Pada Duapuluh Kilogram yang Lalu
Saat kuliah pun, tinggi badan saya sepertinya sudah mentok di angka 165 cm. Saat itu, berat badan saya hanya berada pada kisaran 40-42kg saja. Begitu pula dengan kakak saya, yang malah sekitar 3 cm lebih tinggi daripada saya. Terbayang kan, bagaimana kurusnya. Padahal kami tidak pernah berdiet. Mamam, ibu kami, selalu masak dan masakannya enak-enak pula. Kalau kami sekeluarga makan di restoran, sering meja sebelah terheran-heran dengan jumlah makanan yang terhidang... dan semuanya bisa habis.
Singkat cerita, saat lulus kuliah, perawakan saya masih kurus. Berat badan sekitar 45-48 kg. Usai kuliah, saya lanjut bekerja kantoran sebagai 'seksi sibuk' yang salah satu kerjaannya memesan dan menyediakan makanan buat rapat pertemuan dan sebagainya. Pokoknya lebih banyak kerja di belakang meja. Kemudian pada tahun 2007 pindah ke Jakarta, saat itu berat saya 50 kg. Dari sini, sepertinya metabolisme tubuh sudah berbicara. Pertama kali ngekos, pekerjaan cukup melelahkan, gaji cukup tetapi di kantor tetap banyak makanan. Berat badan pun stagnan.
Oh no.
Akhir masa memberi ASI saya jadikan ajang untuk menurunkan berat badan. Banyak yang tak merestui, sebenarnya. Entah karena suka melihat saya bulat, atau mereka cari teman ya? Haha, kidding. Tetapi berhubung tekad sudah bulat (sebulat pipi & perut saat itu), mulailah pengalaman pertama seumur hidup... saya diet.
Merasa masih kurang, akhir tahun lalu saya mulai mengikuti kelas-kelas olahraga di sport center dekat rumah. Masih semangat '45 dan tidak mau rugi sudah membayar membership. Akhir Januari cek timbangan, ternyata berat badan sudah 58 kg. Hati senang, namun suami tidak. Katanya terlalu kurus. Ya sudahlah, sekarang tidak terlalu memikirkan banyak atau sedikitnya makanan, karena masih terus diimbangi dengan berolahraga.
Fokus saya sekarang adalah untuk memiliki tubuh sehat dan menjaga kesehatan. Mens sana in corpore sano. Mungkin mengganti lemak-lemak membandel ini dengan otot-otot keren, atau minimal agar badan kencang lah. Sepertinya saat ini membentuk otot sepertinya masih terlalu muluk. Yang penting, jangan sampai itu kata-kata "duapuluh kilogram yang lalu" kembali dilontarkan sebagai lelucon... karena sekarang lumayan sudah ada kemajuan, jadi tinggal beberapa belas kilogram yang lalu.
Bagaimana dengan Urban Mama, apakah ada yang memiliki kisah serupa? Atau ada yang memiliki tips untuk memiliki dan menjaga tubuh sehat ideal?
kalau saya sih berat badan berapapun yang penting sehat dan selalu menerapkan pola hidup sehat. untuk yang pertama kali mau coba menu makanan sehat konsultasiin dulu ke ahli gizi. biar gizi yang kita asup juga tetep seimbang
Yang penting tetap diet sehat ya. Kalau bisa, sambil konsul ke ahli gizi. Biar dietnya tetep sehat. Semangat semuanya.
Aduh baca ceritanya serasa diingatkan lagi, ini anakku udah umur 6 tahun tapi baby fatnya masih gagal move on dari badanku haha! Harus rajin juga ni kyk mama Dewi, biar sehat ideal. Terima kasih ya mama Dewi buat sharingnya :D
Iiih gw kok gak nyadar tulisan ini tayang yaa?? Ahahahaha
Rian rosita: ada bukti celana2 jeans yg masuk paha pun skrg gak bisa mba... kuyuuuuuussss hahahahaha
Zata: aiiih mba zata semangat ya... no bibi no fat pokonya hihihi
Ninit: makasih teteh... tetiba diriku kangen ngeblog tp dah gak punya blog. Untunglah ada the urban mama yg mau menampung hehehehe
Tarilestari: olahraga & jaga makan mbaa...
Imme_hutajulu: aaah... teori kok... pada akhirnya aq kangen nasi lagi hahahahaha. Nasi dingin sehat mba, nasi merah & coklat jg bisa jd alternatif. Perut indo ga bisa jauh dr nasi hehehehe
Indah nildha: yoooiii semangaaaat!
Sisca knoch:yesss yg penting sehat. Langsing mah bonussss
Tralalatrilili: ahahahaha samaan kita
Ini sih gueeee bgt!!!! Sebelum nikah bb 48kg, tb 165cm. Setelah punya 2 anak dalam kurun waktu 3,5th bb jd stagnan di 60kg.. hyxx. Mana suami dgn egoisnya ga ngebolehin olahraga, ga ngebolehin diet.. alesannya aq suka kamu apa adanya. Hwaaaaaaa... kembalikan 12kg ku yg lalu...