Menyapih Rara

Akhirnya sampai juga kami ke akhir masa menyusui. Rara berhasil melewati masa-masa ASI eksklusif selama enam bulan dan terus menyusu sampai kini berusia dua tahun. Bagi saya menyusui itu tidak sekadar pemenuhan kebutuhan nutrisi dan imunitas. Menurut saya, menyusui itu:


  • Merupakan kesempatan untuk ‘memperbaiki’ proses kelahiran yang mungkin sedikit atau banyak, disadari atau tidak disadari, traumatis bagi bayi, maupun ibu. It’s a healing moment.

  • Kesempatan membangun ‘bonding’ atau keterikatan emosional yang dampaknya akan dirasakan seumur hidup.

  • Cara ampuh bagi ibu untuk istirahat jika kelelahan. Ibu menyusui tentunya paham kalau proses menyusui ini juga cara untuk memberi kenyamanan di saat ibu dan bayi merasa tidak nyaman. Anak sakit, misalnya demam, akan lebih ‘calm down’ dengan menyusu. Ibu yang kelelahan, capek menemani atau menggendong anak, tinggal duduk saja dan menyusui.


Tak dapat dipungkiri, ada konsekuensi negatif dari membiarkan anak menyusu kapan saja, termasuk menjadi andalan saat mencari ketenangan. Rara selalu butuh menyusu untuk tidur, dan ini juga bisa menjadi sebab Rara malas makan. Karena ‘ketergantungan’ itu, terkadang saya menjadi tersandera saat mau beraktivitas yang butuh mobilitas. Ini juga menjadi kerepotan tersendiri jika saya harus meninggalkan Rara untuk urusan tertentu.

Kakaknya, Raul, dulu tersapih di usia 2 tahun kurang 1 bulan. Menyapihnya mudah, cukup hanya menolak menyusui selama 3 hari 3 malam berturut-turut. Setelah itu beres. Tapi 3 hari 3 malam itu benar benar pernuh perjuangan dan air mata. Menyapih anak benar-benar seperti melihat orang sakaw. Membuat patah hati. Saat itu saya merasa itulah yang terbaik yang harus dilakukan, daripada membohongi anak dengan berbagai cara. Tapi pada akhirnya, Raul mengalami apa yang selanjutnya saya baru tahu bahwa itu disebut sebagai regresi. Yang tadinya sudah tidak mengompol saat malam hari, lalu jadimengompol lagi. Saya tidak tahu ada hubungannya atau tidak, tapi Raul sangat tertutup dan takut dengan orang lain waktu itu. Jadi untuk Rara, saya berniat untuk melakukan Weaning With Love (WWL).

Weaning With Love, saya artikan sebagai proses penyapihan yang membutuhkan persetujuan dan kesiapan psikologis dari kedua belah pihak. Ibunya siap, sudah tidak galau, anaknya juga sudah siap melepaskan diri dari menyusui. Proses ini akan terjadi sendirinya. Yang harus dilakukan hanya memperbanyak komunikasi dan membangun kesiapan anak untuk tahapan hidupnya selanjutnya. Proses menyusui adalah juga tentang pemenuhan kebutuhan psikologis pada fase tertentu, yang tidak secara ketat memiliki batasan umur. Jika pada usia 2 tahun sudah dihentikan sepihak, siapa tahu ada kebutuhan lain yang belum terselesaikan untuk dipenuhi.

Namun, sebagaimana proses kelahiran yang terkadang harus mendapat intervensi karena mengalami komplikasi, sepertinya saya dan Rara juga mengalami ‘komplikasi’ tersebut. Rara adalah anak dengan tren pertumbuhan yang ada di bawah persentil terbawah kurva pertumbuhan WHO. Sejak lahir, panjangnya saja sudah termasuk ‘pendek’ (walaupun beratnya normal). Tingginya awalnya ada di garis persentil 3% (yang terbawah kalau menurut kurva WHO). Sedangkan beratnya agak sedikit di bawah persentil 50%. (garis hijau, yang tengah). Dalam perjalanan pertumbuhannya, beratnya berpindah ke persentil di bawahnya, lalu ke bawahnya lagi (sekarang di garis persentil 5%). Beberapa tes telah dilakukan. Menurut dokter, selama dua tahun ini tidak ada yang bisa dilakukan selain menjaga gizinya.

Hal itu membuat saya mempertimbangkan kembali masalah Weaning With Love, karena nyatanya Rara memang makannya tidak teratur dan sedikit-sedikit minta menyusu. Harapan saya, kalau Rara sudah tidak menyusu, makannya akan menjadi normal. Tapi untuk menghindari penyapihan mendadak seperti yang Raul alami, saya memutuskan untuk melakukan penyapihan secara bertahap. Saya kurangi frekuensi menyusui Rara. Memang tidak berdasarkan kesediaan kedua belah pihak. Prosesnya makan waktu lebih lama. Tapi kalau saya perhatikan, prosesnya tidak sedramatis yang Raul alami. Kalau saya lihat Rara benar-benar butuh menyusu, akan saya berikan. Saya akan bertahan tidak menyusui jika Rara juga bisa mengatasi keinginannya sendiri setelah beberapa waktu. Ternyata memang ada saat-saat Rara tidak benar-benar perlu menyusu, tapi hanya kebiasaan iseng saja, dan ternyata mudah dialihkan. Memang proses ini membuat capek, tapi ada hasilnya.

Alhamdulillah, mungkin sudah 1 bulan lebih Rara tidak menyusu lagi. Tidak ada drama memilukan. Payudara saya juga tidak pernah bengkak seperti yang terjadi waktu menyapih kakaknya. Harus diakui saya masih merindukan menyusu dan kadang-kadang Rara masih seperti mau minta. Setelah disapih, Rara makannya sekarang lahap sekali, kadang minta nambah berkali-kali dan pipinya juga makin berisi. Memang sih, belum terlalu nyata terlihat perbaikan di tinggi badannya. Mungkin perlu waktu saja.

9 Comments

  1. avatar
    Anita Yuliana September 10, 2014 2:27 pm

    Baca sharing mba Rika soal WWL, terakhir konsul k dsa, Langit diminta untuk disapih lebih cepat, karena berat badannya pun tergolong kurang, walaupun anaknya aktif dan ada faktor genetik..namun, saya tetap memilih untuk mencoba menyapih Langit di usia 2 tahun nanti (yang sama seperti Hananafajar dan SyinthiaVilly 6 bulan lagi)..karena saya merasakan bonding yang kuat dan bener banget soal "Cara ampuh bagi ibu untuk istirahat jika kelelahan" :)
    Untuk menyiasati kenaikan BBnya, saya akali di banyak makan daging, atur pola makan dan menambah porsi makan..sudah keliatan naiknya, walau masih belum signifikan..
    Selamat ya Rara udah bisa Weaning With Love, semoga nanti Langit dan teman2 lainnya bisa WWL juga yaa :)

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Syinthia September 4, 2014 4:45 pm

    Mama [bold]Rika[/b], membaca proses menyapih terutama di bagian "Ibunya sudah tidak galau" bikin nyessss.. Saya sekarang sudah mulai belajar tidak ngASI kalau siang hari. Ternyata makannya Sha makin lahap, dan kalau kami ketemu saat saya istirahat siang Sha udah ga minta ASI karena perutnya kenyang. Tetapi malam hari Sha masih sangat candu menyusu. Memang masih 6 bulan lagi, sama seperti Azani. Berharap dapat menerapkan Weaning with love, for both Mom and Baby.
    Selamat Mama Rika, berhasil weaning with love.^^

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    Sannidhya Rakhmadini September 3, 2014 2:02 pm

    Selamat yaa..sukses WWLnya mba rika..
    Anak saya Audy juga sudah 2 th 2bulan dan masih dalam proses weaning.. Cara weaning yg tegas seperti menolak sama sekali untuk menyusui saat Audy minta susu (audy nangis aq ikutan nangis)sampai dikasih paitan (biji mahoni) pada nipple sudah saya lakukan..tapi masih belum sukses juga. Jadi memang sebaiknya menunggu kesiapan dari si anak juga untuk melepas asi nya. Nice share..

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    zata ligouw September 3, 2014 10:43 am

    selamat ya Rika, WWL-nya berhasil...

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Rika Widjono September 3, 2014 7:17 am

    @Ami: Tiap anak mungkin beda responnya ya, jadi selamat coba coba, hihi. Get well soon Runni

    @mba Hanana: Wahhh 6 bln ke depan ya. Nikmatilaaahhh masa masa masih menyusui, hihi *kangen

    1. avatar

      As .