Pelajaran Berharga Dari Pendukung Tim Jepang di World Cup 2018 untuk Anak-anak
Saya suka sepak bola tetapi bukan tipe yang menyengajakan untuk menonton pertandingan sepak bola langsung ke stadion atau rela tidur malam demi menonton di televisi.
Suami saya, meski tidak menonton sepak bola di stadion, tetapi suka sekali menonton pertandingan sepak bola di televisi. Ternyata ini juga menular pada anak bungsu kami, Arza, yang akhir-akhir ini sangat tergila-gila dengan sepak bola. Adanya World Cup semakin membuatnya semangat menonton dan malah sempat sedih berat saat tim jagoannya, Jerman, tumbang harus pulang kandang.
Saat weekend, saya mengizinkan Arza untuk tidur larut demi menonton World Cup dengan catatan, harus tidur siang lebih lama dari biasanya. Perjanjian ini ditepati dengan sangat mudah.
Dari perhelatan World Cup, ternyata ada banyak hal positif yang bisa diambil oleh anak-anak:
1. Dalam pertandingan, harus bermain dengan fair. Tidak boleh curang. Sama hal nya dengan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam apapun, kita tidak boleh curang.
2. Menang atau kalah harus diterima dengan ikhlas. Menang atau kalah adalah hal yang pasti terjadi. Dalam pertandingan, kita akan menjadi salah satunya. Bila menang, tidak sombong, bila kalah, tidak putus asa dan sebaliknya harus mencoba agar lebih baik lagi dalam pertandingan selanjutnya.
3. Latihan. Semua tim yang mengikuti World Cup melakukan latihan yang sangat serius. Kita bisa perlihatkan pada anak-anak dengan menonton youtube bersama mereka dan melihat persiapan tim menjelang World Cup. Dengan begitu, anak-anak menghargai proses, bukan perkara menang atau kalah saja.
Salah satu momen di World Cup yang menarik perhatian kami adalah ketika tim Jepang berlaga melawan Belgia. Sebagai orang Asia, tentunya saya menjagokan Jepang. Mereka bermain dengan baik sekali tetapi sayang, dengan usaha yang maksimal, mereka kalah dari Belgia.
(sumber: thesun.co.uk)
Yang menarik adalah sikap dari supporter Jepang. Meski tim negara mereka kalah, mereka tetap membersihkan stadion. Luar biasa ya mentalnya.
(sumber: independent.co.uk)
Demikian juga dengan tim Jepang yang tidak kalah luar biasa. Seusai pertandingan, mereka membersihkan ruang ganti dan malah meninggalkan tulisan terima kasih dalam bahasa Rusia. Benar-benar teladan.
Saya lalu membahas hal ini dengan Arza. Meski kalah dan kecewa, supporter tidak merusak fasilitas yang ada justru sebaliknya. Kalau sudah terbentuk dari dalam bahwa menjaga dan membersihkan adalah keinginan individu dan tugas bersama, maka tidak peduli dimana pun tempatnya, tetap dilakukan. Ini terjadi karena kesadaran pribadi yang datang dari dalam, bukan karena peraturan.
Misalnya, bila di Jakarta kita suka membuang sampah sembarangan tetapi ketika berkunjung ke Singapura, kita tidak melakukannya karena takut kena denda. Hal ini harus datang dari dalam, bukan dari luar (karena kalau buang sampah sembarangan akan didenda).
Saya berencana untuk memasukkan Arza untuk mengikuti les sepak bola dalam waktu dekat. Agar anak aktif, sehat, juga menghargai nilai-nilai sportivitas.
Disiplin banget dan cinta kebersihan ya! Respect!
Aku sendiri takjub banget sama mental orang-orang Jepang. Mau membandingkan kok nggak tega, semoga sih kedepannya bisa sadar akan hal ini. Walaupun kok sepertinya susah, mengingat melihat komen-komen ajaib dari salah satu akun bioskop di instagram.
Semoga Arza betah les sepak bola nya yaa :)
iya nih orang jepang memang keren yah mentalnya.
.
hihi iya nih anaknya udah ngga sabar sekolah bola.