Tidur Terpisah
Ajaran Amerika
Salah satu pertanyaan besar dalam benak orangtua zaman sekarang adalah, kapan kita sebaiknya memisahkan anak kita untuk tidur sendiri. Fakta menunjukkan bahwa pertanyaan ini lebih sulit dijawab saat kita baru memiliki satu anak, dibandingkan dua anak. Saat kita memiliki anak lebih dari satu, pertanyaan ini lebih mudah dijawab. Banyak anak bungsu yang tidak masalah tidur berpisah dengan orangtua dengan alasan,
“Ingin ikut sama Abang.”
“Tidur sama Teteh, lebih seru!”
Memisahkan tidur anak yang lebih dari satu, jauh lebih mudah saat anak kita hanya satu.
Banyak dari kita melihat dan mengikuti apa yang orangtua di Amerika lakukan pada anak mereka. Cara mereka adalah memisahkan tidur anak sedini mungkin, bahkan sejak baru lahir sekali pun.
Ilmu parenting dunia barat menyatakan bahwa memisahkan anak di dalam kamar sendiri memiliki banyak manfaat. Ada yang menyatakan bahwa tindakan ini menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Dengan terbiasa tidur sendiri, mereka tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan lebih tidak bergantung pada orangtua. Lebih outspoken, lebih berani, lebih percaya diri, dan lainnya. Beberapa teman yang juga orangtua mulai menerapkan tidur terpisah dengan anak mereka secara bervariasi. Ada memisahkan dari dari bayi, ada yang memisahkan sejak mereka batita. Ada yang sejak balita. Ada yang sejak mereka 7-8 tahun.
Pada saat bayi, tidur terpisah juga merupakan kesempatan untuk menjalankan metode cry me out. Metode ini adalah metode ketika bayi menangis meminta susu di malam hari, orangtua tidak datang untuk memberikan susunya. Metode ini bermanfaat untuk membuat bayi kembali tidur, menyamakan siklus tidur dengan orangtua. Dengan begini, bayi tumbuh menjadi anak yang disiplin dan orangtua tidak dibuat letih menghadapi anak di tengah malam dan menghadapi pekerjaan di siang hari. Everyone wins.
Pertanyaannya, apakah benar, everyone wins?
Ajaran non-Amerika
Ajaran non-amerika, jauh berbeda dengan ajaran barat. Christine Gross-Loh adalah seorang wanita dengan etnis Korea, yang lahir dan tumbuh besar di Amerika, dan berkesempatan menemani suami kerja di Jepang. Ia memiliki kesempatan untuk untuk memperhatikan sesuatu dengan posisi yang unik. Dalam buku, Parenting Without Borders, ia mengemukakan observasi yang sangat menggugah antara orangtua Amerika dan orangtua Jepang. Sebenarnya observasi yang tidak hanya di Jepang, namun juga di Eropa Utara (Skandinavia) namun untuk memudahkan penjelasan, kita sebut saja dengan orangtua barat dan timur.
Tidak seperti orangtua di Amerika, orangtua di Jepang menganggap bahwa tidur bersama anak sampai mereka berumur 7-8 tahun, sama sekali bukan masalah. Orangtua di Jepang tidak melihat adanya urgensi untuk memisahkan anak dari diri mereka. Seakan-akan, orangtua di Jepang tidak melihat korelasi antara tidur terpisah dengan kemandirian anak atau tingkat percaya diri anak. Dan temuan ini menjadi makin menarik.
Percaya Diri vs Terlihat Percaya Diri
Anak-anak yang tidur terpisah terlalu dini, tumbuh besar terlihat percaya diri. Namun, kepercayaan diri itu tidak sempurna. Anak yang tidur terpisah terlihat percaya diri, tapi sebenarnya mereka haus akan pengakuan. Rasa percaya diri mereka tumbuh dari pengakuan orang lain. Mereka terlihat percaya diri bukan karena mereka percaya pada dirinya sendiri, tetapi karena mereka ingin mendapat pengakuan dari orang lain. Mereka butuh pengakuan ekternal. Mereka akan merasa lebih baik jika ada orang yang memuji mereka. Mereka butuh orang lain untuk terus memuji mereka dan mengatakan betapa hebat diri mereka. Mereka selalu memiliki keresahan dan insecurity di dalam hati, apakah mereka benar-benar hebat. Kondisi ini adalah kepercayaan diri yang berkilau di luar namun kosong di dalam. Tanpa ada orang luar yang mengatakan mereka hebat, mereka akan merasa rapuh di dalam.
Mengatakan bahwa orang Amerika lebih percaya diri dari orang bangsa lain juga tidak akurat. Dari mana kita mengambil kesimpulan itu? Kita mengira orang Amerika lebih PD hanya karena kita sudah terlalu sering melihat orang Amerika di televisi. Mungkin 9 jdari 10 serial TV yang kita ikuti di TV berasal dari Amerika. Industri pertelevisian dan hiburan yang kita lihat tiap hari bisa jadi 70-80%-nya berasal dari Amerika. Kita di Indonesia tidak pernah memiliki kesempatan menyaksikan perbandingan perilaku percaya diri antara anak Amerika yang mayoritas tidur terpisah sejak dini, dengan anak Jepang atau anak Finlandia yang berasal dari masyarakat di mana mereka tidur bersama orangtua sampai 7-8 tahun.
Pertanyaannya kemudian, apa hubungan antara tidur terpisah terlalu dini di saat kecil, dengan sikap haus akan pengakuan dari orang lain? Karena saat mereka masih kecil dan menangis di malam hari, tidak ada orangtua yang datang untuk menenangkan mereka. Mereka tumbuh dengan persepsi bahwa jika mereka menangis, tidak ada yang menolong mereka. Ketika mereka masih kecil, tidur mereka tidak diiringi kehangatan pelukan orangtua. Kehangatan yang mengantarkan keamanan dan kenyamanan bagi anak, melalui pelukan orangtua.
Mengapa bayi menangis? Karena bagi seorang bayi, semua yang mereka lihat, dengar dan rasakan masih baru, asing dan menyeramkan. Mereka belum tahu apa-apa. Mereka membutuhkan keamanan dan kenyamanan.
Mengapa bayi menangis akan terdiam saat dipeluk oleh bapak/ibu? Karena di saat bayi, degup jantung adalah satu-satunya suara yang bayi kenal dari dalam kandungan. Degup jantung, dan pelukan adalah dua hal yang memberikan mereka rasa aman. Saat kita memisahkan bayi sejak lahir di kamar terpisah, kita menghilangkan kesempatan sang bayi untuk merasakan ini.
Pelukan kita di saat bayi masih tidur, mengantarkan pesan kuat pada anak bahwa apa pun yang terjadi ia percaya ia berada di dalam lindungan orangtua. Apa pun yang terjadi, ia percaya ia akan aman terjaga. Kata kuncinya adalah, percaya. Tidur bersama orangtua dalam periode yang cukup, menumbuhkan rasa percaya anak terhadap lingkungan terdekatnya. Menciptakan sebuah jangkar emosional di mana ia dapat berkata,
“Apa pun yang terjadi pada saya, saya percaya ibu saya akan selalu ada untuk saya.”
“Sejauh apa pun saya pergi dan sesulit apa pun masalah yang saya hadapi, saya percaya bahwa ada satu jangkar di dunia ini yang dapat saya jadikan tempat pulang. Dan tempat itu, bernama rasa sayang orangtua. Jadi, saya tidak perlu takut menghadapi tantangan apa pun di luar sana.”
Bukti Dalam Alam
Jika masih ada yang berpendapat bahwa hal ini tidak lebih dari perbedaan opini, maka mari kita merujuk kepada satu hal yang tidak mungkin salah. Yaitu alam.
Tidak ada satu pun spesies mamalia yang memaksa anak-anaknya untuk tidur terpisah - apalagi dengan alasan menumbuhkan rasa percaya diri. Sebaliknya semua mamalia membiarkan semua anaknya tidur dalam pelukan mereka di malam hari - dan mengajari mereka berburu sambil bermain, di siang hari.
Tidak satu pun spesies mamalia yang mengatur siklus tidur anak dan mendepak anaknya jauh-jauh sambil bersikap “Jika ingin susu, siang-siang saja, jangan malam-malam.” Sebaliknya, mereka dapat menyusu kapan saja.
Tidak ada satu pun spesies mamalia yang membatasi kasih sayang induk kepada anak. Semua anak akan tetap tidur dan bersama sang induk, sampai suatu hari mereka merasa cukup dan mulai menjalani hidup yang berjarak. Sama seperti orangtua Jepang dan Finalndia dalam observasi Christine Gross-Loh, semua anak dibiarkan tidur bersama sampai di titik waktu di mana sang anak sendiri yang memutuskan untuk pisah kamar. Titik waktu itu cukup penting – karena di saat itu, sang anak berkata secara mental “Terima kasih ibu, atas kasih sayangnya. Sekarang saya merasa cukup yakin, aman dan nyaman dengan diri sendiri untuk tidur sendiri.”
Kenapa ini Penting?
Adalah penting untuk memberikan anak kita keyakinan bahwa kita meyayanginya dari awal, sampai kapan pun. Bahwa kita ada untuk dirinya dari awal sampai kapan pun. Bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan selalu memiliki kita. Ini semua adalah modal awal mereka untuk percaya pada dirinya sendiri. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang berakar dan menjangkar dari dalam dirinya. Parameter dari rasa percaya diri dari dirinya adalah campuran antara pride dan humbleness di saat yang sama untuk berkata:
“Saya tahu apa kehebatan saya. Saya juga tahu apa kekurangan saya.”
Kita tidak ingin anak kita mengira bahwa rasa percaya diri hanya mampu didapat dari pendapat eksternal. Parameter kondisi ini adalah saat dewasa, dia terobsesi dengan pertanyaan:
“Saya bagaimana? Bagus tidak? Saya pintar, kan? Saya keren, kan?”
realitanya anak2 barat dan orang2 barat lebih maju dan lebih unggul dari orang2 timur
Tfs kang Adhit
Artikel yg bagus kang adhit, saya dapet teori co-sleeping dari baby book nya dr sears. Kurang lebih sama kayak yang dipaparkan kang adhit, bayi juga sedang belajar menumbuhkan insting trust kepada orang tuanya, buat working mom kayak saya perlu banged nih momen co-sleeping bt membangun bonding sama anak
Meski kadang jadi mom-bie (mom-zombie) hakhakhak, but i enjoy it
Ketika saatnya tiba, anak juga akan menemukan ritme tidurnya
Artikel yg bagus. Sekarang sekasur berenam dg anak-anak. Sempit, tapi menyenangkan. Si kakak yg bentar lagi 5tahun sebenarnya pengen bobo di kamarnya, tp krn masih demen cuddling dan hafalan sebelum bobo, jadi lebih sering numpang di kamar utama.
Kalau patokan saya sih, 6 tahun harus tidur terpisah dr ortu, seperti ajaran nabi. Dan mnrt saya usia 6tahun cukup mampu untuk mandiri, plus sudah kegedean juga kl cosleeping, krn ngabisin space :).
Dan betul banget, kl anak lebih dari 1, lebih mudah pisah kamar, kakak #2 selalu ngikut kakak #1.
baru sempet komen..
setuju sama kang Adhit, menurut saya, tidur terpisah tidak ada kaitannya dengan percaya diri namun lebih ke privacy. Saat anak sudah butuh privacy, dia sendiri yang akan meminta tidur di kamar sendiri. Hal ini terjadi ke saya dan keluarga yang senang tidur seperti kucing (berlima), namun kami sebenarnya punya kamar sendiri2 yang bisa kami tempati kapan pun.. saat sedang ingin bersama2, ya ayooo, saat ingin sendiri2, silahkannn..