Trimester Pertama
"Wah, sudah masuk minggu-minggunya kena morning sickness ?"
"Belum kok. Cuma kan banyak yang bilang rasanya nyiksa banget, nggak enak... apalagi kalo pagi-pagi baru mulai kerja udah mual-mual duluan... Kayaknya trimester pertama itu nggak banget, ya?"
Been there, done that.
Mendengar komentar dia, saya cuma tersenyum.
Boleh dibilang, morning sickness adalah signature-nya trimester pertama. Siapa sih yang pengen didera mual-mual dan muntah? Rasanya memang nggak enak, bukan? Kalau boleh minta, rasanya semua wanita mungkin pengeeen bisa menjalani kehamilan yang "bebas hambatan", termasuk hambatan morning sickness ini ini. Tapi seringnya kenyataan kemudian bicara lain. Si janin yang sedang giat-giatnya tumbuh saat awal kehamilan memerlukan hormon yang ternyata, efek sampingnya membuat si ibu mual-mual dan lemas. Ada sih beberapa wanita hamil yang sama sekali tidak mengalami muntah-muntah dan mual sama sekali; dan kehamilannya baik-baik saja. Cuma kalau ternyata malah mual-muntah, gimana dong?
"Yah... gue pengennya sih nggak ngalamin itu," ucap sang teman lagi, “Kayaknya nggak enak aja..."
"Kalo dipikirin nggak enaknya mah, ntar bakalan kerasa nggak enak. Pikirin aja kalo mual-mual & muntahnya tu normal terjadi…”
“Iih, normal gimana?” Tanya si teman keheranan. "Emangnya normal gitu, kalo sampe muntah-muntah? Gue pikir, rasanya malah nggak-banget."
"Yah... kalau emang harusnya begitu ? Mual-muntahnya kan efek samping dari hormon, karena bayinya lagi giat tumbuh... Dan kalo hormon tersebut nggak ada atau jumlahnya nggak cukup, bayi lu gak bakalan tumbuh laa."
"Serius?"
"Dua rius, tanya aja ntar ke dokter. Tenang aja, selama dokter bilang kehamilannya sehat & mual-mualnya normal, pikirin aja yang baik-baik, seperti : 'It's a sign of a healthy pregnancy...”
Obrolan dengan si teman mengingatkan saya akan deraan "perdana" morning sickness saat trimester pertama. Dalam kasus saya, morning sickness tersebut menjelma jadi all-day sickness dan sukses membuat sakit maag ikut kumat. Dokter nggak ngasih obat apapun, tetapi menyarankan untuk menjauhi makanan pedas berbumbu dan minum/makan snack yang ramah di perut, seperti teh encer, susu, roti, buah, dan biskuit susu. Porsi makan pun diubah jadi setengahnya, tetapi tetapi frekuensi makannya jadi 6x sehari. Setelah dituruti… ternyata saran dokter efektif mengatasi sakit maag yang kumat. Tapi, mual-muntahnya masih berjalan.
Ternyata memang saya harus menjadi wanita-hamil “kebanyakan” yang menerima deraan mual-muntah selama trimester pertama. Memang, bukan pekerjaan yang mudah untuk “membawa-santai” morning sickness ini, secara rasanya nggak ada enak-enaknya. Apalagi, ini adalah pengalaman baru dan terjadi pada kehamilan pertama yang sudah kami tunggu lama (what a newb...). Tapi kalau dipikir-pikir… dengan mengeluh pun, mual-muntahnya tidak akan hilang dengan segera. Akhirnya di suatu hari, saya minta ke suami untuk : "Ingetin aku yah kalau aku mulai ngeluh nggak enak... bilangin ke aku: "itu tandanya si baby sehat, sedang tumbuh”. Trus paksain aku buat makan tiap kali habis muntah…"
Saya tahu banget kebiasaan buruk ogah makan saat sakit atau nggak enak badan haruslah "dilawan". Apalagi sekarang didalam perut, sedang ada calon manusia yang constantly membutuhkan nutrisi dari apa yang saya makan.
Mual-muntah tersebut tetap datang, dan dalam sehari bisa ada 5 "toilet-hugging-session" yang berlangsung tidak hanya di pagi hari, tetapi juga saat malam. Setiap kali saya mual dan mengeluh, suami siap "menyambut" dengan tissue, secangkir teh encer hangat/air jahe hangat, dan biskuit kudapan, plus ucapan: "yang sabar ya... itu tandanya si baby lagi tumbuh".
Begitu membayangkan janin kecil hasil penantian kami yang sedang tumbuh didalam sana... jujur, rasanya jadi nyesel karena sudah mengeluh. Afirmasi positif tersebut membuat pikiran jadi tenang dan menerima semua rasa tidak enak tersebut menjadi sesuatu yang wajar apa adanya. Toh selama dokter bilang frekuensinya masih normal & nggak sampai bikin badan sakit, semuanya dibawa anteng saja.
Trimester pertama juga mengajarkan saya untuk lebih peka mendengarkan ritme tubuh. Saatnya harus istirahat, ya istirahat. Ritme tubuh yang berubah karena kehamilan membuat saya belajar untuk “slowing-down”. Kami hanya berdua tinggal di sini dan nggak butuh masalah lebih banyak. Kalau saya memforsir diri mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendirian dan jatuh sakit, ujung-ujungnya malah menyusahkan suami. Suami pun bisa maklum kalau pekerjaan rumahtangga jadi “sedikit” terbengkalai, bahkan bersedia untuk berbagi tugas-rumahtangga.
Sekarang kalau diingat-ingat lagi... rasanya lucu aja. Apalagi saat ini kami sedang seru-serunya merasakan tendangan-tendangan kecil dari dalam perut, rasanya segala mual-muntah yang mendera di trimester pertama seperti mendapatkan "balasan" yang setimpal.
*gambar diambil dari www.newbiemommy.com
Assalamualaikum...mama...kece semua salam kenal saya wiwin dari gorontalo,saya juga kayaknya hamil yg ke 3 ini all day deh mualnya...kadang muntah hanya gumpalan ludah...pokoknya makan apa aja g enak..udah minggu ke 13 Insya Allah berangsur2 hilang ya mama2 kece...doin wiwin ya
Saat ini saya sedang hamil anak pertama.Saya jarang muntah(keluar) di usia kehamilan 5-6 minggu ,eneg dan mualnya(tidak sampai keluar) hanya menjelang malam, kalau pagi ke siang segar-segar saja. Pernah satu kali muntah (keluar) malam-malam, trus sama suami langsung dibuatin nasi goreng untuk mengganti yang keluar pas muntah tadi supaya calon janin kami tidak kekurangan nutrisi. Bismillah calon janin kami sehat, amien..
Sekarang aku lagi hamil anak kedua. Dan seperti kehamilanku yang pertama, aku nggak pernah sampe muntah2. Ada sih mual dikit2, dan pada saat menghebat, aku berusaha mensugesti diriku sendiri, kalo mo muntah2 di rumah aja waktu weekend atau sepulang kerja, jadi nggak mengganggu kerjaan kantor. Kira2 ada pengaruhnya untuk bayi nggak ya ? Anakku yang pertama udah umur 6 tahun. Sarannya ya moms...
ah sama! aku sih lebih all-day sickness. kayaknya mau ngapa2in maleeess gitu deh. muntah2 sih gak, tapi eneg & mual itu tiap saat. tapi pas nina udah keluar kayaknya lupa tuh semua ama derita selama hamil.
Kl aku sih jatohnya jd evening-sickness tuh, entah knp kl pagi-siang gt seger bgt.. Mkn krn banyak kerjaan dan pikiran di kantor jdnya agak gak kerasa mual2nya..
Tp emang sih, perasaan menderitaaa bgt waktu trimester pertama, tp kl udah liat muka anaknya kynya gak sia2 dulu harus jackpot berkali2.. Meskipun kadang2 anaknya pengen dimasukin ke perut lg sih kl petakilannya udah kumat, hihihi...