Mengupas STEAM bersama Sampoerna Academy di Makersversary 2018

Sebagai orang tua, kita tentunya ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi si kecil. Salah satu kriteria saat memilih sekolah adalah bagaimana proses belajar-mengajar yang diselenggarakan. Kriteria lain yang menarik perhatian saya adalah sekolah yang menerapkan Pendidikan STEAM.

Konsep Pendidikan STEAM ini memang belum banyak dikenal masyarakat umum atau khususnya para orang tua. Pendidikan STEAM merupakan pendekatan belajar yang mempunyai unsur science, technology, engineering, arts, dan math. Pendekatan ini tidak menggantikan kurikulum utama yaitu Cambridge, namun melengkapi kurikulum tersebut sehingga anak akan langsung dapat mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Penjelasan mengenai STEAM dijabarkan dalam rangkaian acara Makersversary 2018 yang diselenggarakan oleh Sampoerna Academy, bekerjasama dengan Makedonia, di Cipete pada Sabtu, 7 April 2018.

Makersversary 2018 yang diadakan di Sekolah Taman Tumbuh ini memiliki banyak sekali kegiatan yang bisa diikuti oleh orang tua maupun anak-anak mereka, mulai dari lokakarya sampai dengan pameran proyek. Ada kelas lokakarya yang mengajarkan cara menggunakan Raspberry Pi, memahat kayu dengan CNC Desktop dan Open Innovation. Kelas-kelas Maker Kid juga tidak kalah seru; anak-anak bisa membuat proyek STEAM sederhana dengan Littlebits, Catapult Challenge, Brush Bot Race, dan Building Block City.

Mengapa harus STEAM?

Ketika si kecil jadi juara kelas, pasti jadi kebanggaan tersendiri bagi ladies dan para orangtua. Tapi bukankah lebih membanggakan lagi jika anak mampu mandiri mengembangkan potensi diri untuk masa depannya?

Sampoerna Academy sendiri sudah menerapkan Pendidikan STEAM dari seluruh jenjang pendidikan, mulai dari prasekolah, SD, SMP, hingga SMA. Anak-anak belajar tidak hanya teorinya saja, tetapi melalui proyek-proyek yang mereka buat sendiri.

Helena yang juga guru di Sampoerna Academy menjelaskan ketika membawakan lokakarya “Perlunya Pembelajaran STEAM Sejak Dini” bahwa sistem pendidikan tersebut akan memberikan kebebasan pada anak untuk berekspresi. Anak-anak bebas mengeluarkan ide dan mewujudkannya. Dengan metode belajar yang menyenangkan, anak-anak dipastikan mampu menyerap pengetahuan yang diberikan guru. Sistem pendidikan STEAM ini pertama kalinya ada di Indonesia dan baru hadir di Sampoerna Academy.

Jadi untuk setiap jenjang di Sampoerna Academy—Pra-TK, SD, SMP, dan SMA, proyek STEAM yang diberikan berbeda-beda. Kurikulum Cambridge dan pendekatan STEAM tidak hanya melatih otak kiri anak-anak saja; dengan adanya unsur art atau seni, itu artinya kemampuan otak kanan si kecil juga dilatih lo.

Misalnya Mikel yang duduk di kelas lima SD dan berusia 11 tahun tertarik dengan robotik, sains, dan teknik. Untuk proyek STEAM nya, Mikel mengembangkan dan membuat tesla coil, sebuah sistem penghantar energi listrik tanpa kabel. Wow, keren kan?

Pada kesempatan ini, Sampoerna Academy juga menjelaskan bahwa perhatian mereka terhadap pendidikan di Indonesia sangatlah tinggi. Para orang tua diharapkan juga memahami bahwa STEAM Education mampu meningkatkan tumbuh kembang dan kemampuan anak karena anak selalu dipacu berpikir kritis, kreatif, mau berkolaborasi, dan memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni. Empat hal tersebut merupakan bekal penting yang akan mempersiapkan anak-anak agar di masa depan mereka mampu menghadapi lingkungan yang terus mengalami perubahan dan kemajuan, serta menyelesaikan permasalahan yang akan mereka hadapi.

Urban mama dapat mencari tahu lebih lanjut tentang Pendidikan STEAM yang diterapkan Sampoerna Academy di sampoernaacademy.sch.id.

0 Comments