Pengalaman Operasi Amandel

Sejak akhir 2017, saya mulai sering kena radang tenggorokan. Awalnya saya batuk pilek disertai sakit tenggorokan sekali-dua kali. Selanjutnya kok saya terkena sakit tenggorokan aja tanpa batuk maupun pilek. Sakitnya disertai nggak enak badan dan demam begitu, sampai tidak bisa mengajar. Sejak Desember 2017 sampai Februari 2018, sudah empat kali sakit tenggorokan.

Saya bolak-balik ke puskesmas untuk periksa. Pertama kali sakit tenggorokan, Bu dokter mengatakan tenggorokan saya ada nanahnya. Walaupun sempat merasa ngeri dan sempat ingin mengabaikannya saja. Namun, lama-kelamaan makin mengganggu dan kondisi tubuh ikut menurun. Sakit pertama sembuh, lalu sakit lagi untuk kedua kalinya, terus untuk ketiga kalinya. Sakit ketiga sembuh, saya kontrol lagi ke puskesmas. Kebetulan dokternya kali ini lebih muda yang lagi tugas, sang dokter yang mengecek tenggorokan saya berkata bahwa kondisi sudah membaik, sudah tidak ada nanahnya tapi amandel saya cukup bengkak kanan dan kiri. Lalu ia menyarankan untuk nanti coba minta surat kontrol ke THT.

Karena kaget amandel saya dibilang cukup besar, saya sempat takut kalau harus dioperasi. Menurut dokter tidak apa-apa kalau tidak dioperasi, tetapi akan sering sakit jadinya. Sementara saya coba untuk jaga makanan dulu saja, tetapi tidak lama kemudian, tenggorokan sakit lagi karena tertular flu dari suami. Akibat udah berkali-kali sakit dalam waktu berdekatan saya pun periksa ke puskesmas dan minta surat rujukan ke dokter THT. 

Tanggal 23 Februari 2018 saya pergi BRSU Tabanan untuk cek ke THT. Saya utarakan pada dokter THT bahwa saya mau cek amandel saya, karena sudah 4 kali sakit tenggorokan di awal tahun ini. Saya juga habis sakit tenggorokan dan flu, tapi sekarang udah nggak ada keluhan lagi. Pak dokter lalu mengecek tenggorokan dan telinga saya. Menurut beliau, amandel kiri saya cukup besar. Saya minta untuk diambil saja karena sudah mengganggu pekerjaan. Jadi kedua amandel saya akan diambil sekalian. 

Saya lalu diminta oleh perawat untuk cek darah lengkap ke lab, lalu ke bagian radiologi untuk rontgen untuk mengecek fungsi jantung dan paru-paru, serta berkonsultasi dengan dokter anastesi. Saya dijadwalkan operasi tanggal 1 Maret 2018. Saya pun masuk rumah sakit pada tanggal 28 Februari 2018. Pukul 10 malam, datanglah perawat jaga yang hendak memasang infus ke tangan saya. Perawat berkata bahwa mulai jam 12 malam nanti saya harus puasa, tapi sekarang masih boleh makan dan minum. 

Keesokan harinya perawat datang membawakan baju untuk pasien masuk ruang operasi beserta topi operasi untuk menutupi rambut. Pukul 9 pagi saya dijemput oleh perawat untuk ke ruang bedah. Saya sempat menunggu sekitar 15 menit di ruang tunggu bedah sambil ditanya-tanyai mengenai kondisi saya oleh asisten bedah dan disuntikkan antibiotik ke infus. Saat didorong masuk ke ruang operasi, di sana terasa makin dingin lagi. Saya sempat diajak bercakap-cakap oleh dokter anastesi dan satu dokter lainnya. 

Lalu seorang asisten bedah yang menyuntikkan sesuatu ke keran infus saya. Lalu pak dokter dan bu dokter menyiapkan benda yang menggembung seperti balon gas yang kemungkinan berisi gas anastesi. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi. Saya terbangun di ruang observasi pasca operasi bersama dengan dua orang pasien lainnya. Saya mendengar seorang asisten bedah berkata, “Buka matanya, sudah selesai operasinya.”

Saya terbangun dengan keadaan tenggorokan seperti banyak lendir dan terasa susah untuk menelan ludah. Ruangan itu pun juga dingin sehingga saya mulai menggigil lagi. Setelah beberapa saat, akhirnya saya dipindahkan ke kamar kembali. Saya sempat hendak menarik dahak di tenggorokan, tapi perawat yang mendengar itu langsung melarang saya. Ranjang saya pun lalu di dorong sampai ke kamar. 

Di kamar saya merasa ngantuk tapi sulit tidur, karena susah napas dari hidung. Semacam lendir-lendir yang ada di tenggorokan itu berkumpul sampai menutup jalan napas ke hidung. Kalau menarik napas dari hidung sih bisa tapi begitu mau mengeluarkan napas lendirnya langsung terdorong memblok jalan udara keluar lewat lubang hidung. Alhasil saya mengeluarkan napas dari mulut. Perawat memberi tahu suami saya bahwa saya boleh makan es krim tetapi yang rasa vanila saja. Perawat pun mengantarkan susu dingin. 

Sehari setelah operasi, saya hanya mengonsumsi susu dingin. Baru keesokan harinya saya mendapatkan sarapan bubur sumsum, telur rebus, dan susu. Pagi hari dokter THT datang mengontrol keadaan saya dan berkata bahwa saya tidak boleh minum dan makan dalam suhu hangat dan dingin lagi, cukup suhu normal ruangan. Makan es krim sudah tidak dianjurkan lagi karena waktu yang baik untuk makan es krim adalah pada hari selesai operasi untuk mencegah pendarahan. 

Saya dianjurkan makan makanan lunak seperti bubur saring, bubur bayi kemasan, roti dicelup susu, biskuit dicampur susu, atau kentang tumbuk. Suara saya jadi kecil dan serak banget, nyaris susah mengeluarkan suara. Setelah makan siang, saya diperbolehkan pulang. 

Setelah operasi rasanya susah menelan sehingga makan dan minum harus pelan-pelan. Untuk menguap, bersin, dan batuk pun terasa sakit. Bahkan kalau saya minum terlalu cepat, air bisa terasa naik ke hidung. Selama dua minggu saya minum susu dan makan-manakan lunak terus seperti yang disarankan dokter. Selain itu juga minum obat dalam bentuk puyer yang sudah diresepkan. Saya kontrol kembali ke dokter THT Selasa, 6 Maret 2018 dan kondisi saya dinyatakan baik. Sepuluh hari setelah operasi saya sudah kembali mengajar dan sudah bisa berbicara dengan baik meskipun tidak bisa terlalu banyak dan bersuara keras. Dalam dua setengah minggu pasca operasi saya sudah bisa makan apa saja, ngomong sudah lebih leluasa dan menguap tidak terasa sakit lagi.

Mudah-mudahan setelah operasi amandel saya tidak sering sakit tenggorokan lagi dan bisa mengajar dengan baik.

Related Tags : ,

13 Comments

  1. avatar
    Yogi Nofrianto November 7, 2019 4:17 pm

    Kemaren tanggal 29 oktober 2019 saya menjalankan operasi tonseloktomi/amandel di sebuah rumah sakit di banyumas. Saya sebelumnya di diagnosa sakit telinga. Jadi saya minta rujukan puskesmas ke rumah sakit. Di rumah sakit saya di periksa oleh dokter THT dan bukan telinganya yang bermasalabh sebenernya . Sumbernya adalah amandel yang sudah besar . Saya kaget dan saran dokter harus di operasi . Dan dokter menyarankan operasi tanggal 29/10/2019. Dan hari itu juga pada jam 20 saya masuk ke ruang operasi . Sekitar 1 jam operasi saya sadar dan di bawa ke ruang perawat. Tanggal 6 saya di suruh kontol pertama . Tenggorokan masih sakit . Mnelan pun sakit. Batuk sakit . Minum terasa masuk ke hidung. Dan tanggal 11 november 2019 harus kontrol lagi sampai sembuh . Di hari 10 setelah operasi saya masih merasa nyeri dan sakit di tenggotokan . Minum pun sakit. Apalagi pas bangun tidur rasanya nyeri dan sakit. Tapi kata dokter si udah menidngan . Cuma harus istirahat dan minum air puith yang cukup . .

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    Aan Suryadi May 22, 2019 10:12 pm

    gmn mb dlm setaun ini msh srg flu ndak

    1. avatar
      Intan Rastini October 2, 2019 9:54 am

      Dalam Setahun bisa 2-4 kali kena flu mbak. Tetep flu tapi frekuensi udah berkurang. Udah nggak keseringan batuk-pilek.
      Terutama juga karena jaga kondisi, cukup tidur dan olah raga rutin :)

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  3. avatar
    Daraa Febriani November 2, 2018 7:43 pm

    Mbaaa maaaf mau tanya kiranya abis berapa yaaaa operasi amandel ? Makasih

    1. avatar
      Intan Rastini October 2, 2019 9:53 am

      Habis 500.000 untuk transportasi dan akomodasi suami saya yang nungguin di RS, mbak. Operasinya tidak ada biaya karena dikover oleh BPJS Kesehatan.

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  4. avatar
    Mita Mita May 28, 2018 8:39 am

    Pagi mbak... maaf mau tanya
    Anak sy jumat siang operasi amandel... pasca operasi amandel sampai dengan hari minggu malam kok tidurnya masih ngorok ya... walawpun besar suaranya berkurang... tp gelegapannya bertambah.... apakah ini keadaan pasca operasi atau bagaimana? Tks

    1. avatar
      Mita Mita May 28, 2018 8:43 am

      Maaf sabtu siang operasinya

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .



  5. avatar
    Cindy Vania April 3, 2018 7:12 am

    Setelah operasi amandel, ada perubahan tertentu nggak si ma?

    Penasaran :)

    1. avatar
      Intan Rastini April 4, 2018 7:44 am

      Perubahannya sampai sekarang udah 1 bulan pasca operasi, udah bisa ngomong bebas tapi terkadang suara jadi serak.
      Mungkin udha nggak mendengkur waktu tidur, jarang merasa ngantuk di jam beraktivitas. Semoga juga jarang sakit flu lagi.

      1. avatar

        As .



    2. avatar

      As .