Rinjani’s Black Wall

Salah satu bagian dari Birdiehouse yang menjadi favorit kami adalah Rinjani's black wallBlack wall ini adalah dinding bagian belakang rumah di dekat dapur yang kami sulap menjadi 'papan tulis' serbaguna. Selain fungsi utamanya sebagai sarana coret-coretnya Rinjani, black wall ini (karena letaknya di dapur) berguna untuk mencatat resep masakan, tempat menulis pesan, notes, dan lain-lain. Kami memilih dinding dapur, selain karena memang rumahnya kecil jadi ga banyak pilihan dinding, selain itu bisa mencatat resep masakan seperti yang tadi saya bilang. Satu hal yang paling penting karena dinding ini aksesnya langsung ke ruang terbuka di belakang, jadi debunya bisa langsung dibuang di udara bebas.

Soal debu dari kapur tulis ini sempat menjadi concern saya dan Nyanya sebelum kami berdua memutuskan untuk membuat black wall. Dari awal kami udah sepakat, akan mendedikasikan satu dinding khusus untuk Rinjani belajar menggambar dan menulis, dengan harapan, yang pertama ya biar dia jadi rajin belajar, yang kedua biar Rinjani juga bisa belajar memilah-milah, belajar melakukan sesuatu pada tempatnya, mana yang boleh dicoret, mana yang engga (so far it works, ga cuman mencoret-coret, tapi juga dalam hal berfoto, kalo kami bilang, "ayo Rinjani foto dulu," dia langsung lari goal-geol ke dinding yang ada wall sticker bunga. Menurut dia itu tempat berfoto).

Pilihannya waktu itu adalah, antara mau pake kapur tulis atau spidol. Pilihan itu muncul karena sebenernya saya dan Nyanya kan pengennya black wall, untuk alasan artistik. Tapi kami juga khawatir, kapur itu kan debu, takutnya efeknya ga bagus buat Rinjani. Maka seperti biasa, Google to the rescueGoogling sana-sini, baca-baca referensi, dan tanya si anu dan si itu. Di bawah ini adalah beberapa catatan dari apa yang kami temukan:

1. Bahan dasar kapur tulis itu adalah kalsium sulfat dan kalsium karbonat atau bahan olahan dari batu kapur alam, yang diberi pewarna, trus dicetak.

2. Menurut DetikHealth, spidol terbuat dari bahan-bahan kimia, salah satunya adalah Xylene, bahan kimia beracun yang bila terhirup dapat menimbulkan efek seperti obat penenang atau alkohol.

3. Beberapa merk spidol menggunakan isobutyl ketone, bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit liver, pusing, dan sakit kepala. Baca di sini.

4. Pada sumber yang sama dengan di atas juga disebutkan juga bahwa Xylene itu juga flammable, jadi berisiko mudah terbakar.

5. Menurut Washington Post, kapur tulis itu bisa digunakan sampai titik darah penghabisan, ga ada ampas atau sisa yang harus dibuang. Sementara spidol, terbuat dari material plastik, atau bahkan mengandung polypropylene yang tidak recyclable. Kesimpulannya, kapur tulis lebih 'green'.

Ada banyak banget referensi lain yang kami temuin, tapi semuanya merujuk pada kesimpulan yang kurang lebih sama, kapur tulis lebih aman, dan lebih eco-friendly. Saya sih ga terlalu musingin sampai sejauh itu, sampe harus meneliti Xylene itu senyawa kimia apa terbuat dari apa trus apa pengaruhnya blablabla. Tanpa menghirupnya pun, saya udah pusing duluan ngebaca tulisan tentang Xylene di google. Tapi dari beberapa tulisan yang saya baca, saya bisa kebayang, spidol itu yang berbahaya adalah baunya. Bau kan ga bisa ditahan pake apapun kecuali tahan napas. Sementara kalo debu dari kapur tulis bisa ditahan pake bulu hidung. Saya juga melihat Rinjani ga ada gejala alergi debu atau asma. Trus yang penting diperhatiin juga, Rinjani bukan termasuk anak yang suka sembarangan memasukkan benda ke mulut. Dia agak over-protective sama mulutnya, bahkan untuk makanan. tapi dia suka mencium.

Sebenernya pasti ada spidol yang udah dirancang khusus supaya aman digunakan oleh anak-anak, tapi karena seperti yang tadi saya bilang, kami pengennya black wall, jadi riset kami hanya sebatas untuk memastikan bahwa kapur tulis itu aman, itu aja. Dan riset kami ini ga bisa jadi patokan ya, kalo misalnya ternyata ada referensi lain yang membantah semua yang saya tulis di atas, tolong di-share ya?

Oke, pilihan udah ditetapkan, black wall it is. Berarti tinggal eksekusi. Ngga ada material khusus, cuman cat tembok rubber base yang dibeli di Ace Hardware sama paint roller/kuas. Kenapa memilih cat ini, karena hasil akhirnya seperti karet yang tahan air, jadi gampang banget dibersihin, tinggal diseka pake kain basah langsung bersih dari kapur, tanpa merusak dinding. Di bawah ini adalah foto cat yang kami pakai, lengkap dengan komposisi oplosannya, jadi kalo mau beli, silakan bawa aja foto ini ke Ace. :D

Dinding yang kami cat itu sekitar 4x3 m. Saya beli 2 kaleng waktu itu, dan masih sisa lumayan banyak. Harga 1 kalengnya (1 kg) sekitar 90-100 ribu, jadi ga terlalu mahal kok. Pengaplikasian ke tembok juga gampang, karena emang ga boleh dicampur air atau yang lain, jadi tinggal hajar aja temboknya.

Untuk kapur tulisnya, kami memilih menggunakan kapur tulis dari ELC Toy Shop. Alesannya, supaya kami ga perlu pusing-pusing lagi googling tentang bahan kimia. Jauh lebih mahal dibanding kapur tulis biasa yang ada di warung-warung, tapi lebih terpercaya, dan banyak pilihan warnanya. Trus setelah dibandingin (saya juga beli kapur tulis putih biasa), ternyata kapur dari ELC ini lebih awet loh. Soalnya keliatannya lebih padat dan ga gampang ancur.

And that's it. Mudah-mudahan black wall ini bisa membantu Rinjani mengembangkan kreativitasnya, amin :)


29 Comments

  1. avatar
    ekarifin April 25, 2015 11:25 am

    Halo mbak baru gabung ni...

    Ada niatan emang utk bikin black wall juga untuk ruang kelas, makasih lho utk infonya ternyata ada cat tembok rubber base yang bisa menggantikan blackboard ^^ tapi saya mau tanya, bahan dasar tembok mbak apa ya? Dinding betong/semen gitu atau kayu lapis?

    Makasiiih...

    1. avatar

      As .



  2. avatar
    four August 25, 2014 2:33 pm

    saya tertarik dengan kapurnya,,kira kira itu beli dimana ya mba?
    please infonya
    http://instagram.com/p/q8snqvLYLD/

    1. avatar

      As .



  3. avatar
    noveyu November 6, 2013 9:40 am

    makasih infonya jadi punya banyak ide....thank's

    1. avatar

      As .



  4. avatar
    irene anggraeni March 9, 2013 11:56 am

    kyahaahaa..thanks for sharing yaa, emang lagi mau buat beginian di rumah, pas banget!!! :)

    1. avatar

      As .



  5. avatar
    Ima Rhomayda January 21, 2012 2:04 pm

    so cool!!!
    keren artikelnya. darvesh masih bayi, tapi setelah baca ini kita jadi tau kalo "belajar memilah-milah, belajar melakukan sesuatu pada tempatnya, mana yang boleh dicoret, mana yang engga" itu benar2 bisa diterapkan. soalnya kasus2 anak2 di keluarga kami, dinding ruang tamu, ruang makan, kamar dll yang dicoret2 anak2 itu dianggap wajar. jadi ya, punya black wall jaaaauh lebih enak :D

    1. avatar

      As .