Menyapih Dari Dot

Fatih sudah memakai dot sejak berumur 3 bulan (untuk minum ASI perah) dan kemudian minum sufor saat 7 bulan.

Kemudian saya membaca buku yang mengatakan bahwa sebaiknya bayi sudah disapih dari dot sejak umur 1 tahun. Saya kaget! Umur Fatih sudah 11 bulan berarti tinggal bulan depan, dia harus disapih. 

Kemudian saya mencari lebih banyak referensi mengenai menyapih botol dot dan mendapatkan kesimpulan bahwa menyapih dot perlu dilakukan segera dengan alasan:

1. Anak mendapatkan kenikmatan dari botol dot, sehingga dia menyusu bukan karena haus/lapar tetapi karena nyaman dengan dot-nya, sehingga sering terjadi anak tidak bisa tidur jika tidak nge-dot.


2. Sedangkan tidur sambil ngedot itu juga tidak baik karena susu yang diminum sambil tidur akan tinggal semalaman di giginya dan bisa menimbulkan kerusakan gigi karena komposisi gula yang bisa membuat gigi rusak setelah beberapa lama.

Tantangan terbesar yang saya rasakan untuk menyapih Fatih dari dot adalah, "Pasti bakal susah nih!" Saya sudah membayangkan hari-hari kerewelan, hari-hari lempar botol dot, atau teriakan-teriakan memilukan. Oh no! Drama... drama... drama!

Dan ternyata...

Alhamdulillah, tidak. Alhamdulillah, Fatih bisa melewati itu semua dan Alhamdulillah, kekacauan yang terjadi tidak begitu heboh ;)

Fatih memang sempat rewel karena merasa tidak nyaman dengan spout cupnya. Susu yang tumpah-tumpah dan berceceran dan yang paling terasa adalah berkurangnya kuantitas susu yang dia konsumsi perharinya.

Biasanya orang tua memiliki cara masing-masing untuk menyapih anaknya. Khusus untuk saya, here’s the tips:

1. Kita sebagai orang tua harus percaya dan yakin bahwa anak kita bisa disapih karena disapih itu banyak manfaatnya.


2. Pilih waktu yang tepat. Misalnya saat Fatih berumur 1 tahun, pas di hari ulang tahunnya. Saya bangun pagi dan berkata, “Mas Fatih sekarang sudah besar ya. Jadi minumnya mesti dari gelas kayak Ayah”. Kemungkinan besar, dia belum paham arti kalimat itu, tetapi secara tidak sadar saya merasa kalimat itu lebih ditujukan untuk saya dari pada untuk dia ;) dan satu lagi, saya melakukannya di saat weekend, jadi saya bisa hadir untuk dia 48 jam.


3. Sebaiknya urban Mama sudah menyiapkan peralatan yang diperlukan jauh-jauh hari. Ada banyak jenis spout cup, yang soft –bentuknya spout, tetapi lunak seperti dot, atau hard spout. Di awal masa peralihan, saya menyediakan 2 tipe, supaya dia bisa memilih mana yang relatif lebih nyaman.


4. Biasanya, volume susu yang dikonsumsi akan berkurang. Oleh karenanya, urban Mama dan Papa harus menyiasatinya dengan asupan makanan yang mengandung banyak kalsium atau produk olahan susu, misalnya seperti brokoli, keju, yoghurt, dan lain-lain.


5. Tega! Ya! Walau anak jadi rewel, walau dia merengek-rengek, saya tetap hanya akan memberikan cup-nya. Saya baru sadar, hikmah saya menyampih dari jauh-jauh hari adalah Fatih enggak akan bisa teriak-teriak minta dot-nya, karena dia belum lancar berbicara, jadi yang dia lakukan hanya merengek-rengek, yang dengan belaian, gendongan dan nyanyian bisa meluluhkan kesedihannya.

Selamat mencoba! :)