#TUMNgopiCantik: Best Practice for Better and Safer Internet at Home
Siapa yang anaknya di rumah belum kenal sama internet? Pada zaman sekarang pertanyaan seperti itu jawabannya bisa jadi nol besar, karena anak-anak kita terlahir sudah menjadi manusia “digital native”. Semua kehidupannya sudah terpapar dengan internet bahkan sejak masih berusia batita sekali pun. Siapa yang paling suka memberikan tablet ke bayinya untuk nonton video kartun di Youtube, agar si kecil nggak rewel? Atau, siapa yang sering mendownloadkan game untuk anak-anaknya di smartphone, agar si kecil bisa punya hiburan lain selain nonton TV atau main sepeda?
Padahal, sejatinya internet itu diciptakan bukan untuk anak-anak. Dan kita semua tahu, bahwa internet ini adalah pisau bermata dua: satu sisi bernilai positif (kita bisa mendapatkan banyak ilmu pengetahuan via internet) dan satu sisi negatif (misalnya dengan adanya konten pornografi dan kekerasan). Sekali anak terpapar oleh internet dan segala konten di dalamnya, there’s no way of turning back.
Statement-statement yang cukup membuat kaget ini, beserta pemaparan yang lebih dalam bagi para orangtua, saya peroleh ketika mengikuti acara #TumNgopiCantik dengan narasumber mas Ilya Alexander, seorang praktisi internet yang juga bekerja di sebuah digital agency di Jakarta. Lewat tema #TumNgopiCantik Best Practice for Better and Safer Internet at Home, para mama dan papa yang hadir di acara tersebut, cukup dibuat pusing dengan sejumlah fakta yang dibeberkan mas Ilya.
Kok internet bukan untuk anak kecil? Berdasarkan Children's Online Privacy Protection Rule di Amerika, yang dimaksud anak kecil adalah mereka yang usianya di bawah 13 tahun. Nah itulah sebabnya, tiap kita masuk ke aneka sosial media, semua peraturannya selalu menyebutkan bahwa untuk memiliki akun sosmed, seseorang wajib berusia 13 tahun ke atas. Aturan di Amerika gak main-main, sehingga provider website atau aplikasi apapun yang melanggar aturan 13 tahun ini bisa terkena tuntutan hukum.
Lalu bagaimana cara kita bisa menciptakan internet yang aman di rumah, bagi seluruh keluarga terutama bagi anak-anak kita? Mas Ilya menjelaskan beberapa tips:
- Siapkan house rules di rumah kita. Kapan sih waktu yang tepat untuk mengenalkan internet ke anak kita? Semua kembali ke house rules masing-masing. Setiap rumah tangga punya aturan yang beda-beda. Contoh kecil, di rumah saya anak baru boleh dipercayakan megang gunting sendiri pas usia lima tahun, karena di usia itu saya melihat anak saya motorik dan keseimbangannya sudah baik, sudah bisa mengontrol gunting yang tajam dengan benar. Aturan di rumah saya ini sudah pasti bisa berbeda kalau di rumah orang lain. Ada yang baru percaya memberikan gunting ke anak di usia 7 tahun mungkin. Nah sama juga dengan internet. Setiap orangtua punya patokan yang berbeda mengenai usia yang tepat untuk mengenalkan internet pada anak. Siapkan aturan ini sejak dini ya urban mama.
- Orangtua wajib mendampingi anak bermain internet dan wajib mempelajari. Yang sering kali terjadi di semua keluarga selama ini adalah: kalau pas anak buka internet dan membuka konten yang bernilai negatif, orangtua malah panik dan buru-buru menyuruh anak menutup konten tersebut. Padahal seharusnya, orangtua justru wajib mempelajari/acknowledge mengenai hal itu. Supaya “ilmu” buat mengontrol konten negatif tersebut bisa lebih tinggi ketimbang anak kita sendiri. Jangan malas untuk belajar, apalagi saling menyerahkan tanggung jawab belajar ini ke pasangan. Papa menyerahkan pada mama, begitu pula sebaliknya. Seharusnya dua-duanya ikut belajar. Ibaratnya di mobil kita selalu tersedia child lock, justru orangtualah yang harusnya mempelajari apa sih kegunaan child lock itu? Kenapa harus pakai child lock, dan seterusnya. Begitu pula ketika kita berhadapan dengan anak yang mulai terpapar internet. Jika anak sudah semakin besar/remaja, mungkin sebaiknya orangtua jangan terlalu strict melarang ini itu. Posisikan diri kita sebagai teman/co-host saat anak bermain internet. Satu lagi yang gak kalah pentingnya: usahakan posisi layar komputer di rumah tidak menghadap tembok, tapi malah sebaliknya alias bisa dilihat oleh semua orang. Peletakan monitor ini juga bisa menjadi salah satu cara kita mengontrol apa yang sedang diakses oleh anak-anak di rumah.
- Perhatikan restricted rate atau batasan umur yang selalu ada di setiap aplikasi. Kalau kita beli DVD film, sering kan kita melihat di balik kemasannya ada kode misalnya G (General Audiences), PG (Parental Guide) dan lain-lain. Begitu pula batasan usia yang sering kali kita abaikan untuk sekedar melihatnya padahal tertera di tiap aplikasi yang hendak didownload. Youtube misalnya, ternyata diperuntukkan untuk usia 12 tahun ke atas. Restricted rate semacam ini bukan hanya hiasan, tapi wajib kita terapkan ya urban mama.
- Kalau kita sudah paham tentang restricted rate, step selanjutnya adalah melakukan parental lock di setiap gadget. Pelajari dengan detail dan gunakan setting parental lock ini di smartphone, laptop, smart tv / tv berbayar, PC dan semua gadget yang kita miliki. Lock ini juga harus menyeluruh ya. Mulai dari browsernya, mobile applicationnya, decodernya (untuk tv berbayar), semua harus dilock, jangan setengah-setengah. Ini untuk menghindari anak membuka konten yang tidak sesuai dengan umurnya.
- Lakukan basic account security. Setiap gadget itu memiliki D-Value, yaitu Device Value dan Data Value. Jika Device Value berarti harga jual dari gadgetnya sendiri, maka Data Value adalah nilai dari data-data penting dan privat yang tersimpan dalam gadget tersebut. Yang paling penting tentunya Data Value ya. Menangis deh rasanya kalau ternyata data kita bisa dihack orang/berpindah ke oknum yang tidak bertanggung jawab. Maka diperlukan beberapa cara untuk melakukan basic account security. Di antaranya:
- Buat password yang susah dan diupdate secara berkala. Update berkala juga berlaku pada software atau aplikasi yang ada di gadget ya urban mama. Bila perlu gunakan password yang berbeda-beda untuk semua akun sosmed, e-mail, dan transaksi perbankan digital kita. Dari semua password, yang terpenting adalah password e-mail, karena dalam e-mail semua data kita tersimpan, termasuk catatan transaksi perbankan, kartu kredit, verifikasi password akun sosmed dan lain-lain. Khusus untuk password untuk unlock gadget kita, bila perlu gunakan finger print ketimbang pattern ataupun angka.
- Hindari unlock gadget di tempat ramai misalnya dalam lift di mana kita berdesakan dengan orang lain. Posisi seperti dalam lift memudahkan orang yang tidak bertanggungjawab untuk melihat dan steal our password.
- Hindari menggunakan wifi di tempat umum, terutama sekali wifi yang tidak ada image kunci/gembok. Apalagi jika wifi tersebut digunakan untuk melakukan transaksi belanja online misalnya. Bisa-bisa data-data privacy kita dengan mudah akan dicuri oleh hacker yang tidak bertanggungjawab.
- Walau hanya sesaat, selalu lock gadget kita jika kita hendak meninggalkan tempat. Misalnya saat kita hendak ke kamar mandi, walau hanya sebentar, langsung lock PC yang sedang kita pakai untuk menghidari penyalahgunaan data.
- Lakukan download aplikasi dari situs yang terpercaya saja. Pelajari dulu situs yang bersangkutan sebelum mendownload.
- Hindari mencharge gadget kita di sembarang tempat/sembarang colokan. Bila memang urgent, gunakan tools semisal USB condom. Jika harus menumpang charging smartphone kita dari komputer/laptop orang lain, maka penggunaan USB condom ini hanya akan mengalirkan listrik saja, dan data di smartphone tetap aman tidak bisa terbaca.
- Gunakan common sense. Sering gak urban mama download sebuah aplikasi lalu aplikasi tersebut malah minta approval untuk bisa mengakses semua contact list kita? Atau pernahkah kita merasa sudah menyajikan Youtube Kids yang aman untuk anak-anak di rumah, padahal faktanya Youtube Kids itu tidak tersedia di Indonesia? Nah, rasanya ada yang salah ya? Di sinilah kita mesti pintar-pintar menggunakan akal sehat kita, agar tidak terjebak dalam kesalahan yang merugikan.
- Kalau kita sebagai orangtua sudah paham point-point basic account security di atas,, maka ajarkan pula pada anak kita, terutama anak yang sudah lebih besar dan sudah diperbolehkan punya akun sosmed (karena usianya sudah mencukupi sesuai aturan).
Acara yang berlangsung dalam diskusi santai ini, ternyata tidak membuat santai saya dan peserta lain. Malah menyisakan PR besar bagi kami semua. Pulang ke rumah, rasanya pengin sekali langsung menerapkan semua materi yang didapat. Terakhir, mas Ilya menutup sharing session ini dengan pernyataan yang cukup tajam: internet adalah sesuatu yang sudah tidak bisa kita hindari lagi di dunia ini. Jadi, pilihannya ada di tangan kita sebagai orangtua: apakah kita mau menjadi stupid parents yang tidak mau aware, yang tidak mau belajar, dan membiarkan anak surfing internet tanpa kontrol, atau anak kita menjadi anak durhaka yang tidak mau menuruti house rules yang kita ciptakan?
Urban mama pilih yang mana? Semoga sharing ini bermanfaat ya. Yuk kita sama-sama mulai menciptakan better and safer internet di rumah masing-masing.
Bagus deh ini acaranya... Setuju banget sama poin2nya mba Imelda. Ke depannya, anak2 pasti akan banyak berinteraksi di dunia maya - ini nggak bisa dihindari. Udah nggak jamannya nakut2in ortu akan bahaya internet, just saying ;P Alih2 takut sama bahaya internet, lebih baik kalau orangtua belajar cara sehat & aman berinternet, yang nantinya diajarkan juga ke anak2 agar mereka bisa pintar dan aman berinteraksi di dunia maya. Semoga TUM lebih sering lagi bikin acara bagus seperti ini ya... bravo!
Iya, sayang mbak aini gak bisa ikutan karena jauh ya :) Yuk mari mulai belajar biar bisa berinternet secara sehat :)
Mbak imel, liputannya lengkap. Senang ya ikut acara #TUMNgopicantik kemarin, jadi bikin melek sekaligus deg-degan.
iya bener mbak ipeh. Walopun sesudah acara kliyengan puyeng karena pe-er sbg ortunya jadi nambah huhuhuhu...
Makasih imel summarynya lengkap banget! Intinya orangtua juga ga boleh gaptek ya...harus rajin belajar :)
betul ka, ortunya dulu deh yang mesti niat belajar, biar bisa mendampingi anak berinternet ria. Sama-sama ya Ka :)
yeay! senang banget ada topik ini dan Imelda merangkumnya dengan sangat sistematis... tinggal aku diskusikan dengan suami deh mengenai house rules berinternet :)
Thank you Imelda!
sama-sama mbak honey....semoga langsung bikin house rules buat anak-anak di rumah ya :)
Idem jadi pusing juga, hehehe...tapi seneng juga sih dapat sudut pandang yang sedikit berbeda dari mas Ilya, selama ini kan dapat materinya dari segi parenting atau psikolog. Terima kasih, TUM, untuk acaranya yang bermanfaat.
ayuk pusing barengan mbak Leila, hehehe....