Ternyata banyak museum di sekitar Jakarta Kota. Selain Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia, ada juga Museum Wayang, Museum Fatahillah, dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Oh iya, seperti kata pemandu wisata, setiap hari Senin, kawasan museum dan tempat wisata di Jakarta terutama yang dikelola oleh Pemerintah Daerah akan tutup ya, karena itu adalah harinya bersih-bersih dan recovery. Selain museum, tentunya Kawasan Kota Tua ya yang menjadi ikon favorit yang instagramable.
9. Kawasan Jalan Rempah-Rempah
Sekian puluh kali melewati jalanan di sekitar belakang Stasiun Jakarta Kota, akhirnya baru menyadari bahwa nama-nama jalan di sekitar itu adalah nama rempah-rempah. Kenapa diberi nama rempah-rempah? Karena pada zaman Hindia Belanda, daerah ini merupakan gudang rempah-rempah sebelum diangkut oleh kapal besar di Pelabuhan Tanjung Priok.
10. Gedung BNI 46 Jakarta Kota
Titik akhir. Semua penumpang boleh kalau mau naik bus ini lagi, tapi tetap harus turun dulu dan mengikuti antrean di bawah ya.
Sepanjang jalan saya jadi membayangkan indahnya Jakarta tempo dulu. Bus Wisata ini meskipun dikelola oleh PT. Trans Jakarta, bukan berarti berhak melalui jalur khusus busway karena ukuran bus yang tinggi, membuat bus ini sulit melalui jalur khusus bus way yang banyak kabel dan camera cctv tergantung di setiap shelternya. Lagi pula, halte pemberhentian Bus Wisata terletak di luar jalur busway. Jangan lupa bawa topi, kipas, dan air mineral. Gunakan baju dan alas kaki yang nyaman.
Oh ya, untuk UrbanMama yang beragama non Muslim, bisa mengganti kegiatan mengunjungi Masjid Istiqlal dengan mengunjungi Gereja Katedral atau Vihara di sekitar Glodok.
Tiga kali naik bus tingkat tapi rutenya itu-itu terus, sekarang makin banyak juga ya pilihan rutenya. Menarik banget untuk dicoba, terima kasih atas informasinya ya, Mama Retno.
Rutenya mpok siti menarik semuanya yaa..
Aku pengin banget naik itu sama krucils. :))
Makasih sharingnya mama Retno