Saat Bertemu Anak Kembar, Hindari Melakukan Hal Ini!
Apa yang Urban Mama rasakan ketika melihat anak kembar? Terlihat lucu dan kompak ya! Namun, tahukah Urban Mama bahwa ada beberapa komentar bisa sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang si kembar?
Hal tersebut sering kami alami. Sebagai ibu anak kembar, saya sering merasa kewalahan menghadapi akibat dari celetukan atau asumsi orang lain yang melihat anak kembar. Memang sepertinya komentar-komentar yang diberikan terdengar wajar. Namun, bagi anak kembar hal tersebut bisa menjadi hal yang sangat sensitif.
Berikut beberapa hal yang sebaiknya Urban Mama hindari ketika melihat anak kembar:
1. Membanding-bandingkan
Anak kembar identik memang terlihat sangat mirip dan sulit untuk dibedakan. Apalagi kalau baru pertama kali bertemu atau sangat jarang bertemu. Namun, kita harus sadar, semirip apa pun, mereka tetap dua pribadi yang berbeda. Jadi sangatlah tidak bijak membandingkan keduanya karena pasti mereka memiliki perbedaan.
Komentar-komentar yang sering kami dengar antara lain,
“Oh, kakaknya lebih tinggi dan ternyata badan adiknya lebih kurus ya?”
“Oh, adiknya lebih ceriwis daripada kakaknya!”
“Adiknya lebih pemalu dan jutek dibandingkan kakaknya. Kakaknya lebih ramah ya!”
Sebaiknya kita tidak membanding-bandingkan atau melontarkan perbedaan-perbedaan itu di depan si kembar. Sebaiknya berkomentarlah tanpa menjatuhkan salah satunya, seperti:
“Oh yang ini matanya cantik, kalau yang ini rambutnya bagus…”
“Kakaknya pintar bercerita, kalau adiknya punya senyum yang cantik…”
Dengan memberikan dua pujian yang sama-sama, tanpa menjatuhkan, maka si anak akan fokus pada hal indah dalam dirinya masing-masing tanpa merasa tersaingi. Kami mendapat PR untuk membantu si anak mengembalikan rasa percaya dirinya setelah mendapat komentar perbandingan yang negatif dari orang-orang yang ditemuinya.
“Bunda, apa benar aku tidak secantik Kakak? Kenapa badanku kurus, tidak seperti Kakak?”
“Bunda, kenapa aku tidak pandai bercerita seperti Adik? Apa aku tidak sepintar Adik?”
Hal-hal seperti itu kadang membuat kami harus banyak-banyak menambah stok sabar dan istighfar.
2. Memperuncing persaingan
Lahir sebagai anak kembar, tidak hanya lahir bersama teman, tetapi juga saingan. Sejak di dalam rahim mereka bersaing memperoleh nutrisi dari satu ibu. Mereka tumbuh dengan bersaing memperoleh perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Secara alami mereka akan bersaing satu dengan yang lain.
Jika orang tua dengan satu anak baru merasakan jungkir baliknya menghadapi anak bertengkar setelah anaknya punya saudara kandung, atau setelah anaknya bersekolah, maka kami sudah menghadapi anak saling cakar dan saling gigit sejak usia mereka menginjak satu tahun. Berat? Tentu. Awalnya setiap kali mereka bertengkar, hati kami hancur berantakan. Setiap melihat mereka saling pukul dan saling gigit, kami merasa menjadi orang tua yang gagal.
Kami butuh waktu dan tenaga untuk mengajari mereka berbagi dan bekerja sama. Kami berusaha keras membangun rasa saling menjaga dan saling peduli. Karena kami percaya, mereka adalah sahabat yang bisa saling membantu dan berbagi. Tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin.
Setelah melewati fase saling baku hantam, lantas tiba-tiba ketika ada orang lain yang tiba-tiba berbicara,
“Kamu jangan sampai kalah ya sama saudaramu! Kamu harus lebih pintar! Kamu harus bisa menang!”
Mendengar ucapan seperti itu, bukan hanya membuat telinga kami merah, tetapi bisa membuat kami ingin marah. Apa hal tersebut pernah kami rasakan? Iya, pernah! Karena itu kami mohon, jangan memperuncing persaingan. Biarkan mereka bersaing dengan orang lain, tapi tidak dengan saudaranya sendiri.
3. Memaksakan harus sama semuanya
Jika Urban Mama menganggap anak kembar itu berarti semua harus sama, hal itu tidak benar.
Mungkin wajah mereka memang mirip, apalagi jika kembar identik. Namun, mereka memiliki karakter masing-masing, yang terkadang berbeda 180 derajat. Mereka memiliki kesukaan dan selera masing-masing, yang terkadang tidak sama. Karena itu memaksa mereka memakai semua harus serba sama hanya agar kelihatan lucu, itu sangat tidak adil bagi mereka.
Ketika masih bayi, memilihkan semuanya sama mungkin tidak masalah. Banyak yang memilih semua sama demi kepraktisan. Membeli baju bayi 1 lusin sekaligus agar harganya lebih murah, memang lebih efisien. Namun, hal itu tidak berlaku lagi jika mereka sudah mulai bisa memilih dan memiliki selera.
Kami mengajari Kira dan Kara untuk memiliki selera masing-masing sejak masih kecil. Kami memberikan kebebasan bagi mereka untuk memilih apa yang mereka sukai, tanpa paksaan. Kami belajar menerima selera mereka meski kadang terasa aneh bagi kami. Selera Kakak yang cenderung lebih boyish dan selera Adik yang cenderung lebih girly membuat mereka memiliki karakternya masing-masing tanpa terpengaruh saudara kembarnya. Jika ada yang memaksa memakai baju sama persis saat ke pesta, tentunya mereka akan merasa tersiksa.
Jika Urban Mama bermaksud memberikan oleh-oleh untuk anak kembar, pelajari dulu sifat dan karakternya. Tanyakan pada orang tuanya apa kesukaan masing-masing. Jika tidak ingin hadiah yang diberikan menjadi sia-sia, bijaklah dalam memilih sesuai kepribadian anak.
4. Meminta melakukan hal yang sama seperti saudaranya
Setiap anak terlahir dengan talenta dan bakat masing-masing. Demikian juga dengan anak kembar, kemampuan, bakat, dan minat mereka sangat berbeda. Karena itu jangan sesekali meminta mereka melakukan hal yang sama seperti saudara kembarnya.
“Kakakmu pintar mewarnai, kok mewarnaimu kayak gini!”
Atau
“Lihat kakakmu tidak mudah menangis kayak kamu!”
Jika memang ingin memberi motivasi agar anak melakukan hal yang baik, hindari membanding-bandingkan dan memintanya melakukan hal yang sama dengan saudaranya. Dibandingkan dengan orang lain saja kita tidak mau, apalagi dibandingkan dengan saudara sendiri. Tentu bisa membuat hal yang kurang menyenangkan dengan saudaranya.
Tidak semua anak kembar sama-sama terlahir dengan kemampuan yang setara. Satu anak bisa terlahir dengan kemampuan motorik yang menonjol dan anak yang lain terlahir dengan kemampuan bahasa yang menonjol. Tentu saja itu bukan hal yang salah atau keliru. Bukankah memang kemampuan setiap orang berbeda-beda?
Orang tua dari anak kembar terkadang memiliki beban untuk bisa menyesuaikan gaya belajar sesuai dengan kemampuan dan kepribadian masing-masing. Jadi sebaiknya jangan tambah beban orang tuanya dengan membanding-bandingkan dan meminta anak kembar melakukan hal yang sama. Karena anak kembar bukan robot yang bisa diprogram agar bisa melakukan gerakan yang sama persis.
Mari saling bertoleransi dan belajar berempati!
Ya betul, meskipun anak kembar tapi mereka merupaka individu yang berbeda :)
Berusaha memakaikan pakaian yang sama itu juga nggak disarankan lho oleh psikolog anak terkemuka karena tidak membiarkan mereka memiliki identitas sendiri. Tapi kalau mereka memang mau kompakan kembaran ya itu lain masalah :)
the boysku nggak kembar aja sering dapat pertanyaan sejenis, mereka sampai bete karena sering dibanding2kan dalam segala hal -_-.
Nice artikel bude wit!
ciwel KiKa aahh..